Antara Hitungan Survei dengan Realita Dukungan Rakyat

Senin, 11 Maret 2019 | 08:14 WIB
0
3318
Antara Hitungan Survei dengan Realita Dukungan Rakyat
Prabowo Subianto saat kampanye di Garut, Sabtu, 9 Maret 2019. (Foto: Istimewa).

Dalam berbagai survei terbaru menjelang pencoblosan pada 17 April 2019, beberapa lembaga survei telah menyampaikan hasil elektabilitas dari dua paslon, Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Prabowo “dikalahkan”!

Hasilnya Jokowi unggul dengan selisih cukup jauh dari Prabowo. Misalnya, Lembaga Survei Cyrus Network merilis hasil survei elektabilitas antara paslon 01 Jokowi – Ma’ruf dan paslon 02 Prabowo – Sandi. Hasilnya, elektabilitas paslon 01 masih unggul.

Dalam simulasi surat suara, elektabilitas Jokowi – Ma’ruf 57,5 persen dan Prabowo – Sandi 37,2 persen. Responden yang belum memutuskan 3,7 persen dan yang tidak menjawab 1,6 persen. Selisihnya 20,3 persen.

Sebanyak 77,5 persen (dari total 1.230 orang) responden telah menetapkan pilihannya pada  Pilpres 2019. Sebanyak 47,8 persen pemilih tetap Jokowi, dan 29,7 persen memilih Prabowo. Survei dilakukan pada 18 Januari hingga 23 Januari 2019.

Dalam survei itu, Cyrus Network menggunakan sistem multistage random sampling dan wawancara tatap muka. Jumlah responden yang dilibatkan 1.230 orang di 34 provinsi. Margin of error survei +/- 3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Lembaga survei asal Australia, Roy Morgan, malah berani menyatakan, Jokowi akan terpilih kembali untuk periode kedua. Berdasarkan hasil survei Roy Morgan, Jokowi mengantongi suara 58 persen pada periode Januari 2019. Berbanding Prabowo 42 persen.

Menurut CEO Roy Morgan, Michele Levine, survei Roy Morgan menunjukkan, Indonesia akan kembali memilih inkumben Jokowi untuk menjabat periode keduanya sebagai Presiden. Jokowi mendapat dukungan 58 persen dari pemilih pada Januari 2019.

“Ini naik 5 persen dari (raihan suara) pada Pilpres 2014, dan kompetitornya Prabowo hanya mendapat dukungan 42 persen, atau turun 5 persen (dari Pilpres 2014),” kata Michele Levine, dikutip dari situsnya, Roymorgan.com, Senin (4/3/2019).

Dari lokasi asal pemilih, Jokowi mendapatkan dukungan kuat dari masyarakat di pedesaan dengan 63,5 persen. Sementara, Prabowo hanya mengantongi 36,5 persen suara. Di wilayah perkotaan, elektabilitas Jokowi dan Prabowo bersaing ketat.

Survei terkait Pilpres ini dilakukan pada Januari 2019 dengan sampel 1.039 pemilih berusia 17 tahun ke atas dengan metode wawancara tatap muka di 17 Provinsi. Margin of error disebut tergantung dari jumlah sampel dan persentase wawancaranya.

Dukungan kuat pada Jokowi tersebut disamakan artinya dengan dukungan kuat PDIP sebagai parpol pengusung utamanya. PDIP mendapat dukungan dari 40,5 persen pemilih untuk Pileg 2019,  naik signifikan dari Pileg 2014, dan jauh meninggalkan Gerindra dengan 25 persen.

Sisa 34,5 persen dukungan tersebar di antara banyak partai yang ikut pileg. Prabowo unggul di wiayah perkotaan jauh menggungguli Jokowi. Seperti di Ibukota Jakarta dan sekitarnya, juga di Jabar, termasuk Banten dan provinsi selatan Sumatera.

Namun, di daerah perkotaan Indonesia ada kemenangan tipis untuk Jokowi (53 persen) dan Prabowo (47 persen). Dukungan kuat untuk Jokowi secara mengejutkan terjadi di provinsi asalnya, Jateng, dengan hampir tiga perempat dukungan: Jokowi (74,5 persen).

Untuk Prabowo (25,5 persen). Dukungan untuk Jokowi juga sangat kuat di provinsi tetangga di Jatim dan Bali: Jokowi (73 persen), Prabowo (27 persen). Ia juga memperoleh dukungan kuat di provinsi-provinsi utara Sumatra yang lebih terpencil: Jokowi (74 persen).

Prabowo (26 persen) dan lokasi Indonesia yang paling percaya diri di Pulau Sulawesi: Jokowi (62,5 persen), Prabowo (37,5 persen). Dukungan untuk Prabowo Subianto terkonsentrasi di provinsi asalnya, Jabar dan ibu kota Jakarta tempat Prabowo (57 persen).

Sedangkan Jokowi (43 persen). Di provinsi-provinsi tetangga di Sumatra Selatan, Prabowo (54,5 persen)., Jokowi (45,5 persen). Di pulau Kalimantan, Jokowi memperoleh keunggulan tipis atas penantangnya: Jokowi (54 persen), Prabowo (46 persen).

Perlu dicatat, bukan sekali ini saja Roy Morgan melakukan survei pilpres di Indonesia. Pada gelaran Pilpres 2014, Roy Morgan juga melalukan survei atas rivalitas paslon Joko Widodo wi – Jusuf Kalla vs Prabowo Subianto – Hatta Rajasa.

Pada Pilpres 2014, Roy Morgan memprediksi Jokowi menang 52 persen atas Prabowo yang digadang mendapat 48 persen. Hasilnya tidak jauh beda. Oleh karena itu survei ini dianggap paling valid oleh banyak pihak.

Kurun waktu rilis survei juga relatif sama. Yakni sekitar sebulan sebelum Pilpres. Pada 2014, Roy Morgan merilis hasil Survei bulan Juni menjelang Pilpres 9 Juli 2014. Begitu juga rilis survei pada Pilpres 2019.

Hasil survei tersebut menggarisbawahi hasil-hasil sebagian besar survei lokal Indonesia yang sama kredibilitasnya. Bedanya dengan survei lokal, cakupan survei Roy Morgan yang lebih menyentuh aspek demografis dan kependudukan.

Selisih hasil survei cukup fantastis ditunjukkan LSI Denny JA. Selisih Jokowi dan Prabowo mencapai 27,8 persen. Paslon 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin memperoleh elektabilitas 58,7 persen. Sedangkan paslon 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno 30,9 persen.

Jarak Jokowi dengan Prabowo berkisar 27,8 persen. Survei elektabilitas paslon menggunakan simulasi surat suara. Besaran responden 1.200 yang diwawancarai tatap muka dalam rentang waktu 18-25 Februari 2019.

Survei LSI Denny JA itu menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen. Metode survei yang dilakukan surveyor-surveyor ini tentunya juga sarat dengan kepentingan yang hasilnya aneh-aneh.

Penilaian seperti itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif The Global Future Institute (GFI) Hendrajit. Karena fokus pada pertanyaan Anda pilih Jokowi atau Prabowo. “Selain tentunya pilih responden yang mendukung petahana,” ungkapnya.

Dalam survei Polmark Indonesia Eep Saifulloh Fatah yang lumayan objektif saat ini, meski Jokowi masih unggul namun ada sekitar 40 persen yang belum bersikap. “Artinya masih jadi medan perebutan,” lanjut pemerhati Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri ini

Tapi, kepada 40 persen undecided voters itu kalau ditanya pilih Jokowi atau Sandi, “Maka hasilnya bisa 65 persen untuk Prabowo-Sandi. Bahkan, kalaupun dicurangi, tetap menang 58 persen. Ini hasil analisa teman-teman veteran surveyers dan beberapa wartawan senior.”

Dukungan Lapangan

Hitungan responden pada setiap survei yang dilakukan lembaga survei ternyata sangat beda dengan kenyataan dukungan rakyat di lapangan. Dalam setiap “kampanye” dengan berdalih kunjungan kerja Presiden, kedatangan capres petahana ini sepi rakyat.

Agenda Presiden Jokowi yang shalat Jum’at di Masjid Istiqlal, Lampung, Jum’at (8/3/2019), misalnya, ternyata disikapi sinis warganya. Pasalnya, Jokowi membawa sejumlah “pasukan” dan Paspampres yang membuat warga merasa risih dan terganggu.

Akibatnya, banyak warga yang pindah ke masjid yang lain setelah mengetahui ada Jokowi di sana. “Terus terang saya terganggu. Masa’ shalat bawa-bawa wartawan. Ini shalat Jumat atau mau kampanye,” ujar Amran, salah satu warga yang memilih pindah ke masjid lain.

Pasalnya, usai menunaikan ibadah shalat, Jokowi juga membagikan sertifikat wakaf di masjid tersebut. Ada 814 sertifikat tanah wakaf yang secara simbolis diberikan kepada 12 penerima, terdiri dari sertifikat mushala, masjid, madrasah, dan ponpes di Provinsi Lampung.

Sepinya rakyat yang mendatangi setiap agenda Jokowi juga dialami oleh cawapres 01 Ma’ruf Amin. Terkini, Tabligh Akbar yang sedianya bakal dihadiri oleh Ma'ruf Amin di Deliserdang, Sumut, terpaksa dibatalkan karena sepi rakyat pendukungnya.

Melansir Tribun-Medan.com, Sabtu (9 Maret 2019 11:27), suasana sepi terlihat di tempat dilaksanakannya kegiatan Tabliq Akbar yang harusnya dihadiri oleh Ma'ruf Amin di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (9/3/2019).

Peristiwa serupa terjadi hampir setiap paslon 01 itu melakukan kunjungan dan kampanye di daerah lainnya. Selalu sepi pendukung. Adakah ini karena uang transport rakyat ditilep oleh timses Jokowi – Ma’ruf di daerah seperti tudingan Tim Kampanye Nasional (TKN) itu?

Ketua TKN Erick Tohir sudah terang-terangan mengakui kalau timnya telah menebar uang ke Tim Kampanye Daerah (TKD). TKN merasa ditipu TKD. Ternyata uang transport yang harus diberikan kepada rakyat pendukung yang datang dalam acara di daerah, ditilep.

Sehingga TKN akan mempolisikan 223 orang timnya di daerah yang tilep uang trasport itu. Ini adalah salah satu bukti “nyata” bahwa TKN “bermain” duit untuk penggalangan rakyat. Sangat jaub berbeda dengan paslon 02 Prabowo – Sandi.

Lihat saja betapa antusiasnya rakyat saat mereka datang ke daerah. Tanpa dibayar sepeser, rakyat datang berduyun-duyung menyambutnya. Di Madura, Pasuruan, Surabaya, Jombang, Gresik, Medan, dan berbagai kota lainnya, selalu ramai pendukung.

Terakhir, saat Prabowo berkunjung ke Kota Bandung, Jum’at (8/3/2019), dan dilanjutkan ke Garut keesokannya. Antusiasme warga untuk menyambut kedatangan Prabowo sangat luar biasa. Inilah fakta nyata politik yang riil tanpa bayaran.

Kalau saja lembaga survei yang ada mau mengambil sampel saat seperti ini, sudah dipastikan Prabowo bakal memperoleh suara 90 persen, sisanya tidak sempat mengembalikan. Apakah mereka mau melakukan survei kepada pendukung Prabowo – Sandi?

Dipastikan, dengan dalih random sampling tentu saja mereka tak akan pernah mau lakukan hal itu atas nama keilmuan. Bagaimana dengan pemilihan sampel “terseleksi”, artinya yang mayoritas pendukung paslon 01? Sehingga, hitungannya menang?

Sebaliknya, jika pengambilan sampel juga dilakukan “terseleksi” untuk pendukung paslon 02, pasti Prabowo – Sandi bakal menang telak atas paslon 01 Jokowi – Ma’ruf!

***