Tidak Semudah Itu, Lanyallo...!

Kamis, 13 Desember 2018 | 23:31 WIB
0
614
Tidak Semudah Itu, Lanyallo...!
Presiden Jokowi dan La Nyalla Mattalitti (Foto: tribunnews.com)

“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (QS. Al-Hujuraat: 12).

“jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari-Muslim).

Satu demi satu sumber fitnah mengakui kesalahannya. Setelah Ratna Sarumpaet mengakui fitnah yang dilontarkannya bahwa dia digebuki (dan teman-temannya lantas menudingkan pelakunya ke pihak lawan politiknya) kini La Nyalla Mattalitti mengakui bahwa dialah sumber fitnah yang menyebarkan tudingan bahwa Jokowi adalah keturunan PKI, Kristen, Cina, dan penyebar tabloid Obor yang selama ini menggemparkan tersebut. La Nyalla langsung datang untuk minta maaf pada Jokowi yang ia fitnah selama ini.

"Pertama kali, saya begitu mau mendukung Pak Jokowi, saya datang ke beliau, saya minta maaf. Bahwa saya yang isukan Pak Jokowi PKI, saya yang fitnah Pak Jokowi Kristen, Cina. Saya yang sebarkan (tabloid) Obor Rakyat di Jawa Timur dan Madura. Akhirnya, saya datang ke beliau dan sampaikan, saya mau minta maaf tiga kali. Alhamdulilllah dimaafkan," ungkap La Nyalla Mattalitti

Jokowi memang sangat pemaaf meski dia juga belakangan sangat geram difitnah demikian. Seandainya saya yang dibegitukan mungkin La Nyalla akan saya suruh squat-jump minimal seratus kali dulu di depan wartawan sambil berteriak “Saya minta maaf… saya minta maaf…!”sebelum saya maafkan. Tapi Jokowi dengan entengnya menerima maaf La Nyalla. 

Apakah dengan dimaafkannya La Nyalla maka urusan selesai? Mungkin saja Jokowi dan para pendukungnya bersedia memaafkan dan melupakan urusan fitnah tersebut tapi urusan dosa lain lagi. Tidak semudah itu, Lanyallo…!  

Fitnah itu kejahatan yang besar di sisi Allah. Fitnah adalah sesuatu yang amat berbahaya. Ia tidak hanya merusak seseorang tapi bisa merusak masyarakat. Oleh sebab itu jangan heran jika fitnah disebut lebih kejam dari pembunuhan. Hukum dunia mungkin selesai dan yang difitnah tidak membawanya ke pengadilan tapi hukum Tuhan akan tetap berjalan.

Akibat dari pembunuhan bisa berakibat pada keluarga yang dibunuhnya. Tapi akibat dari fitnah bisa berdampak pada masyarakat luas dari generasi ke generasi. La Nyalla sendiri mengakui bahwa ia menyebarkan fitnah tersebut sejak pilpres sebelumnya pada 2014 dan meski pun tabloid Obor yang disebarkannya sudah lama berhenti fitnah tersebut sampai sekarang masih terus didengung-dengungkan.

Artinya akibat dari fitnah dan dosanya masih terus berlangsung sampai kini. Bahkan fitnah tersebut telah berkembang dan bukan hanya Jokowi yang difitnah tapi bahkan anaknya, Kaesang, baru-baru ini difitnah mengibarkan bendera PKI.

Bahkan karena kasus ‘Tampang Boyolali’ kemarin tersebar fitnah baru muncul yaitu bahwa Boyolali dulunya adalah sarangnya PKI. Fitnah PKI ini telah beranak pinak. Bahkan seorang mantan jendral pernah menyebarkan fitnah bahwa, “Informasinya sudah ada 15 juta pengikut plus simpatisan PKI yang jika ditotal jumlahnya bisa mencapai 60 juta orang dan diprediksi dalam satu tahun ke depan PKI akan kembali bangkit di tanah air,” demikian katanya.

Artinya fitnah dan berita bohong bisa disebarkan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan, pangkat, dan pengaruh yang besar pada masyarakat sehingga daya rusaknya bisa sangat massif. Jadi jangan heran jika banyak orang yang beranggapan bahwa bahaya timbulnya komunisme lebih besar daripada timbulnya khilafahisme yang menghendaki robohnya demokrasi dan NKRI. Lha wong mereka selama ini dicekoki fitnah demi fitnah…

Mengapa orang-orang (yang mengaku sebagai muslim) bisa melakukan perbuatan fitnah yang sangat jahat tersebut? Hampir semua fitnah dan kebohongan yang disebarkan saat ini adalah bermotifkan politik. Karena ingin berkuasa maka segala cara mereka lakukan. Mereka menghalalkan segala cara demi untuk berkuasa.

Tidak ada lagi pertimbangan dosa di kamus mereka. Yang penting bisa berkuasa dulu. Urusan dosa bisa bertaubat belakangan, mungkin begitu pikir mereka. Mereka tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa dosa fitnah yang disebarkan itu tidak akan mungkin bisa dibersihkan karena penyebaran fitnahnya bisa sangat jauh, massif, dan tak terhingga.

Seperti kisah orang yang menyebarkan serpihan kertas sepanjang perjalanan dan esoknya ia harus mengumpulkan kembali semua serpihan kertas tersebut.

Bagaimana bisa? Serpihan kertas tersebut telah tertiup angin dan tersapu hujan semalaman sehingga entah di mana serpihan kertas tersebut berada. Jadi bagaimana mungkin seorang muslim menganggap enteng setiap fitnah dan berita bohong yang ia sebarkan jika ia tahu, sadar, dan takut akan dosa? 

Apakah La Nyalla dan para pemfitnah menganggap urusan dosa akan selesai dengan sekedar minta maaf? Tidak semudah itu Lanyallo...! 

Jika kamu benar-benar ingin bertobat dari dosa-dosa fitnahmu maka sekarang kamu harus memunguti kembali serpihan-serpihan dosa yang telah tersebar sepanjang perjalananmu satu demi satu. Apakah kamu punya waktu dan kesanggupan untuk itu…?! 

***

Surabaya, 13 Desember 2018