Posisi Genting Jokowi

Ada jebakan, sebuah skenario untuk mem-tiga periode-kan Jokowi dengan jalan melingkar. Yang meniru dulu cara-cara TNI AD mengkudeta Sukarno. Bedanya kalau Sukarno dijatuhkan, dengan cara mengkambing hitamkan PKI.

Jumat, 22 Oktober 2021 | 07:12 WIB
0
313
Posisi Genting Jokowi
Ilustrasi pemimpin (Foto: viva.co.id)

Mulai besok atau besoknya lagi, atau besok besoknya lagi? Entah kapan, entah jadi atau tidak. Karena saya sadar, apa iya saya sekuat itu? Saya ingin menulis serial betapa gentingnya posisi Jokowi setelah pertengahan periode keduanya. Apa yang pada umumnya orang umum tidak bisa melihat, apalagi membacanya.

Betapa ketika “duo bebal” di masa lalu, SBY dan JK menyebut akan muncul masa-masa gelap setelah hari-hari ini. Bahwa statement itu bukan isapan jempol dan bentuk kehaluan mereka. Kali ini justru ada kejujuran (sekaligus keluguan) di dalam pernyataan keduanya. Yang aneh kok bisa kompak. Konspirasi ya?

Apa maksudnya "setelah hari-hari ini"?

Setelah PON Papua yang sesungguhnya justru sangat menyandera Jokowi itu? Sebuah bukti satu-satunya yang abadi itu hanya teori Machiaveli. Setelah 57 pegawai KPK berhasil digusur, tapi justru akan di-PNS-kan oleh Polri itu? Setelah negara akhirnya nomboki kereta cepat Jakarta-Bandung? Bukti bahwa Indonesia, tak lebih Timor-Timur atau Birma atau Srilangka yang diejek sedemikian miskinnya hingga pantas menerimanya. Tapi sekaya Indonesia? Tak kuasa juga menghindari debt-trap khas China itu.

Setelah Ganjar berbalik jadi duri daging PDI-P? Bagaimana akar rumput mereka rela “mencelengkan dirinya” sekedar, menunjukkan rasa sebal terhadap hegemoni Pengurus Pusat. Setelah Fadli Zon lancang berani menantang pemerintah membubarkan Densus 88? Sementara pengampu Kemenhankam justru adalah Ketua Umum partainya sendiri. Seorang Menteri yang tanpa malu setengah menelanjangi dirinya. Tak becus, ribet sendiri hanya untuk menentukan alutsista mana yang dibeli.

Eh ujungnya, beli barang bekas dan malah membentuk Pasukan Cadangan Strategis yang bahkan belum lagi latihan saja sudah dipersenjatai. Angkatan Kelima model baru? Di lain cerita, betapa ngototnya menantu Hendropriyono untuk jadi Panglima TNI. Padahal sisa usia jabatannya hanya setahun. Kalau gagal? Apa resikonya? Tentara keluar barak, nggrudug Istana?

Setelah ternyata tuduhan HA dan FM dianggap ngawur, tapi ngeyel tak mau minta maaf. Eh, ternyata, eh ternyata muncul data riset yang dianggap baru dan lebih banal. Dimana yang terlibat di dalam kasus itu justru adalah anak-anak dan keluarga besar Jokowi yang terlalu jauh. Yang berarti akan muncul sejenis Kasus Ahok Jilid 2.

Di permukaan Ahok tampak yang disasar, tapi Jokowi-lah bidikan utamanya. Hanya kali ini Luhut. Karena itulah Luhut cepat tanggap, membawa ke ranah hukum. Sedikit bukti kecerdasan ala Batak yang tak dimiliki etnis lain...

Ada jebakan, sebuah skenario untuk mem-tiga periode-kan Jokowi dengan jalan melingkar. Yang meniru dulu cara-cara TNI AD mengkudeta Sukarno. Bedanya kalau Sukarno dijatuhkan, dengan cara mengkambing hitamkan PKI.

Lalu sekarang siapa yang akan dijadikan "public enemy"? Dari situ Jokowi akan memiliki previlege diperpanjang. Padahal ujungnya justru melanggengkan persekutuan spirit kaum oligarkis dengan populisme Islam, untuk saling berbagi wilayah kuasa dan roti ekonomi. Dan negara makin ambyar, rakyat? Diberi BTL juga diem.

Hingga ternyata si ibu negara yang dianggap super-lugu itu, ternyata ambisinya sama saja dengan ibu negara yang berasal dari kota yang sama itu.

Dan, lagi-lagi masalah negara mentok pada urusan ibuk-ibuk. Hingga muncul preseden Jokowi mengulang kesalahan para Presiden terdahulu, ketika kepepet dan ditinggalakan Ring-1 nya dan citra nasionalistiknya. Lalu berayun ke kelompok yang itu-itu lagi. Kelompok yang ya ampun, tak pernah menang tapi abadi jadi "anjing penggongong"....

Buktinya....

Ah, kita ini membaca bahasa gambar saja selalu meleset dan tak pernah pas. Apalagi harus membaca bahasa langit. Kita ini terlalu dininabobokkan oleh bahasa kalbu? Apa yang orang Jawa sebut “mbatin”, yang bukan kebatinan. Selalu merasa nujumnya benar, tapi tak pernah merasa pede mengungkapkan. Tapi kalau dugaan itu terjadi, selalu dengan pongah berucap: “saya sudah menebak loh!”

Aih, aih... persis watak tengkulak buah!

Ah, terlalu banyak gosip, terlalu banyak cerita dibalik cerita! Tapi untuk menceritakannya, ah masa iya. Apa gunanya? Sekedar jadi konsumsi masyarakat curang yang hobinya kepo.

Karena ini malam Minggu, baiknya kita menikmati lagunya PSP saja: Ogah ah, jikalau di malam ini....

***
.