Memainkan PKI tidak Harus Jadi Komunis

Kalau isu PKI dikaitkan Orde Baru, bukan berarti Orde Baru PKI, karena Orde Baru bukan bagian dari PKI, tapi kekuasaan Orde Baru menjadikan PKI sebagai alat politik mengamankan kekuasaan.

Senin, 1 Juni 2020 | 06:43 WIB
0
607
Memainkan PKI tidak Harus Jadi Komunis
Foto:hits.grid.id

Tidak ada yang menuduh Soeharto itu PKI, kalau ada yang bilang begitu itu namanya pelintiran. Itulah makanya selama 32 tahun berkuasa dia tidak jadikan Indonesia berideologi komunis, tapi Soeharto menjadikan PKI sebagai mainanan Politiknya, untuk melanggengkan kekuasaannya.

Ini sama halnya dengan orang-orang yang menggunakan agama sebagai mainan politiknya. Kalau Soeharto menakut-nakuti masyarakat dengan isu PKI, maka kelompok yang menggunakan agama sebagai mainan politiknya, menakut-nakuti masyarakat dengan isu agama.

Ancaman munculnya kembali PKI itu adalah bagian dari memainkan isu PKI untuk menakut-nakuti masyarakat, modus seperti itu yang jago memainkannya hanya kelompok orde Baru. Jadi harus bisa bedakan menjadikan PKI sebagai mainan tidak difahami sebagai bagian dari PKI.

Soeharto bisa bertahan berkuasa selama 32 tahun itu juga karena menjadikan isu PKI sebagai mainannya. Begitu isu PKI muncul, maka dia akan keluar sebagai pahlawannya, itulah yang membuat kekuasaannya bertahan, dan meninabobokkan masyarakat selama 32 tahun.

Orang-orang yang menjadikan PKI sebagai mainan tidak harus menjadi PKI, karena dia hanya memanfaatkan PKI sebagai alat politiknya. Sama juga orang-orang yang menggunakan agama sebagai alat politik, belum tentu juga beragama secara benar, karena agama hanya digunakan sebagai alat politik, dan cuma dijadikan mainan untuk tujuan kepentingan politiknya.

Naif kalau berpikir bahwa Soeharto bagian dari PKI, karena dia hanya menggunakan PKI sebagai alat politik untuk mencapai kekuasaan, dan nyatanya dia sukses menggunakan dan memanfaatkan PKI sebagai mainannya selama 32 tahun, tanpa harus dia menjadi seorang komunis.

Pada masa Orde Baru berkuasa, siapa pun yang berani bertentangan dengan pemerintah akan dicap sebagai PKI, dan diancam dengan undang-undang Subversif, yang mana hukumannya tidak ada ampunannnya. Syukur-syukur bisa menghirup udara bebas, meskipun tidak bebas banget.

Sejarah mencatat bagaimana Jenderal TNI yang pernah berseteru dengan Soeharto ditangkap, karena dianggap terlibat dengan gerakan PKI. Sebut saja salah satunya, Mayjen TNI Pranoto Reksosamodra.

Baca Juga: Tommy Soeharto, Isu PKI dan Nostalgia Cengkeh di Masa Lalu

Konflik Pranoto dengan Soeharto bermula justru ketika keduanya sedang bersama di pucuk pimpinan Tentara Teritorium (TT) IV Diponegoro. Soeharto sebagai panglima divisi menyelewengkan jabatannya dengan melakukan kegiatan ilegal.

Pada Februari 1966, setelah memegang kendali penuh, Soeharto benar-benar mematikan Pranoto, karier maupun pribadi. Lewat Surat Perintah Penangkapan/Penahanan No.37/2/1966 tertanggal 16 Februari 1966, Soeharto menangkap Pranoto. Sumber

Gus Dur pun pernah mengungkapkan kalau PKI adalah mainan Soeharto, itulah makna kata dari 'mainan' yang dimaksudkan oleh Gus Dur. Bahwa PKI menjadi alat politik Soeharto untuk menjatuhkan lawan-lawannya.

Itulah pentingnya membaca kembali sejarah, namun sumber sejarah yang ditulispun haruslah yang benar, karena banyak sejarah yang ditulis ulang untuk memanipulasi sejarah yang sebenarnya.

Jadi harus cerdas memahami, kalau isu PKI dikaitkan dengan Orde Baru, bukan berarti menganggap Orde Baru PKI, karena memang Orde Baru bukan bagian dari PKI, tapi kekuasaan Orde Baru menjadikan PKI sebagai alat politik untuk mengamankan kekuasaannya.