Menurut Bupati Malinau Dr. Yansen T.P., M.Si. terdapat banyak pisang di kabupatennya. Selama ini sebagian besar masih menjadi konsumsi lokal, selain menjadi komoditas.
Indonesia itu salah satu surga pisang dunia. Tidak kurang dari 5.000 jenis pisang ada di negeri ini. Lebih dari setengah jenis pisang dunia. Tak salah jika banyak orang Indonesia menggemari pisang. Termasuk saya.
Setiap kali berkunjung ke Malinau Kalimantan Utara, suguhan pisang tak pernah saya lewatkan. Pisang dari pedalaman Kalimantan itu, rasanya maknyus. Apalagi jika sudah digoreng dengan tepung khas, yang ketika digigit berbunyi ‘kressss’. Sepuluh potong pisang goreng bisa dengan cepat beralih dari piring ke dalam perut. Kadang, saya tidak makan nasi. Cukup dengan pisang saja, sudah kenyang seharian. Tak apalah disamakan dengan monyet.
Pisang di Kalimantan Utara yang biasa saya konsumsi adalah pisang Kepok. Menurut data BPS, pisang jenis inilah yang paling banyak di Kalimantan, terutama Timur dan Utara. Ukurannya besar-besar. Bisa dua kali lebih besar dibanding pisang Kepok yang biasa saya konsumsi di Bogor. Pisang Kepok Malinau istimewa selain karena ukuran jumbonya, juga tekstur yang mantap, serta segar. Wajar, karena pisang di sana tumbuh alami bersama pohon-pohon raksasa di hutan. Tak ada sentuhan kimiawi. Ketika dikonsumsi langsung atau digoreng, cita rasanya berbeda.
Kalimantan punya lahan yang sangat luas untuk budidaya pisang. Jauh lebih luas dibanding tiga provinsi yang selama ini menjadi produsen pisang terbesar, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung. Komoditas pisang termasuk yang laku ekspor. China, Singapura, UAE, Jepang, dan Malaysia, adalah lima negara tujuan ekspor pisang terbesar Indonesia. Tahun 2018 lalu, nilai ekspor pisang Indonesia mencapai US$ 14 juta.
Menurut Bupati Malinau Dr. Yansen T.P., M.Si. terdapat banyak pisang di kabupatennya. Selama ini sebagian besar masih menjadi konsumsi lokal, selain menjadi komoditas.
Di kebunnya sendiri, terdapat banyak pisang Kepok, yang biasa menjadi sajian gorengan ketika menyambut tamu. Pisang goreng pak Bupati itulah yang sering saya santap.
Bupati Malinau ini aktif menulis dan rajin berkampanye literasi. Saya dan beberapa kawan sering diundang untuk membantu menulis dan mengadakan pelatihan menulis di Malinau. Semangat literasinya luar biasa. Bukan hanya bicara, tapi dia buktikan dengan menghasilkan beberapa buku yang diterbitkan oleh Gramedia Grup. Lead by example...
Saya dan kawan-kawan penulis yang terbiasa membantu pak Bupati, menganggap pisang Kepok Malinau istimewa. Setiap kali berkunjung ke sana, sajian yang ditunggu-tunggu adalah pisang goreng.
Menjadi lebih istimewa lagi karena setiap kali pak Bupati bertandang ke Jakarta, pisang Kepok Malinau tak pernah ketinggalan. Oleh-oleh buat kami. Bukan sesisir dua sisir tapi bertandan-tandan. Tanpa ke Kalimantan pun, saya dapat menikmati pisang Kepok Malinau bersama keluarga.
Tak salah jika Pepih Nugraha – mantan wartawan Kompas dan pendiri Kompasiana – menuliskan kalimat yang pas seperti ini. “A great leader is not a man with a big mouth, but a man who brings us a great banana!” Kami tersenyum lebar dan sepakat. Hal kecil bermakna jumbo yang kadang luput dari perhatian seorang pemimpin.
Terima kasih pak Bupati. Terima kasih pisang Kepok jumbonya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews