Dalam hijrah manusia yang paling hakiki akan tersimpan sebuah cita- cita tinggi jauh dilubuk untuk saling memeluk erat manusia dalam rangkulan damai.
Bom sudah terlanjur meledak, menghancurkan diri sendiri, melukai orang lain, membuat berang agama sendiri dan membuat orang- orang yang mengaku suci dan beragama kebakaran jenggot. Ah. Banyak orang telah tercuci otaknya oleh doktrin paham radikal yang mengatakan Jihad dengan melakukan bom bunuh diri itu akan diganjar surga dengan jamuan kenikmatan para bidadari.
Sungguh manis janji- janji dan orang termakan oleh janji yang berbalut ajaran agama. Agama yang hakikatnya mengajarkan kasih sayang, cinta kasih, saling memaafkan, saling menghargai seperti menemu titik hitam yang sukar dihilangkan.
Dari yang meyakini agama sebagai jalan pembebasan banyak yang salah menafsirkan agama berdasarkan egoisme, merasa diri paling baik, paling disayangi dan paling benar. Sejak agama lahir tragedi demi tragedi bermunculan oleh tafsir rancu manusia.
Mengapa agama sampai menimbulkan rasa takut, was – was, geram, dendam kesumat dan perang, Doktrin agama yang kaku dan cenderung mau menang sendiri membuat mereka mesti melenyapkan yang tidak sejalan dan sekeyakinan. Semakin merunduk, tekun berdoa,dan tidak jarang menutup diri untuk bergaul dengan orang lain karena menganggap yang tidak sejalan adalah kafir, yang berbeda mesti dipaksa sama, yang tidak sekeyakinan dan sealiran mesti diberantas.
Apakah itu bisikan nuraninya. Menganggap dirinya dan keyakinannya terbenar, tidak pernah mengakui bahwa perbedaan dan keragaman itu adalah kekayaan hidup.
Untuk bisa yakin bahwa dirinya benar maka perlu melihat orang lain yang berbeda. Untuk melihat hitam tentunya orang harus tahu putih, untuk bisa mengagumi warna tentunya ia harus tahu berbagai warna yang menjadi pembanding. Jika keyakinan dipaksa sama dan keragaman dipaksa seragam apalah hidup menjadi lebih bermakna.
Setiap manusia lahir dari rahim ibu sudah mengusung perbedaan.Tidak ada watak, karakter dan wajah yang benar benar mirip. Indonesia istimewa karena keragaman, banyak suku, banyak agama, banyak bahasa, banyak perbedaan pola pikir, banyak, sekali perbedaan yang membuat kaya karena manusia bisa tersenyum oleh beragamnya manusia yang ada di sekelilingnya.
Jika ada sekte dan aliran yang ingin menyeragamkan. Ingin membuat satu pemahaman dan memaksa diri meneror demi doktrin yang tertanam dalam otaknya maka itu bukan ajaran agama, itu sempalan keyakinan yang salah tafsir dalam menterjemahkan maksud dari ajaran agama. Tidak mungkin agama mengajarkan kekerasan, tidak mungkin ada agama mengajarkan membunuh. Pasti oknum dan sempalan manusia yang salah mengartikan akibat ajaran- ajaran yang datang dari pengajar fanatik buta.
Apakah ada yang mau angkat senjata demi membela agama di Indonesia, siapakah yang melakukan perlawanan atas kekerasan atas nama agama. Yang melawan bukan agama orang lain. Apapun provokasi tidak pernah digubris agama. Hanya aparat yang tegas melawan dan yang namanya agama, aparat juga beragama sama. Yang disebut kafir juga sesama agama sendiri.
Yang percaya bahwa Allah Pencipta dan Maha Tunggal. Siapa yang dilawan. Yang dilawan temannya sendiri yang berbeda cara pandang, berbeda menafsirkan ajaran. Lalu mengapa harus mengorbankan dan melibatkan orang lain demi cita- cita diri yang ingin merengkuh surga.
Saya, dan siapapun akan selalu mengutuk kekerasan atas nama agama. Tetapi meskipun begitu bukan berarti dendam pada pelakunya, pada agama yang kebetulan sering membuat maraknya terorisme. Bisa jadi mereka salah jalan, salah mengerti tentang hakikat agama sesungguhnya. Agama apapun akan mengajarkan bagaimana caranya manusia mengendalikan diri, mengasihi sesama, mengutuk manusia yang tega menghabisi nyawa manusia lain.
Dalam hijrah manusia yang paling hakiki akan tersimpan sebuah cita- cita tinggi jauh dilubuk untuk saling memeluk erat manusia dalam rangkulan damai. Karena jauh lebih indah merasakan kedamaian daripada setiap hari selalu berdoa tetapi dalam doa kobaran dendam membara setiap saat pada orang- orang yang kebetulan berbeda keyakinan dan pemahaman.
Maka bagaimanapun siapapun dengan apapun marilah berjabat tangan dalam damai. Mau anda suka celana cingkrang, berjenggot atau kelimis, bukan fisik ukurannya tetapi keikhlasan hati dan jiwa untuk memeluk dalam kesukacitaan itu yang terpenting.
Maaf ini hanya pendapat manusia penuh dosa yang ingin melihat kedamaian sejati di bumi Indonesia tanpa dicekam bom bunuh diri mengatasnamakan agama. Salam damai selalu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews