Manuver Melengserkan SBY

Tujuan SBY satu, menjadikan AHY sebagai the next presiden Indonesia, diawali dengan mengangkat AHY sebagai ketum Demokrat. Dititik inilah konflik keras kali ini terjadi.

Selasa, 9 Juli 2019 | 07:24 WIB
0
1281
Manuver Melengserkan SBY
SBY (Foto: Republika.co.id)

Manuver politik para pendiri dan deklarator partai demokrat yang menginginkan SBY lengser dari partai demokrat layak disimak.

Ini sebuah terobosan dan sekaligus sebuah keberanian untuk menabrak sebuah budaya organisasi politik yang sudah mapan.

Langkah para deklarator dan para pendiri partai demokrat untuk melengserkan SBY adalah antiklimaks dari suasana yang tidak nyaman selama ini yang mereka rasakan.

Demokrat memang sedang didesain SBY sebagai partai dinasti yang lebih dekat dengan budaya oligarki, dinasti, paternalistik dan klientelistik. Tentu budaya ini tidak sehat dalam demokrasi.

Demokrat yang diprotes oleh para pendirinya adalah demokrat yang melawan logika partai politik modern dan terbuka, para deklarator menginginkan demokrat sebagai partai yang bukan milik satu dua oknum saja.

Demokrat dibawah SBY memang mengalami kemunduran yang sangat luar biasa, karena SBY menginginkan partai ini menjadi kendaraan pribadi dan keluarga.

Hal ini sebenanarnya sudah lama didesain oleh trah Cikeas, salah satu indikator kuat ke sana adalah dilengserkannnya mantan ketua umum partai demokrat Anas Urbaningrum.

Padahal, semua pengamat sepakat bahwa Demokrat sudah memiliki penerus yang sangat cakap kala itu yakni Anas. Namun Cikeas tidak merestuinya.

SBY khawatir Anas akan mengambil alih partai demokrat dan menyisihkan keluarga SBY dalam panggung politik di masa depan. Maka Anas segera dieliminasi.

Soal korupsi Anas, bukanlah hal besar dalam Partai Demokrat, mengingat SBY sendiri belum selesai dengan kasus bailout bank century bernilai trilyunan rupiah tersebut.

Tahun 2013, saya berdiskusi langsung dengan staf ahli Anas Urbaningrum kala Anas menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Diskusi kami berkisar soal kasus Hambalang dan soal internal partai Demokrat.

Tapi saya tidak mau masuk terlalu jauh, mengingat kala itu saya adalah salah satu anggota partai politik. Saya gak mau masuk mengurus dapur orang lain, diskusi itu hanya sebatas teman, tapi yang saya tangkap, Anas sengaja disingkirkan agar Anas tidak besar di "partaikeluarga" SBY tersebut.

Upaya melengserkan SBY dari partai kali ini menarik, karena ini soal masa depan politik keluarga SBY terutama AHY yang digadang gadang menjadi capres 2024 nanti.

Atas motif dan misi ini jugalah, mengapa SBY dan Demokrat saat ini memberikan sinyal merapat ke Jokowi. bukan hanya itu, SBY juga terkesan berjuang setengah hati memenangkan Prabowo Sandi pada pemilu kemarin.

Ini semua karena tujuan SBY satu, menjadikan AHY sebagai the next presiden Indonesia diawali dengan mengangkat AHY sebagai ketum Demokrat. Dititik inilah konflik keras kali ini terjadi.

Baca Juga: Silaturahmi Politik AHY dan Ibas dalam Pesan SBY yang Sangat Jelas

Merapat ke kubu Jokowi memang sebuah langkah yang rasional demi mendapatkan support dan partner pada pilpres mendatang, AHY yang masih serba kurang dalam kompetensi dan jam terbang terus "dipaksakan" oleh SBY agar merangsek ke ring 1 lingkaran istana.

Ambisi SBY terlihat dengan kasat mata, AHY dipensiunkan dini dari militer dan dijadikan calon Gubernur jakarta 2017 lalu melawan Ahok dan Anies.

Ambisi AHY kali ini mendapatkan challange yang keras dari internal demokrat, SBY ditantang untuk meletakkan jabatan dan berhenti menjadikan Partai sebagai kendaraan politik pribadi dan keluarga.

Namun langkah melengserkan SBY tidak akan berjalan mulus. Mengingat kekuatan utama partai saat ini ada dalam kendali SBY-AHY secara mutlak.

Tapi dalam politik, semua keadaan bisa berubah kapan saja, setidaknya keberanian para deklarator partai yang ingin melengserkan SBY akan cukup menyita energi SBY dalam fokusnya membesarkan AHY di panggung politik kedepan.

Yang jelas karma politik iti selalu ada, yang berkhianat kepada rakyat akan membayar dengan harga yang mahal, dan yang terlalu ambisi dalam politik dengan menghalakan segala cara akan dihukum rakyat kelak. Baik SBY maupun penguasa saat ini Jokowi cs.

Tengku Zulkifli Usman

***