Rencana pembunuhan terhadap 4 Tokoh Nasional dan satu direktur lembaga survei hanyalah dalih untuk mengalahkan ancaman tuduhan dan hukuman.
Seberapa penting nyawa 4 Tokoh Nasional dan satu direktur lembaga survei.? Sehingga mereka layak dihabisi dalam peristiwa kerusuhan 21-22 Mei 2019 yang baru lalu. Pastinya susah kita mencari korelasinya antara rencana pembunuhan dengan kerusuhan tersebut.
Kalau saya bilang memang tidak ada rencana pembunuhan tersebut, rencana ini baru disebutkan setelah 6 tersangka itu ditangkap. Disinilah skenario itu diubah, dan dialihkan untuk menghindari tuduhan rencana Makar terhadap Pemerintah yang sah.
Ancaman hukuman terhadap pelaku makar jauh lebih berat dari rencana pembunuhan. Pembunuhan berencana hanya dihukum paling berat 15 tahun, sementara bagi pelaku makar ancaman hukumannya 20 tahun sampai hukuman mati.
Yang beratnya lagi kasus ini sudah diketahui dalangnya siapa, bisa dibayangkan kalau kasus ini dikenakan dengan Pasal Makar, maka semakin beratlah hukuman yang akan diterima oleh pelaku maupun dalangnya, bukan cuma itu, yang menggerakkan aksi demo pun akan tersangkut dalam rencana makar.
Sebetulnya sudah tidak bisa disembunyikan lagi skenario penggulingan kekuasaan, karena indikasi kearah sana sudah sangat Kuat. Gerakan akar rumput bukanlah gerakan murni yang lahir atas kesadaran ingin menuntut Pemilu yang Adil.
Baca Juga: Kerusuhan 22 Mei, Murni Gerakan Inkonstitusional
Digunakannya istilah Gerakan Akar Rumput, memang untuk menarik simpati masyarakat, sebagai gerakan sosial yang lahir dari masyarakat kebanyakan, padahal kenyataannya gerakan tersebut dimobilisasi untuk kepentingan politik, dan mereka diadakan dengan berbagai cara.
Saya mengutip analisis Tempo.co sebagai berikut, yang mengistilahkan gerakan akar rumput itu sebagai Astroturfing, yang berarti sebuah strategi kampanye terselubung yang didesain sedemikian rupa sehingga tampak seperti berasal dari masyarakat jamak (grass root), padahal kenyataannya diinisiasi atau didanai oleh perusahaan atau gerakan politik tertentu.
Asumsinya, orang akan cenderung lebih bersimpati dan meyakini obyektifitas yang digerakkan oleh akar rumput, ketimbang kampanye blak-blakan oleh golongan tertentu.
Jelas akar rumput disini keberadaannya memang diadakan, bukanlah aksi Solideritas. Bisa jadi pada awalnya gerakan ini diinisiasi sebagai gerakan damai, tapi bukan mustahil kalau gerakan ini tidak ditunggangi oleh pihak Ketiga.
Hal itu pun sebetulnya sudah diprediksi akan terjadi, dan pada kenyataannya memang terjadi. Sangat mudah Prabowo mengatasi kerusuhan tersebut, hanya dengan lewat pidatonya yang disebarkan baik dimedia sosial maupun media televisi, kerusuhan seketika bisa mereda dan tidak lagi berkelenajutan.
Jadi memang kerusuhan 21-22 Mei bukanlah kerusuhan biasa, ada agenda Penggulingan kekuasaan didalamnya. Memang Penggulingan kekuasaan tersebut bukanlah bermaksud agar Prabowo menjadi Presiden, tapi lebih kepada "Asal Bukan Jokowi" yang jadi Presiden.
Kalau Penggulingan kekuasaan tersebut bertujuan agar Prabowo menjadi Presiden, tetap saja bukan Prabowo yang jadi Presiden, karena jika terjadi Jokowi lengser, maka otomatis Jusuf Kalla yang akan menggantikannya, karena Konstitusi mengaturnya memang demikian.
Pertanyaanya, pihak mana yang ingin menggulingkan Presiden.? Ya sudah pastilah pihak yang mengorganisir para perusuh, yang sudah menyiapkan para penembak jitu untuk menciptakan Martir, agar kerusuhan tersebut menjadi kerusuhan massal.
Kalau didalami terus penyidikan terhada 6 tersangka yang sudah ditangkap, sangat mungkin akan ketahuan apa motif sebenarnya. Rencana pembunuhan terhadap 4 Tokoh Nasional dan satu direktur lembaga survei hanyalah dalih untuk Mengalahkan ancaman tuduhan dan hukuman. Inilah yang harus didalami pihak kepolisian.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews