Kebohongan dan Skenario Kemiskinan yang Digelembungkan

Sabtu, 12 Januari 2019 | 18:34 WIB
0
537
Kebohongan dan Skenario Kemiskinan yang Digelembungkan
Ilustrasi kemiskinan (Foto: Indeksberita.com)

Kepekaan sosial itu adalah naluri kemanusiaan yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Sebagai seorang pemimpin, wajib memiliki kepekaan sosial, namun tidak banyak pemimpin yang mengasah nuraninya untuk bisa mempertajam kepekaan sosialnya. Ada tipikal pemimpin yang hanya peka terhadap kondisi sosial, saat ada kepentingan Politik saja.

Yang seperti itu banyak, dia akan bicara tentang kondisi sosial masyarakat, laiknya seorang pemerhati sosial. Tiba-tiba dia bisa seolah-olah prihatin terhadap kesenjangan sosial yang terjadi. Padahal, sebelum ada kepentingan Politik, dia sama sekali tidak pernah bicara tentang kondisi sosial masyarakat. Kenyataannya, kesenjangan dan kemiskinan itu sudah lama dihadapi masyarakat.

Inilah yang sedang dialami oleh Prabowo, tiba-tiba dia begitu menjadi prihatin terhadap kemiskinan, dan kondisi ekonomi masyarakat kebanyakan. Dalam safari politiknya di musim kampanye Pilpres 2019. Prabowo kali ini mengunjungi Sulawesi Tengah untuk bertemu dengan para kader dan simpatisan Partai Gerindra.

Lagi-lagi dalam Pidatonya di hadapan para kader dan simpatisan Partai Gerindra, Prabowo menyampaikan bahwa dia mendapat laporan ada kasus kepala keluarga yang tak lagi mampu menghidupi anak istrinya terpaksa gantung diri.

"Saya dapat laporan, ada orangtua gantung diri karena dia tidak bisa memberi kehidupan untuk anak-anaknya, hal ini tidak boleh terjadi di Republik kita," ucap Prabowo menegaskan.

Kasus seperti yang dikatakan Prabowo tersebut, bukan saja baru terjadi saat sekarang ini, sudah sejak dulu sering ada kasus orang tua yang bunuh diri, karena tidak lagi mampu menghidupi anaknya. Kasus seperti itu memang memprihatinkan, seharusnya setiap waktu kita harus peduli, bukan cuma saat kita punya kepentingan.

Tidak semua kasus bunuh diri seperti itu dilatarbelakangi oleh kemiskinan. Kalaupun karena kemiskinan, perlu Juga ditelaah apa sebabnya, kalau miskin karena kemalasan, itu adalah kesalahan yang tidak patut ditolerir.

Kalau masyarakat disekitarnya bisa hidup layak meskipun sederhana, sementara dia ada di antaranya tapi hidup dengan kemiskinan, itu artinya memang kesalahan dalam mengelola hidupnya sendiri.

Makanya seorang pemimpin itu harus turun ke bawah, baik dalam kondisi ada kepentingan Politik atau tidak, supaya tahu kondisi masyarakat secara langsung, bukan cuma karena terima laporan. Apa lagi sekelas Prabowo, seorang yang memiliki kekayaan yang melimpah, harusnya kepedulian seperti itu sudah menjadi kebiasaan dalam kesehariannya.

Sebagai Ketua Umum Partai, harusnya Prabowo aktif memerintahkan kepada kader partainya, yang menjadi anggota Legislatif, agar sering mendatangi konstituen partainya, bukan hanya saat Prabowo ingin Nyapres, tapi sudah menjadi kegiatan rutin yang memang harus dilakukan, supaya tahu seperti apa kondisi sosial masyarakat yang sebenarnya.

Sudah beberapa kali Prabowo menerima laporan yang salah, dan itu ditelannya mentah-mentah. Seperti Kasus Selang Cuci darah yang dipakai berulang-ulang di RSCM, sehingga apa yang dikatakan Prabowo tersebut menjadi viral disosial media. Begitu juga pernyataan-pernyataan Prabowo lainnya, yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Akibatnya, Prabowo dianggap sebagai produsen kebohongan yang berulang-ulang. Terlepas hal tersebut dia sengaja atau tidak, kebohongan yang diucapkannya sudah menjadi santapan publik. Sebagai sosok negarawan, harusnya Prabowo bukan cuma mendengarkan, tapi juga harus melakukan aksi, bukan cuma karena ada kepentingan Politik, tapi demi keadilan dan kemanusiaan.

Sudah bisa dibaca, buntut dari semua pernyataan Prabowo adalah, dia ingin masyarakat agar memilih dia, dia akan menyelamatkan bangsa ini dari segala kemelut hidup, seakan-akan Prabowo adalah solusi dari semua keadaan, seakan-akan Prabowo adalah Pahlawan penyelamat bangsa, padahal untuk semua itu, Prabowo masih perlu diuji, belum tentu semua yang dikatakan akan seperti yang dia akan lakukan.

Mempolitisasi kemiskinan hanya untuk kepentingan Politik, bukanlah suatu perbuatan yang bersifat permanent, tapi hanyalah perhatian yang bersifat sesaat. Untuk apa mempolitisasi kemiskinan, sementara dalam keseharian tidak peduli dengan kemiskinan yang ada disekitarnya.

***