Jangan lupa esprit de corps di kalangan militer selalu dibawa sampai mati. Sekali lagi, jangan menganiaya dan menyakiti tentara. Sekali lagi. Karena tentara akan menuntut balas.
Jangan sakiti tentara!
Pesan yang disampaikan oleh mantan Kepala BIN Jenderal (Purn) AM Hendropriyono sangat jelas. Jangan sakiti tentara. Pesan yang disampaikan tampak di permukaan. Serasa ringan. Namun jika dicermati memiliki pesan yang mendalam. Terlebih lagi di tengah ancaman radikalisme.
“Jangan menganiaya tentara,” kata Hendropriyono saat peresmian Patung Jenderal Besar Sudirman oleh Menhan Prabowo di Yogyakarta Minggu (10/11/2019).
Dia mencontohkan tindakan terror terhadap Wiranto. Akibat menyakitinya secara fisik, lebih dari 36 orang teroris yang terkait dengan serangan terhadap Wiranto.
Pun AM Hendropriyono mencontohkan peristiwa ketika tentara disakiti. Peristiwa 7 jenderal dibunuh. G30S PKI. Akibatnya bukan hanya puluhan tapi ratusan ribu yang terkait dengan peristiwa itu dipenjarakan. Itu contoh nyata ketika tentara disakiti, maka tindakan balasan setimpal akan dilakukan. Kenapa?
TNI atau tentara adalah penjaga negera paling utama. Keutuhan dan ketahanan Negara ada di tangan mereka. Penjaga Negara dari gangguan dari dalam dan luar negeri. Sementara Polri menjaga ketertiban umum.
Penggalan makna pesan kedua yakni terkait dengan political assassination. Pembunuhan secara politik terhadap tentara. Bagaimana pun peran tentara sebagai the guardians of the state tetap tak tergantikan. Untuk itu siapa pun harus menjaga marwah dan kehormatan tentara / TNI.
Frasa pembunuhan politik sesungguhnya memiliki dua makna. Makna pertama benar-benar pembunuhan. Makna kedua adalah dalam arti ketika tentara atau mantan tentara dibunuh secara politik.
Pesan mantan Kepala BIN ini serasa menjadi sangat penting di tengah isu radikalisme anti Pancasila, intoleransi, yang tengah mengancam NKRI. Karena TNI atau tentara adalah pilar penjaga terdepan dan terdalam dari tegaknya Negara Indonesia dari ancaman luar dan dalam.
Jadi siapa pun yang dengan sengaja melakukan tindakan yang mencederai, menganiaya, menyakiti pilar dan penjaga negara yakni tentara / TNI, maka tidak ada yang bisa mencegah tentara melakukan aksi setimpal.
Ketegasan tentara ini bukan hanya di Indonesia. Ketika tentara diperlakukan tidak senonoh, seperti kelakuan teroris ISIS yang membakar hidup-hidup pilot Moaz Al-Kasasbeh. Pembakarnya adalah Abu Ruqayah Al Ansari yang dikejar oleh pasukan Russia dan Syria dan dibunuh di Idlib pada 2018.
Bahkan sehari setelah pembakaran itu dua orang teroris Rishawi, serta operator Al Qaeda asal Irak, dan Ziad Karbuli langsung dieksekusi. Tentara menuntut balas.
Dan jangan lupa esprit de corps di kalangan militer selalu dibawa sampai mati. Sekali lagi, jangan menganiaya dan menyakiti tentara. Sekali lagi. Karena tentara akan menuntut balas.
Ninoy Karundeng
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews