Selancar Anies Pasca Pilpres

Sebuah pengajian di kantor pemerintah, diikuti oleh aparat pemerintah yang gajinya dibayar dari pajak rakyat. Dibubarkan sebab penceramah jelas-jelas anti pemerintah dan anti ideologi negara.

Kamis, 27 Juni 2019 | 21:14 WIB
0
620
Selancar Anies Pasca Pilpres
Felix Siauw (Foto: Tribunnews.com)

Felix Siauw rupanya tetap diberi panggung di pengajian Pemda DKI. Tokoh pendukung khilafah ini diundang sebagai nara sumber, di sebuah institusi pemerintah. Institusi yang semestinya berdiri paling depan menjaga ideologi negara justru memberi kesempatan pada orang yang anti-Pancasila. Aneh.

Mulanya pengajian itu ditentang netizen. Pihak Pemda DKI bilang acara tersebut dibatalkan. Tapi, rupanya itu hanya tipuan kepada publik yang marah. Pemda DKI nyatanya keukeuh melanjutkan acara.

Karena kengototan anak buah Anies Baswedan inilah yang membuat ratusan anggota Banser marah. Mereka beramai-ramai mendatangi kantor Balai Kota, membubarkan pengajian itu. Felix Siauw kabur buru-buru kabur lewat jalan belakamg.

Apa yang aneh disini? Sebuah pengajian di kantor pemerintah, diikuti oleh aparat pemerintah yang gajinya dibayar dari pajak rakyat, dibubarkan oleh masyarakat. Sebab penceramah yang mengisi pengajian itu jelas-jelas anti pemerintah dan anti ideologi negara. Penceramah itu anti-nasionalisme.

Bukan kali ini saja Pemda DKI menunjukan simpatinya pada pendukung khilafah. Sebelumnya tersebar surat resmi dari Dinas Pemberdayaan Anak, Pengendalian Lingkungan dan Penduduk yang mengundang Muslimat HTI dalam sebuah rapat. Organisasi yang tujuannya menghancurkan Indonesia itu, diundang ke pemerintah untuk bekerjasama. Bingung, kan?

Katanya sih, rapat dibatalkan.Tapi siapa yang percaya? Sama seperti alasan pengajian Felix yang bilang dibatalkan. Ternyata diam-diam terus dijalankan.

Banyak orang curiga, sepertinya langkah-langkah ini bukan kebetulan. Orang mencurigai ada skenario di baliknya.

Baca Juga: Memahami Pola Pikir Anies Baswedan

Begini. Pilpres baru saja selesai. Prabowo-Sandi dapat suara 43 persen. Rerata pendukungnya adalah gerombolan yang hobi mengasong agama untuk politik. Suara 43 persen itu lumayan besar untuk dipertahankan sebagai modal. Caranya : rawat baik-baik isunya.

Nah, Anies Baswedan sepertinya mau merawat isu itu. Dia ingin menggantikan Prabowo sebagai lokomotif gerombolan Islam politik. Modalnya cukup. Muda, keturanan arab, pandai ngoceh, lulusan luar negeri dan kini duduk sebagai Gubernur Ibukota.

Undangan kepada Felix Siauw dan Muslimat HTI oleh Pemda DKI itu bisa dibaca dalam konteks tersebut.

Lalu kenapa HTI? Bukankah organisasi perusuh itu setara dengan PKI sekarang, termasuk organisasi yang dilarang?

Begini. Anggota HTI diperkirakan ada 3 juta orang. Mereka ini seperti bebek, ngikut saja apa yang diarahkan pemimpinnya. Kalau Anies bisa memegang HTI di tangannya, dia punya modal 3 juta suara. Lumayan buat bargaining kepada partai untuk dicalonkan dalam Pilpres yang akan datang.

Siapa lagi yang mau disasar Anies? Masyarakat yang membenci Ahok.

Makanya wajar saja apabila banyak kebijakan ngaconya yang ketika diprotes publik dia menuding sebagai warisan Ahok. Anies seperti ingin terus menerus menarik Ahok ke pusaran untuk merawat ingatan orang pada gerakan 212 yang mengantarkannya sebagai Gubernur DKI.

Tentu saja sentimen anti-Ahok itu menguntungkan Anies. Apalagi kini aura Ahok tidak semoncer dulu. Pernikahanya dengan Puput memupuskan simpati banyak pendukungnya.

Jangan heran jika alasan dikeluarkannya IMB pulau reklamasi oleh Anies, malah Ahok yang disalahkan. Padahal dulu Ahok tidak mau keluarkan IMB karena ingin memastikan retribusi tambahan 15% dari NJOP buat Pemda. Sedangkan Anies mengeluarkan ribuan IMB pulau reklamasi diam-diam. Tanpa memungut tambahan retribusi kepada pengembang.

Baca Juga: Hanya "Ustad" Felix Siauw Pesaing Berat Prabowo Saat Ini

Partai yang diharapkan Anies menjadi pensukungnya adalah PKS, yang selalu mengasong agama untuk tujuan politik. PKS dapat suara lumayan pada Pilpres kemarin. Nah, PKS ditambah HTI dan gerombolan Islam polittik lainnya adalah modal awal yang cukup sebagai bargaining.

Artinya begini. Anies ingin memperpanjang hiruk-pikuk Pilpres kemarin dengan berselancar di atas eforia politisasi agama. Jangan heran jika organisasi terlarang seperti HTI malah diberi karpet merah di Pemda DKI.

Jadi apakah hadirnya Felix Siuaw dan diundangkan Muslimat HTI ke Pemda DKI adalah kebetulan? Saya rasa gak. Itu adalah pernak-pernik dari skenario besar persiapan 2024 nanti.

"Mas, kalau Anies dicalonkan PKS jadi Capres dan terpilih sebagai Presiden, bahaya dong," ujar Abu Kumkum.

"Bahaya gimana Kum?"

"Nanti ibukota kita bisa jadi banyak."

"Kok, begitu?"

"Iya, namanya ibukota yang dipoligami."

Eko Kuntadhi

***