Pemilu yang melelahkan dengan tensi politik tinggi telah selesai. KPU sudah menyelesaikan rekapitulasi nasional pileg dan pilpres, dan telah diumumkan pada 21 Mei 2019 yang lalu. Penetapan presiden dan wakil presiden terpilih masih menunggu hasil gugatan calon yang kalah ke Mahkamah Konstitusi.
Selanjutnya kita juga masih menunggu pembentukan lembaga-lembaga legislatif baru, yakni DPR, DPD, DPRD Tingkat I/Propinsi, DPRD Tingkat II/Kabupaten/Kotamadya dan MPR yang akan terbentuk dari DPR dan DPD.
Kita juga menantikan pemerintahan baru sebagai konsekuensi hasil pilpres. Mudah-mudahan pemerintahan baru itu akan terwujud dalam kabinet yang terdiri dari orang-orang yang benar-benar ahli, berintegritas dan siap bekerja keras untuk kemakmuran negeri ini.
Mudah-mudahan kerja pemerintahan baru tersebut tidak terganggu oleh hal-hal nonteknis sebagai imbas keterbelahan masyarakat akibat perbedaan politik dalam pemilu.
Kita harapkan pemerintahan baru nanti dapat merangkul dan mengayomi serta mengakomodasi kepentingan semua pihak, sehingga keterbelahan sosial politik, yang bahkan bernuansa agama dan politik identitas, dapat direkatkan kembali.
Anggap saja bahwa itu cerminan darurat politik di masa lalu. Jangan lagi ada ruang untuk politik identitas, karena identitas tunggal kita adalah Indonesia.
Keindonesiaan kita tercermin dalam ideologi negara Pancasila, sehingga kampanye dalam pileg dan pilpres lima tahun yang akan datang mestinya tak lagi diwarnai dengan politik identitas yang memecah-belah, melainkan dimeriahkan oleh adu program dan gagasan yang ditawarkan para kontestan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews