Beda dengan BPN, Klaim Hasil Survei Internal TKN Lebih Logis dan Realistis

Kamis, 14 Maret 2019 | 23:25 WIB
0
391
Beda dengan BPN, Klaim Hasil Survei Internal TKN Lebih Logis dan Realistis
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Abdul Kadir Karding dan Capres 01 Joko Widodo (Gambar: detik.com)

Siapa bilang cuma Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang melakukan survei internal? Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin pun melakukannya, kok.

Kalau sebelumnya BPN mengutarakan bahwa dari survei internal mereka diperoleh hasil yaitu pasangan Prabowo-Sandi unggul di atas 54% dan bahkan bisa sampai 60% mengalahkan pasangan Jokowi-Amin yang jauh tertinggal 40%, lalu bagaimana pula dengan hasil survei internal pihak TKN?

"Di kisaran angka 56, itu terbaru," ujar Wakil Ketua TKN, Abdul Kadir Karding.

Maksudnya adalah persentase elektabilitas pasangan Jokowi-Amin berada pada angka 56%. Sayang, pihak TKN tidak ikut menyebutkan persentase yang diperoleh pasangan Prabowo-Sandi.

Dari hasil survei internal TKN yang diramu per Februari 2019 ini, posisi elektabilitas Jokowi-Amin menang terpaut tipis dibanding Prabowo-Sandi, karena di beberapa wilayah Jokowi-Amin masih kalah.

"Jabar sama Banten kalah 4%," lanjut Karding.

Berbeda dengan klaim BPN, hasil survei internal TKN sepertinya hampir sama dengan hasil survei yang dirilis oleh beberapa lembaga survei independen, di mana memang Jokowi-Amin tetap di atas 50%.

Tidak hanya itu, pihak TKN pun secara objektif mengaku belum semua wilayah sasaran mereka persentasenya terangkat optimal. Dan menurut pandangan saya, ini adalah pengakuan jujur.

Dengan mengakui kelemahan, pihak TKN bisa dengan leluasa dan lebih giat mendongkrak elektabilitas psangan capres-cawapres mereka ke depan, setidaknya di bulan ini  dan pada April. Sedangkan di pihak BPN, hampir tidak ditemukan pengakuan semacam itu. 

Mereka selalu mengklaim bahwa mereka tetap menang di semua tempat. Ya, terserah mereka. Mereka tentu punya penilaian dan tujuan tersendiri. Biarkan saja.

Menurut saya, paling tidak ada tiga tujuan mengapa kedua kubu yang sedang bersaing tersebut ikut melakukan survei internal, di samping mendengar dan membaca hasil survei dari lembaga-lembaga survei independen, antara lain untuk mendapat posisi popularitas dan elektabilitas update pasangan calon, sebagai data pembanding dengan hasil survei lembaga lain, dan bahan untuk melakukan evaluasi.

Melihat ketiga tujuan di atas, tepatlah bahwa hanya TKN yang cenderung sesuai. Klaim BPN cukup jauh dan menyimpang, mereka sangat subjektif. Bahkan sampai-sampai menolak segala hasil survei dari lembaga independen. BPN pun menganjurkan lembaga-lembaga eksternal tersebut sebaiknya membubarkan diri.

"Jadi harusnya mereka ini malu yah, lembaga-lembaga survei ini karena mereka gagal terus. Kalau di luar negeri sudah membubarkan diri," ujar Fadli Zon, anggota Dewan Pengarah BPN Prabowo-Sandi.

Maka tidak heran kemudian beberapa pihak menyebut klaim BPN hanya untuk menyenangkan kubu mereka sendiri. Selain itu, BPN juga dianggap sekadar menggiring opini publik supaya mereka diakui eksis di lapangan.

Apa pun klaim dari masing-masing tim pemenangan capres-cawapres, hanya publik yang menilai benar tidaknya. Publik tentu paham pihak mana yang jujur dan objektif.

Mari kita tunggu saja hasil akhirnya pada saat Pilpres nanti 17 April 2019. Semoga para pengguna hak pilih cerdas dalam menentukan pilihannya.

***