Dari Klaim ke Klaim Kampanye Akbar 02

Berbohonglah dengan pintar jangan sampai ada jejak. Sehingga kebohongan Anda, bisa diterima oleh akal sehat.

Senin, 8 April 2019 | 14:34 WIB
0
519
Dari Klaim ke Klaim Kampanye Akbar 02
Prabowo Sandi (Kompas.com)

Harus diakui kampanye akbar paslon 02 berjalan dengan sukses. Banyak pendukung yang hadir serta tidak ada kejadian rusuh atau lainnya. Suasana agamis juga terbangun dengan baik. Namun permasalahannya ada pada dari klaim ke klaim kampanye akbar 02.

Klaim Bocor

Prabowo saat berpidato di kampanye akbar mengatakan bahwa KPK mendukung klaim beliau. Klaim yang mengatakan bahwa ada kebocoran anggaran sebesar 1.000 triliun rupiah. Bahkan KPK menurut Prabowo mengatakan yang bocor itu 2.000 triliun rupiah.

Prabowo mengatakan, jika dihitung selama lima tahun ke depan, maka kebocoran anggaran mencapai Rp 10.000 triliun. Menurut Prabowo, dengan anggaran sebesar itu, pemerintah dapat membangun ratusan pabrik untuk menyejahterakan rakyat. "Bayangkan lima tahun lagi yang hilang 10 ribu triliun. Bayangkan berapa ratus pabrik yang bisa kita bangun," ujar Ketua Umum Partai Gerindra itu. (Kompas.com)

Sekadar informasi dalam beberapa tahun ini APBN Indonesia berada dalam kisaran 2.000 triliun rupiah.  APBN 2019 atau tahun ini adalah sekitar 2.400 triliun rupiah.

Jika dikatakan bocor 2.000 triliun maka tidak akan banyak jalan yang dibangun. Padahal pemerintah untuk membangun infrastruktur saja anggarannya sekitar 400 triliun. Untuk pendidikan sekitar 400 triliun juga. Gaji ASN sekitar 200 triliun. Dalam 5 tahun ke depan tidak ada lagi anggaran untuk semua itu, karena menurut Prabowo bocornya bisa terakumulasi 10.000 triliun.

Dalam 5 tahun ke depan negara akan bangkrut jika memakai asumsi Prabowo.

KPK sendiri memberikan klarifikasi. Seperti dikutip dari Kompas.com, Deputi Bidang Pencegahan KPK Pahala Nainggolan mengatakan pihaknya tidak memiliki kajian khusus tentang kebocoran 2.000 triliun.

Pahala mengatakan bahwa 2.000 triliun adalah potensi kehilangan penerimaan negara. Jika semua pembayar pajak patuh maka ada potensi penambahan sekitar 2.000 triliun penerimaan negara dari pajak.

Rasio pajak (perbandingan penerimaan pajak dengan PDB) sekarang ini berada di kisaran 10 persen. Penerimaan pajak tahun 2018 sekitar 1.300 triliun. Jika rasio pajak bisa ditingkatkan ke 20 persen saja,  maka akan penerimaan pajak akan bertambah 1.300 triliun.

 Pahala bahkan membayangkan rasio pajak Indonesia bisa setara dengan negara-negara Skandinavia yang bisa mencapai 30-40 persen. Ini berarti potensi penerimaan negara bisa bertambah lebih dari 2.000 triliun.

Klaim Peserta Kampanye Akbar

Pada pukul 8.36 tanggal 7 April 2019 Kompas.com melansir berita berjudul “Prabowo: Ini Rapat Akbar Politik Terbesar dalam Sejarah RI

Dalam berita itu ditulis “Prabowo mengatakan, diperkirakan ada ratusan ribu pendukung yang hadir. Bahkan, karena begitu banyak yang hadir, sampai-sampai tidak cukup masuk ke dalam stadion.”

Pada hari yang sama 7 April 2019 pukul 19.43, Kompas.com melansir berita berjudul “Prabowo Sebut 1 Juta Pendukungnya Hadir Saat Kampanye Akbar

Dalam berita itu ditulis "Panitia, berapa yang sudah hadir di sekitar Senayan? 1 juta lebih," ujar Prabowo di sela-sela kampanyenya.

Mungkin Prabowo lupa dengan yang diucapkan pada awal kampanye sehingga menjelang akhir kampanye klaim jumlah peserta kampanye akbar naik menjadi satu juta. Atau bisa jadi pembisik Prabowo yang tidak menyimak pidato awal sehingga salah kasih data. Mungkinkah Kompas.com yang sekarang ini dipuja puji kubu 02 karena Litbang Kompas mengatakan elektibilitas paslon 01 di bawah 50 persen, salah kutip?

Lepas dari itu semua Kompas.com juga mengatakan bahwa kapasitas maksimal GBK beserta ring luar adalah 461.219. Kompas mendapatkan angka ini menggunakan Mapchecking dengan asumsi 7 orang per meter persegi dan luas GBK adalah 65.888 meter persegi.

Siapakah yang bisa dipercaya?

Apakah ini yang disebut kampanye akal sehat?

Berbohonglah Dengan Pintar

Pengalaman pribadi, pada masa SMP saya kabur dari sekolah dan pergi ke Pasar Baru (Jakarta). Sebuah kebodohan karena Pasar Baru relatif dekat dengan sekolah saya dan kemungkinan guru main ke sana cukup besar. Jika saya pergi ke Blok M maka mungkin kemungkinan ketahuan akan lebih kecil.

Untungnya saya polos dan mengaku ke orang tua bahwa saya bolos. Sehingga ketika orang tua dipanggil ke sekolah tidak kaget. Sebuah contoh berbohong yang tidak pintar.

Contoh berbohong tidak pintar lainnya adalah hoaks foto tentang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpose salam dua jari.

Terlihat kebodohan yang dilakukan (lingkaran merah). Logo PhotoGrid sebuah aplikasi edit foto masih tampak di pojok kanan foto editan tersebut. Padahal aslinya adalah foto Sandi Uno yang berpose dengan Teuku Riefky. (Kompas.com)

Selain itu mengapa bajunya tidak diganti sekalian? Kalau nggak mampu sebar di Twitter dan berharap keajaiban Twitter seperti yang dialami @salzabillarm beberapa waktu yang lalu.

Berbohonglah dengan pintar jangan sampai ada jejak. Sehingga kebohongan Anda, bisa diterima oleh akal sehat.

***