Jenderal Begal Itu Akhirnya Terjungkal

AHY dan pak SBY meski berterima kasih kepada pak Jokowi yang langsung atau tidak langsung menyelamatkan partai dinastinya.

Rabu, 31 Maret 2021 | 17:06 WIB
0
195
Jenderal Begal Itu Akhirnya Terjungkal
Moeldoko (Foto: Fajar.co.id)

Penolakan Kemenhumham mengesahkan kepengurusan Partai Demokrat-Begal menunjukkan dua hal.

Pertama, pemerintah rasional sesuai hukum dan aturan berlaku memandang bahwa pembegalan Partai Demokrat cacat hukum dan tidak memenuhi prosedur yang berlaku. 

Kedua, pembegalan partai oleh pejabat negara mungkin adalah yang pertama kali di dunia. Yang begitu kotor dan brutal. Jika disahkan, citra kedewasaan politik di Indonesia akan tercoreng. Pemerintah dianggap mendukung upaya jorok untuk melanggengkan kepentingannya. Baik kepentingan saat ini maupun rezim masa depan. 

Dengan penolakan ini, maka nasib Moeldoko makin tidak keruan. 

Kita mengamati, sejak dia membegal Partai Demokrat, Istana jarang memakai dia. Istana memasukkan dia ke dalam kotak. Hingga isu strategis dikemukakan oleh staf ahli KSP. 

Istana tahu benar, apapun yang diucapkan Moeldoko bakal berimbas pada Kantor Staf Kepresidenan dan juga presiden Jokowi.

Contoh nyatanya adalah betapa banyak bidasan dan cacian ketika Moeldoko berkomentar soal Hari Air Sedunia.

Karena itu, kita nantikan nasib Moeldoko selanjutnya. Apakah dia dilempar keluar pagar istana. Atau jadi orang yang diasingkan dan tidak dianggap di Merdeka Selatan. Kemudian mundur diam-diam. 

Namun aib sudah tercoreng di mukanya. Tidak hanya dikenang sebagai jenderal begal partai. Tapi juga jenderal yang ditekuk habis oleh seorang mayor.

Kita juga akan lihat bagaimana pendukung Moeldoko bersalto tapi kepalanya membentur langit-langit karena dengan penolakan itu, ruang mereka jadi sempit.

Kita juga akan melihat mereka yang berusaha cari hidup dari pembegalan partai demokrat berkilah bahkan menjauh dan menghianati rekan-rekan se-pembegal-an.

Kita juga ingin tahu komentar para influencret dan para budak cintanya yang bersorak sorai melihat kemalangan yang menimpa Demokrat dan berharap pak SBY dan AHY tumbang. 

Kita lihat akan komentar mereka lebih bermoral atau tidak. 

Dalam pada itu, jelas AHY dan pak SBY adalah pemenang dari drama perebutan Partai Mercy. Strategi menghiba-hiba diramu dengan aksi sowan AHY menghasilkan buah yang manis.

Dari itu, AHY dan pak SBY meski berterima kasih kepada pak Jokowi yang langsung atau tidak langsung menyelamatkan partai dinastinya.

Baca Juga: Akhirnya Jenderal Tumbang oleh Mayor

Ke depan, adalah lebih bijak jika AHY dan pak SBY meninggalkan aksi jual mahal mereka. Merunduk sedikit dan merapat ke pemerintahan adalah harga yang pantas. Meski posisinya di emperan Istana dengan ketulusan dan keikhlasan.

Tidak hanya karena keputusan pemerintah yang melegakan. Tapi juga demi kelangsungan partai Demokrat dimasa depan.

Bahwa bagaimanapun politik itu butuh teman.

Agar tidak dibegal lagi.

***