AHY dan pak SBY meski berterima kasih kepada pak Jokowi yang langsung atau tidak langsung menyelamatkan partai dinastinya.
Penolakan Kemenhumham mengesahkan kepengurusan Partai Demokrat-Begal menunjukkan dua hal.
Pertama, pemerintah rasional sesuai hukum dan aturan berlaku memandang bahwa pembegalan Partai Demokrat cacat hukum dan tidak memenuhi prosedur yang berlaku.
Kedua, pembegalan partai oleh pejabat negara mungkin adalah yang pertama kali di dunia. Yang begitu kotor dan brutal. Jika disahkan, citra kedewasaan politik di Indonesia akan tercoreng. Pemerintah dianggap mendukung upaya jorok untuk melanggengkan kepentingannya. Baik kepentingan saat ini maupun rezim masa depan.
Dengan penolakan ini, maka nasib Moeldoko makin tidak keruan.
Kita mengamati, sejak dia membegal Partai Demokrat, Istana jarang memakai dia. Istana memasukkan dia ke dalam kotak. Hingga isu strategis dikemukakan oleh staf ahli KSP.
Istana tahu benar, apapun yang diucapkan Moeldoko bakal berimbas pada Kantor Staf Kepresidenan dan juga presiden Jokowi.
Contoh nyatanya adalah betapa banyak bidasan dan cacian ketika Moeldoko berkomentar soal Hari Air Sedunia.
Karena itu, kita nantikan nasib Moeldoko selanjutnya. Apakah dia dilempar keluar pagar istana. Atau jadi orang yang diasingkan dan tidak dianggap di Merdeka Selatan. Kemudian mundur diam-diam.
Namun aib sudah tercoreng di mukanya. Tidak hanya dikenang sebagai jenderal begal partai. Tapi juga jenderal yang ditekuk habis oleh seorang mayor.
Kita juga akan lihat bagaimana pendukung Moeldoko bersalto tapi kepalanya membentur langit-langit karena dengan penolakan itu, ruang mereka jadi sempit.
Kita juga akan melihat mereka yang berusaha cari hidup dari pembegalan partai demokrat berkilah bahkan menjauh dan menghianati rekan-rekan se-pembegal-an.
Kita juga ingin tahu komentar para influencret dan para budak cintanya yang bersorak sorai melihat kemalangan yang menimpa Demokrat dan berharap pak SBY dan AHY tumbang.
Kita lihat akan komentar mereka lebih bermoral atau tidak.
Dalam pada itu, jelas AHY dan pak SBY adalah pemenang dari drama perebutan Partai Mercy. Strategi menghiba-hiba diramu dengan aksi sowan AHY menghasilkan buah yang manis.
Dari itu, AHY dan pak SBY meski berterima kasih kepada pak Jokowi yang langsung atau tidak langsung menyelamatkan partai dinastinya.
Baca Juga: Akhirnya Jenderal Tumbang oleh Mayor
Ke depan, adalah lebih bijak jika AHY dan pak SBY meninggalkan aksi jual mahal mereka. Merunduk sedikit dan merapat ke pemerintahan adalah harga yang pantas. Meski posisinya di emperan Istana dengan ketulusan dan keikhlasan.
Tidak hanya karena keputusan pemerintah yang melegakan. Tapi juga demi kelangsungan partai Demokrat dimasa depan.
Bahwa bagaimanapun politik itu butuh teman.
Agar tidak dibegal lagi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews