Biarlah pemerintah tanpa oposisi untuk sementara waktu, sementara oposisi di hatimu jangan sampai hilang, bahkan untuk sewaktu-waktu.
Dengan merapatnya Prabowo Subianto bersama gerbong Gerindra-nya ke Joko Widodo di Istana, praktis tidak ada lagi oposisi yang bakal menggigit pemerintah. Mengharapkan oposisi dari PKS sama saja menanti kedatangan Rizieq Shihab dari Tanah Suci, sesuatu yang tidak akan datang dengan serta merta.
Lagi pula, kualitas oposan di Indonesia ya gitu-gitu aja. Oposi di medsos yang keluar malah umpatan kesal, hujatan, hoax, bahkan sampai fitnah ga karu-karuan. Yang lebih parah mengolah isu agama dijadikan komoditas politik.
Berharap ke PAN juga sama saja. Orang lantas berpaling pada sosok Amien Rais yang memang sangat-sangat keras kepada Jokowi, setidaknya teriakannya. Tetapi ketika Prabowo merapat ke Istana, belum ada komentar dari yang bersangkutan.
Artinya apa? Sudahlah... ga akan menemukan kualitas oposisi yang keren sebagaimana yang biasa kita temukan di Turki, eh... di Amerika sana. Ngompol alias ngomongin politik ga akan ada habisnya. Biarlah Pak Jakowi dan kabinetnya bekerja dulu, kita kasih kesempatan. Biarlah oposisi mengkonsolidasi diri, kita juga kasih kesempatan.
Sekarang kita bicara oposisi hati, kuy!
Apa gerangan? Apa itu oposisi hati?
Sebagaimana pemerintahan yang dituntut demokratis, ia harus punya oposisi. Demikian juga hati yang demokratis, juga harus punya. Oposisi hati namanya. Oposisi menyatu dalam hati itu sendiri. Hati bersentuhan dengan rasa, perasaan dan emosi. Oposisi tidak sekadar pengeritik, tetapi menjadi pengendali.
Artinya, setiap keputusan yang larinya ke hati, emosi, harus diujicoba, di-exercise, oleh oposisi ini. Dia penimbang, juga pengingat (reminder), sebab rasa dan perasaan bisa salah. Pertimbangan kenapa kamu harus meminang dia, misalnya, itu harus ada oposisi di hati yang mengingatkannya, selain karena pertimbangan akal sehatmu.
"Oh okay, dia itu sayang gue sama keluarga gue kok." Atau, "No problemo, dia bisa nerima gue apa adanya." Itu artinya oposisi tidak sedang bekerja. Oposisi tidak pernah mendukung atau nge-oke-in kamu begitu saja.
Tetapi kalau oposisi bekerja, mungkin pertimbangan yang muncul begini, "Gile, kalo gue jadi kawin ama dia, gue bakalan dipaksa pindah agama!" Atau begini, "Oalah, kalo gue jadi jalan ama dia, pasti abis dah tuh celengan gue!"
Itu dia oposisi hati yang bekerja. Dia mengingatkanmu, dia ngasih pertimbangan. Tidak ngasih jalan keluar sih, tapi setidaknya ia mengingatkan. Bayangkan kalo kamu ga punya oposisi di hatimu!
Jadi, biarlah pemerintah tanpa oposisi untuk sementara waktu, sementara oposisi di hatimu jangan sampai hilang, bahkan untuk sewaktu-waktu.
#PepihNugraha
***
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [17] Terkhianati Bersama
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews