Marhaenisme, Sebuah Fakta Perjuangan PDIP

Minggu, 6 Januari 2019 | 10:14 WIB
0
471
Marhaenisme, Sebuah Fakta Perjuangan PDIP
Paparan menyambut HUT ke-46 PDIP (Foto: Yusep)

Sebagai sebuah ideologi, Pancasila itu sudah final. Soekarno sang proklamator dengan rasa bangga mengatakan kepada para pemimpin dunia bahwa pemimpin harus meninggalkan sesuatu untuk bangsanya. "Aku tinggalkan Pancasila untuk negaraku". Itulah yang mempersatukan negeri majemuk ini.

Marhaen dan Marhaeni

Sebagai ideologi bangsa, perumusannya tentu tak semudah yang dibayanhkan. Olah fikir, olah rasa dari seluruh komponen bangsa saat menyatakan Pancasila sebagai bagian dari kemerdekaan Indonesia. Olah rasa dan pikir itu bersambungan erat dengan ketokohan Soekarno sendiri yang memang memiliki kapasitas di atas rata rata orang kebanyakan.

Dalam diskusi peringatan 46 tahun PDIP di Kantor DPP , Diponegor Jakarta  Pusat kemarin (5/01/19). Dr. Ahmad Basarah (Wasekjend PDIP), Ibu Sri Rahayu (Ketua Perlindungan Perempuan) memulai  dengan menarasikan kisah berdirinya Partai Demokrasi Indonesia masa pra kemerdekaan, kemerdekaan dan paska kemerdekaan dengan sangat lugas. Beliau (Basarah) adalah satu satu Doktor yang membuat disertasi mengenai pembelaannya terhadap Bung Karno dari fitnah pelindung komunis dan anti agama.

Hal ini kemudian menelisik banyak orang  untuk lebih belajar lagi mencari literasi Soekarno dan Islam untuk bersama sama meluruskan sejarah.

Ahmad Basarah memulai kisah mengenai sejarah PDIP , dari seorang Soekarno yang juga sebagai pendiri Partai Nasionalis Indonesia  (PNI) yang menjadi partai mayoritas pemenang di Pemilu 1955. Bung Karno punya ideologi sendiri , dikenal dengan marhaenisme. Nama tersebut diambil dari sosok inspiratif dari seorang petani di Jawa Barat  bernama Marhaen, tapatnya di Daerah Bandung Selatan.

Kala itu dialognya dengan Marhaen tentang kepemilikan lahan, alat dan pengeloaan hasil yang tak seimbang menjadikannya paham bahwa hasil jerih payah para petani di negeri ini hanya dinikmati oleh konglomerasi penjajah Belanda bukan oleh pemilik sawahnya sendiri.  Perlawanan itulah yang menginspirasi Bung Karno untuk menjadikan Marhaen (perjuangan petani) untuk partainya.

Marhaen pun dikembangkan dengan pemahaman Marxis yang dikuasainya sesuai nature bangsa Indonesia yang merdeka dan mandiri. Tidak tergantung kepada siapapun dalam memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Persis seorang gambaran Marhaen saat itu kira - kira.

Marhaenisme, yaitu sosio-nasionalisme dan sosio -demokrasi . Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang di dalam segala halnya  menyelamatkan marhaen. Jadi Marhenisme bisa disimpulkan sebagai cara perjuangan  dan azas yang menghendaki  hilangnya tiap - tiap kapitalisme dan imperialisme. 

Marhaen, yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat  dan kaum melarat Indonesia lainnya.

Marhaenis adalah orang orang bangsa Indonesia yang menjalankan Marhaenisme. 

PDIP dan 46 Tahun Membangun Bangsa

Setelah mengalami pasang surut jatuh bangunnya partai PDIP , baik ketika  berlangsungnya momen lahirnya suatu bangsa lewat kegiatan Sumpah Pemuda Tahun 1928 , kemudian kemunculan Partai bernama PNI , kemudian ketika Jaman Orde Baru,  pertama kali mengalami Fusi (penggabungan) dengan partai lainnya yang secara fakta tak sejalan (karena digabungkan dengan partai agama saat itu), citra partai nasionalisme menjadi ambigu.

Masa kelam kembali terjadi saat terjadi pendudukan kantor DPP pusat oleh partai tandingan. kejadian 27 Juli 1996 itulah yang membuat nama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berdiri dan menjadi sejarah kelam tersendiri bagi demokrasi Indonesia.

kesolidan Ibu Megawati dan loyalitas lainnya yang tak mau tunduk kepada kekuatan invisible hand  saat itu menjadikan PDIP tegak berdiri hingga sekarang sampai berusia hampir setengah abad lamanya.

Perlahan, setelah Megawati menjadi Presiden RI ke -5 dan kemudian saat ini Joko Widodo menjadi Presiden yang ke-7, berbagai pembangunan baik mental spritual sampai kepada pembangunan fisik inpra dan supra strukturnya mulai terasa. Meski berita bohong (hoax) merajalela, PDIP kini hadir lebih santun dibandingkan partai lainnya. 

Minggu ini  (6/01/19) sedang berlangsung Acara Parade Akhir Pekannya PDIP. Sekitar 3000 peserta , terdiri dari pengurus, kader partai dan masyarakat umum sekitar Jakarta dan sekitarnya  berkumpul di Kemayoran. memeriahkan rangkaian HUT Partai yang ke - 46.

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto menerangkan acara 'memerahkan Jakarta' ini digelar dalam rangka menyambut HUT ke-46 PDI Perjuangan pada 10 Januari mendatang.

Ia menegaskan pencapaian PDIP selama 46 tahun itu, bagaimana jatuh bangun dan bisa berdiri tegak hingga kini. Berkat kekuatan azas , azas perjuangan dan taktik yang  tentu saja dengan perjuangan berdarah darah pendiri dan para penerusnya. Hari ini bisa dilihat politik santun, menggembirakan, politik sehat yang merawat persatuan. 

Parade Akhir Pekan ini dimulai dengan senam bersama kemudian parade  jalan bersama melewati dan mengelilingi  jalan jalan Suaeb  dan Jalan Jiung kemudian kembali ke Jalan Garuda.

Parade Akhir Pekan bermuara pada puncaknya Tanggal 10 Januari 2019  berpusat di JIE Kemayoran Jakarta Pusat. Acara rangkaian HUT ini berlangsung sejak Desember 2018  saat diadakan dialog / diskusi nasional dengan tokoh  muda NU dan Muhammadiyah serta analis politik nasional lainnya. 

***