Beware!

Nasdem menghindar untuk head to head dengan Jokowi. Karena Surya Paloh tahu bahwa itu berarti bunuh diri.

Rabu, 19 Oktober 2022 | 06:57 WIB
0
111
Beware!
Hati-hati! (Foto: CFA Institute)

Banyak netizen yang memposting bahwa hari ini adalah "hari kemerdekaan rakyat Jakarta". Untuk menunjukkan kegembiraan mereka bahwa tanggal 16 Oktober 2022 adalah hari terakhir Anies Baswedan menjabat sebagai gubernur.

"Jakarta bebas dari Anies", kata mereka. Lengkap dengan setumpuk raport buruk dan sejuta cacian untuk Anies.

"Jakarta buang hajat", kata mereka.

But look.. apa yang terjadi di Balai Kota hari Minggu ini...

Media pekabaran melaporkan ribuan... sekali lagi ribuan orang tumplek blek di Monas dan sekitarnya. 

Mengucapkan farewell dan terima kasih kepada Anies.

Ini massa nyata bahwa pendukung Anies nyata adanya. Jumlahnya signifikan untuk mengguncang siapa saja yang ikut pilpres.

Jelas politik identitas dibawa oleh Anies. Tapi dia tidak seorang diri memainkan kartu ini. Jokowi pun juga memainkan kartu ini.

Kartu As sekaligus joker itu adalah suara Islam. Dan untuk Anies, suara tambahannya adalah mereka yang anti Jokowi.

Dia memang tidak akan menjadi Presiden. Namun dia mungkin bisa jadi capres.

Atau menjadi gubernur kembali. 

Lewat kesuksesan dia menghimpun massa fanatik yang memandang Anies adalah pemimpin Muslim yang dizholimi Jokowi.

Namun Nasdem tidak mau sosok antitesa itu muncul ke permukaan. Karena jika itu terjadi yang muncul hanya riak dan buih politik belaka. Yang penuh dengan sampah dan kemudian kalah.

Itu sebabnya Zulfan Lindan langsung masuk kotak ketika menyebut Anies sebagai antitesa Jokowi.

Nasdem -tepatnya Surya Paloh- ingin antitesa itu menjadi arus dalam yang kuat hingga mampu menggoyang konstelasi politik kubu lain. Agar tidak main-main dengan Nasdem.

Karena Anies diperlakukan arus dalam untuk pendobrak kekuatan politik lainnya, maka Nasdem menghindar untuk head to head dengan Jokowi. Karena Surya Paloh tahu bahwa itu berarti bunuh diri.

Dan hari ini, arus dalam itu diperlihatkan ke permukaan. Lewat ribuan orang yang mengiringi Anies dan wakilnya meninggalkan Balai Kota.

Sebuah sampel pendukung yang menunjukkan bahwa Anies Baswedan bukan politisi kaleng-kaleng.

Dia hebat.

Dia tidak nyungsep sebagaimana yang netizen bayangkan.

Tapi saya pastikan tidak akan pilih dia. 

Karena saya hanya akan ngopi manis menikmati pertunjukan politik negeri ini.

Sambil bilang:

"Beware of Anies!"

***