Beberapa pentolan KKB dimasukkan dalam daftar terduga terorisme dan organisasi terorisme (DTTOT). Penyebabnya karena mereka sudah berkali-kali melakukan tindakan kriminal, sehingga dianggap sangat mengganggu keamanan di Papua. Semoga Satgas Nemangkawi maupun aparat lainnya bisa menangkap mereka secepatnya.
Kekacauan yang terjadi di Papua terjadi karena ulah OPM dan KKB, yang ingin berpisah dari Indonesia dan mendirikan Republik Federal Papua Barat.
Ketika mereka ingin memberontak, maka menggunakan segala cara untuk mewujudkan keinginannya. Mulai dari membakar sekolah, membunuh para guru dan murid, sampai menembak aparat dengan bantuan sniper.
Kekejaman KKB membuat masyarakat makin antipati dan tidak mau dipaksa untuk mengibarkan bendera bintang kejora dan bergabung dengan organisasi Papua merdeka.
Warga sipil sangat cinta NKRI dan tak mau ikut OPM atau KKB. Namun sayang, kesetiaan mereka malah membuat KKB berang dan beberapa kali melakukan pembunuhan, dengan alasan warga tersebut adalah mata-mata polisi, padahal bukan.
BNPT akhirnya merilis daftar terduga terorisme dan organisasi terorisme (DTTOT) di daerah Papua dan Papua Barat. Daftar ini berisi 5 nama pentolan KKB, yang merupakan oknum ‘petinggi’ di organisasi teroris tersebut. Nama-nama yang masuk dalam DTTOT adalah Lekagak Telenggen, Egianus Kogoya, Militer Murib, dan Sabinus Waker dan berstatus DPO.
Menurut Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar, 5 pentolan KKB akan ditangani berdasarkan UU nomor 5 tahun 2018 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme.
Hukumannya adalah penjara 20 tahun atau yang paling berat, kurungan seumur hidup atau hukuman mati. Ancaman hukuman seberat ini dianggap wajar, karena KKB sudah berkali-kali membunuh warga dan aparat, sehingga nyawa dibalas dengan nyawa.
Lekagak Telenggen adalah pria di DPO yang paling terkenal karena sudah sering membuat kerusuhan di Papua. Ia memiliki 50 orang anak buah dan beroperasi di wilayah Yambi, Dome, Sinak, dan Ilaga-Puncak, Papua. Lekagak cs menjadi tersangka pembunuhan 2 guru dan 1 pengemudi ojek di Puncak, juga membunuh Kepala BIN Daerah Papua I Gusti Putu Danny Karya Nugraha.
Sementara Egianus Kogoya cs pernah menyerang pekerja dan aparat yang berjaga di proyek pembangunan jalan Trans Papua. Ia juga beberapa kali melakukan serangan lain. Militer Murib juga anggota KKB yang jadi DPO karena melakukan pengeroyokan ke 2 anggota TNI. Dalam peristiwa ini, 2 aparat langsung gugur karena diserbu oleh 20 orang anggota KKB.
Sabius Walker adalah pria di DPO yang saat ini paling dibenci masyarakat, karena ia ikut dalam perencanaan pembunuhan 2 guru, serta membakar 3 gedung sekolah. Pentolan KKB ini jadi public enemy karena dianggap menghambat kecerdasan putra Papua dan menentang mereka untuk menuntut ilmu.
Masyarakat selalu mendukung penangkapan semua DPO itu, karena memang mereka melakukan berbagai kesalahan fatal. Senjata api yang digunakan tak hanya jadi alat untuk menakut-nakuti warga, tetapi difungsikan untuk membunuh. Korbannya tak hanya masyarakat tetapi juga aparat. Sehingga KKB memang harus diberantas secepatnya.
Selain itu, warga sipil juga mendukung penangkapan para pentolan KKB karena mereka membakar sekolah dan membunuh guru. Berarti mereka ingin anak-anak Papua berselimut ketidaktahuan, karena sang pengajar diambil nyawanya dengan paksa.
Oleh karena itu, penangkapan KKB oleh Satgas Nemangkawi maupun satgas lain sangat didukung oleh masyarakat. Karena mereka sudah terlalu sering berbuat onar dan meresahkan, serta merenggut perdamaian dari tanah Papua. Semoga semua DPO segera tertangkap agar KKB bubar secepatnya dan tak lagi membuat kekacauan di Bumi Cendrawasih. (Rebecca Marian)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews