Ide pembubaran koalisi yang digagas oleh Rachland Nashidik adalah karena ingin mencari selamat partai Demokrat yang ingin keluar dari koalisi Prabowo-Sandiaga Uno.
"Kemesraan antara kita berdua-Sesungguhnya keterpaksaan saja. Senyum dan tawa hanya skedar saja, sebagai pelengkap sempurnanya sandiwara..."
Lirik diatas adalah lagu Pance Pondaag dengan judul: "Kucari Jalan Terbaik".
Lirik lagu itu sebagai gambaran hubungan partai Demokrat dan Gerindra yang akhir-akkhir ini saling perang urat syaraf atau terjadi perang dingin. Padahal kedua partai tersebut dalam satu perahu yaitu Koalisi Adil Makmur.
Seperti kita ketahui, bergabungnya partai Demokrat ke pasangan Probowo Subianto dan Sandiaga Uno sebenarnya karena keterpaksaan saja. Karena aturan undang-undang mengharuskan untuk berkoalisi dan tidak boleh abstain. Seperti pada 2014, Partai Demokrat memilih abstain.
Saling puja dan puji mereka lakukan waktu awal berkoalisi. Saling peluk-cium mereka lakukan sabagai tanda seremoni karena sudah memberikan dukungan. Tapi sandiawara itu hanya sementara saja.
Setelah pilpres hubungan partai Demokrat dan Gerindra semakin renggang. Apalagi karena mereka kalah dalam pilpres. Perang kata-kata di antara kedua partai semakin inten di media sosial.
Partai Gerindra meminta partai Demokrat untuk keluar dari koalisi kalau sudah tidak nyaman bersamanya. Tapi Partai Demokrat juga tidak mau keluar dari koalisi tersebut. Mungkin untuk menjaga etika saja.
Baru-baru ini Wakil Sekjen Partai Demokrat yaitu Rachland Nashidik membuat usulan kepada koalisi kubu Jokowi dan kubu Prabowo untuk dibubarkan. Alasannya supaya tidak terjadi polarisasi diantara para pendukungnya dan mengurangi tensi ketegangan politik.
Baca Juga: Ternyata Megawati Persilakan Demokrat Gabung Koalisi Jokowi
Usulan ini terasa aneh dan janggal. Seolah-olah Rachland Nashidik ingin memberi solusi dari ketegangan politik saat ini. Dan ingin menempatkan sebagai penengah. Padahal secara tidak langsung hanya ingin menyelamatkan partai Demokrat yang sedang ribut dengan partai Gerindra. Dan bisa jadi karena ingin berlabuh atau mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf dan berharap dapat kue kekuasaan.
Mungkin bagi pihak yang kalah dengan dibubarkan koalisi tidak menjadi masalah. Toh juga tidak ada bagi-bagi kekuasaan. Tapi, bagi pihak yang menang (kubu Jokowi-Makruf) pembubaran koalisi sesuatu yang tidak mungkin. Karena tujuan berkoalisi untuk berebut dan berbagi kue kekuasaan. Dan tujuan berkoalisi untuk memberikan dukungan kepada program pemerintah dan memberikan dukungan lewat parlemen di antara partai koalisi.
Jadi ide pembubaran koalisi yang digagas oleh Rachland Nashidik adalah karena ingin mencari selamat partai Demokrat yang ingin keluar dari koalisi Prabowo-Sandiaga Uno. Tidak berani keluar dari koalisi tapi mengajak yang lain untuk membubarkan koalisi dari dua kubu.Inilah kalau koalisi karena keterpaksaan saja.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews