Pada Pilpres 2014 pasangan Jokowi-JK menang dari Prabowo- Hatta, meraih 70.997.833 suara nasional (53,15 %), Prabowo-Hatta, 62.576.444 (46,85%). Selisihnya 6,30 %.
Saat ini, melihat rata-rata hasil enam lembaga survei dari Januari s/d Maret 2019, artikel saya beberapa waktu lalu memprediksi JKW-Ma'ruf yang akan menang. Terlihat dari perbedaan elektabilitas rata-rata Paslon 01 dengan paslon 02 menuju ke Pilpres 2019.
Data rentang selisih minimalnya sebesar 19% dan selisih rentang tertinggi 28%. Kemungkinan besar JKW-Ma'ruf akan unggul di atas 20% suara nasional, bahkan maksimal bisa mencapai 23%.
Hasil analisis intelijen dengan fakta-fakta yang berlaku, oleh penasihat keamanan Presiden AS juga dikatakan sulit, biasanya akan berakhir menjadi sebuah prediksi. Tetapi prediksi yang juga dilengkapi dengan informasi yang telah dikonfirmasi dan dinilai sumber dan isinya.
Hasil analisis prediksi kemenangan Jokowi- Ma'ruf dari persepsi intelijen kini menuntut ekstra pengamanan terhadap petahana. Jangan ambil resiko dengan mengorbankan sisi pengamanan pribadi hanya untuk meningkatkan citra dan elektabilitas dalam sisa waktu yang ada. Penulis berani menyebut sudah cukup, target sudah terpenuhi.
Sudah waktunya kini tim sukses TKN yang bekerja menjaga elektabilitas yang sudah unggul berkat kegigihan blusukan pak Jokowi selama beberapa bulan terakhir ke pejuru Tanah Air tanpa mengenal lelah.
Amankan titik rawan yang mungkin di eksploitasi lawan politik. Peran Jokowi sebagai ujung tombak kampanye dinilai sudah sangat berhasil, kini hanya dibutuhkan finishing touch menuju ke hari "H".
Tanpa mengecilkan arti upaya pak Prabowo- Sandi, BPN serta para pendukungnya, nampaknya dari waktu yang tersisa 26 hari menuju hari pemilihan, sangat berat untuk membalikkan sikon prediksi kekalahannya. Upaya terbesarnya kemungkinan hanya akan mengurangi bobot kemenangan JKW-Ma'ruf dari 23% menjadi 20%.
Indonesia berbeda dengan AS yang penduduknya lebih maju. Tingkat pendidikan serta cara berfikir yang sederhana di sini sulit diintervensi dengan hoax kelas atas. Sebaiknya taktik kampanye tidak bermuatan character assassination oleh karena akan merugikan citra bangsa yang bermartabat.
Kini konstituen sudah terbagi yang militan dan yang kurang faham. Bagi mereka yang kurang faham dan sederhana, sosok Jokowi yang sederhana, merakyat dan giat bekerja lebih menarik dibandingkan sosok militer yang keras. Ada kecenderungan masih tersisanya residu anti otokratis, lebih nyaman dengan kondisi adem ayem, kira-kira seperti itu.
Mereka masih terbuai dengan sosok SBY yang militer tetapi tidak keras. SBY berpenampilan tenang, tidak meledak-ledak, sementara Prabowo berpenampilan bak panglima perang. Mungkin ini yang dapat dipetik sebagai pelajaran pada masa mendatang bagi para kandidat ex militer yang akan nyapres.
Dari coretan sederhana ini, mari bersama kita berdoa, Semoga Allah melindungi Bangsa Indonesia dari pemikiran serta tindakan tercela, khususnya keamanan pribadi para Capres dan cawapres yang akan dipilih pada hari Rabu Pahing tgl 17 April 2019, Aamiin Yarabbal’alamin.
Sebagai catatan pinggir, pada ppres 2014 Jokowi menang tipis dari Prabowo karena track record masih minim, baru tingkat Walikota dan Gubernur. Kemenangan tipis dari 6,30 persen, pada pilpres 2019 saya prediksi akan melonjak di atas 20 persen, karena kinerjanya dinilai tinggi dan sukses.
Sementara Prabowo belum memiliki kinerja, bahkan menyerang apa yang sudah dikerjakan Jokowi. Prabowo dinilai keras menakutkan dengan gaya militernya, menjadikan kontra produktif dibandingkan Jokowi.
Sebagai petahana, Jokowi dinilai menjadi jurkam utama, lebih bebas dan memiliki peluang lebih besar bersentuhan langsung dengan rakyat. Jokowi cerdik, santai, dekat dengan kelas bawah, tidak tergantung dengan TKN, mesin politiknya.
Sementara Prabowo terbatas dalam berinteraksi dan lebih mengandalkan mesin politik. Ada yang terlupakan oleh 08, bahwa dalam pilpres, rakyat memilih sosok yang mereka lihat, dekat dan dinilai baik.
Demikian catatan pinggir, mari kita sukseskan pilpres dengan aman, tertib dan damai. Salam...
***
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews