"Beri Aku 10 Pemuda, maka akan Aku Guncangkan Dunia!" Pidato Sukarno yang pasti akan menjadi kenyataan.
Sudah banyak yang paham, bahwa ketika negara ini merdeka bahkan jauh sebelum itu, darah muda Soekarno menginspirasi seluruh pemuda di pelosok negeri. Setiap Beliau berpidato, orasi tanpa teksnya membius dan membakar adrenalin pejuang kemerdekaan.
Setiap kehadirannya dinantikan, cara pandangnya diikuti dan diperjuangakan. Perasaan dan nasib bangsa ada dalam setiap urutan tata kata yang relevan terhadap masalah kekinian saat itu. Semua potensi bangsa tertuju pada satu suara Indonesia merdeka.
Setelah kemerdekaan diraih, tonggak pemerintahan mulai berdiri. Rakyat pun masih mengagumi Beliau sebagai bapak bangsa. Arah kebijjakan Beliau yang berdikari , berdiri di atas kaki sendiri menjadikan Indonesia terkenal seantero dunia. Apalagi dengan sukses menghasilkan gerakan Non Blok, yaitu gerakan tidak memihak Blok Barat yang dikuasai Amerika dan tidak memihak Blok Timur yang dikomandoi Rusia.
Suekarno tidak sendiri, hadir pula anak anak muda lainnya yang dimulai dengan lahirnya kebangsaan (non state) berupa ikrar sumpah pemuda. Semua pemuda seluruh Indonesie menyatakan sikap bagsa satu bangsa Indonesia, berbahaaa satu bahasa Indonesia dan bertumpah darah satu tanah air Indonesia.
Tahun 1998 adalah puncak kegeraman elemen bangsa, para pemuda mahasiswa berhasil menggulingkan kekuasaan Orde Baru yang menjadi catatan kelam Demokrasi di Indonesia selama 32 tahun.
Semua sendi selama puluhan tahun dikuasai sekelompok/golongan, masayarakat terpinggirkan dan otoritarianian merajalela mulai disasadari oleh rakyat saat itu. Lagi lagi para pemudalah yang turut berperan dalam proses lengsernya Soeharto saat itu. Diantara para pemuda itu kini sudah banyak yang menjadi pejabat dan petinggi partai.
Bang Adian Napitulu dengan forum kotanya (forkot), Budiman Sudjatmiko (Aktibis Buruh dan Tani) dua dari banyak tokoh muda yang konsisten menyuarakan suara rakyat. Sekarang mereka tetap konsisten menyuarakan kebenaran, baik saat mereka menjadi oposisi, saat partainya memegang kekuasaan (Presiden Megawati ), kemudian menjadi oposisi di jaman SBY dan kini mengawal pemerintahan Jokowidodo agar sesuai jalur rel kebutuhan bangsa.
Partai Demokrasi Indonesia, PDIP satu-satunya partai yang dipimpin oleh seorang perempuan. Meski berstatus sebagai anak sang proklamator, hidupnya belum bisa dibilang berkemewahan. Tak ada istilah manja, tak ada istilah malas belajar.
**
Banyak literasi yang menyebutkan masa masa Megawati sebelum menjadi sekarang penuh onak dan duri. Beliaupun belajar menjadi sosok Ibu Bangsa yang membumi, down to earth. Tak heran banyak politisi muda di PDIP ini memiliki kharisma, watak yang hampir sama, tidak meledak ledak namun tetap tegas berwibawa.
Beberapa kader terbaiknya sekarang menjadi kunci keberhasilan Pemerintahan Jokowi. Menteri Dalam Negeri Tjahjo kumolo yang ditugaskan memperbaiki birokrasi pemerintahan ini sudah banyak melalukan perubahan berarti. Tak lupa, ada Puan Maharani, Putri Megawati yang terus banyak belajar dan memetik hasilnya.
Kader kader nasional pun sangat banyak yang berkualitas, di dalam gedung Dewan ada Maruar Sirait, bersuku batak namun bertutur halus, tata bicaranya tertata dan terstruktur rapi.
Belum lagi elit partai yang berada di DPP nya, siapa tak kenal Hasto Kristiyanto, Sekjen Partai, Dr. Ahmad Basarah yang konsisten membela Sukarno dan ideologi Islamnya dalam disertasinya yang kemudian menjadi sebuah buku yang bisa mencerdaskan pemikiran muda.
Tahun keruntuhan Orde Baru telah usai, 1998 bukan menjadi kenangan semata. Reformasi memang belum berhasil dilaksanakan karena titik titik kuasa hanya dijadikan bancakan korupsi berjmaah. Sekarang di Jaman Revolusi mental, bersama anak anak muda pelaku sejarah reformasi perikehidupan bangsa ini harus kembali ke jalan rel kebenaran.
Menuju bangsa besar, berpolitik santun, sehat dan melindungi serta membumikan Pancasila adalah salah satu dasar untuk terus melahirkan anak anak muda sebagai pemegang mercusuar dunia. Ini dimulai dari pemahaman Azas, Azas Perjuangan dan Taktik PDIP yang konsisten di setiap masa pemerintahan. Membela Wong Cilik!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews