"Kita sebagai pendukung Palestina, kita tentu punya pendapat sendiri, tapi Australia juga merupakan negara independen dan berdaulat, maka kita harus menghormati kedaulatan mereka," (sumber).
Setelah "tampang Boyolali" dan "tak dapat pinjaman dari BI", Prabowo bikin ulah lagi di ruang publik. Kali ini soal yang tak kalah sensitif bagi sebagian besar bangsa Indonesia, yakni soal Palestina, yang dia sampaikan di Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Pernyataan Prabowo dikhawatirkan bisa mengganggu komitmen bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Apalagi ini berkaitan dengan tanah suci ketiga Umat Islam, Yerusalem.
Kalau soal "tampang Boyolali" dan "Pinjaman Bank Indonesia" hanya sebuah canda dari selera humor tingkat tinggi Prabowo, lalu apakah soal Palestina juga sebuah canda?
Bila dilihat momen dan kapasitas atau posisi politik bicaranya, maka soal "Palestina" tidak sama dengan soal "Tampang Boyolali" dan "Pinjaman BI". Soal Palestina, pernyataan Prabowo adalah untuk menjawab pertanyaan wartawan asing. Forum itu bukan milik Prabowo sepenuhnya. Namun posisi Prabowo adalah salah satu "pemimpin Indonesia", buka "pemimpin oposisi di Indonesia".
Sedangkan pada "Tampang Boyolali" dan "Pinjaman BI", pernyataan Prabowo adalah saat sedang berpidato di depan pendukungnya. Forum itu sepenuhnya milik Prabowo. Disitu dia adalah pemimpin oposisi dan kelompoknya.
Soal Palestina merupakan pernyataan serius. Ini pandangan politik dan komitment politik bangsa Indonesia yang terkait amanat undang-undang dasar 45 (mukadimah). Ada konsekuensi politik yang luas, yang lebih daripada sekedar sebuah canda tingkat tinggi dalam kelompok sendiri.
Secara tidak langsung, Prabowo tidak mempermasalahkan rencana Australia memindahkan Kedubesnya dari Tel Aviv ke Yerusalem "atas nama hak dan kedaulatan Australia". Tentu saja hal ini menyenangkan Australia, karena ada tokoh politik yang calon Presiden Indonesia masa depan, yang tidak keberatan dengan tindakan Australia di Israel. Si calon presiden RI itu memaklumi niat Australia.
Padahal, berdasarkan komitmen resmi Indonesia di dalam negeri dan dunia internasional untuk terus mendukung perjuangan Palestina maka soal penempatan kedubes negara manapun di Yerusalem sangat ditentang karena hal itu merupakan wujud melegalkan eksistensi Israel di Palestina, khususnya di tanah suci Yerusalem
Israel bagi Indonesia merupakan negara zionis yang merampas hak hidup bangsa Palestina. Dengan begitu bila ada negara lain dengan atas nama hak dan urusan rumah tangganya kemudian secara legal berada di Yerusalem, berarti secara legal pula mendukung keberadaan Israel di Palestina.
Garis politik negara lain terhadap Israel di Palestina memang tidak bisa dicegah oleh Indonesia, tapi bukan berarti didukung, baik secara langsung maupun tidak lanmgsung.
Hal tersebut tampaknya "tidak dipahami" secara mendalam oleh seorang Prabowo terkait sikap permisifnya pada rencana politik Australia. Prabowo tidak memiliki sikap tegas pada Australia.
Harusnya, atas nama apa pun suatu negara, Prabowo bersikap tidak merestui sikap Zionis Israel karena ini menyangkut kemanusian universal, yaitu hak kehidupan suatu bangsa dan juga sikap politik bangsa Indonesia.
Upaya mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina dan mengecam keberadaan Israel di Palestina merupakan sikap politik bangsa Indonesai dari segala komponen bangsa Indonesia. Ini bukan semata sikap politik pemerintahan Jokowi dan atau rezim siapapun. Sikap politik bangsa ini sudah ada sejak dulu di dalam perjalanan berbagai rezim pemerintahan Indonesia sebelum Jokowi.
Prabowo harusnya bisa memilih dan memilah kapan dia bersikap sebagai oposisi yang berseberangan dengan kebijakan pemerintah, dan kapan dia sebagai bagian dari kepemimpinan nasional yang harus mengamankan sikap politik bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Pernyataan Prabowo terkait "pemindahan kedubes Australia ke Yerusalem' bisa mencerminkan kurangnya pengetahuan diplomasi luar negeri dan sikap tidak tegas Prabowo terhadap negara tetangga sendiri---dalam hal ini Australia, dengan maksud ingin menyenangkan tetangga (?). akibatnya, banyak komponen bangsa Indonesia sangat menyayangkannya. Bahkan sejumlah kelompok pendukung Prabowo yang berbasiskan Islam mengecamnmya
Harusnya saat itu juga dia bersikap tegas keberatan atau menolak, apapun alasan australia. Secara analogi bercanda dapat digambarkan begini :
"Gue engak setuju elu bikin tenda bermain di tanah si anu karena si anu itu bukan orang baik bagi gue dan orang-orang kampung gue. Kalo elu masih bikin tenda di sono, entar kalo gue jadi ketua RT, bakal susah urusan elu. Sekarang aja, hape lu yang disimpan di rumah gue bakal gue tahan kalo elu masih nekad."
Melihat sikap tidak tegas dan kurang dalamnya pemahaman Prabowo pada komitmen bangsa dalam forum diplomatik internasional bisa menggambarkan bobot kepemimpinan Prabowo saat ini. Bisakah dia memimpin bangsa ini tanpa perlu terjebak sebagai pemimpin oposisi dan kelompok sendiri?
Kalau bobotnya hanya sebatas pada kelompok sendiri dan untuk jadi bintang becanda, aku sih rapopo....
Referensi berita : satu, dua, tiga
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews