Revolusi Moral Amien Rais Tak Mengedepankan Moralitas

Selasa, 15 Januari 2019 | 06:38 WIB
0
390
Revolusi Moral Amien Rais Tak Mengedepankan Moralitas
Amien Rais (foto: Tribunews.com)

Kehabisan kata-kata untuk menuliskan tentang sepak terjang Amien Rais. Sosok ini sebetulnya sangat saya kagumi dimasa akhir-akhir Rezim Orde Baru bekuasa. Opininya tentang Soeharto yang dimuat majalah Tempo saat itu, tergolong berani dan lugas, begitu juga orasi-orasinya yang frontal, membuat saya kagumi.

Saat itu saya malah berpikir dialah Presiden Indonesia berikutnya, tapi nyatanya tidak. Dia malah mengambil posisi sebagai tukang dorong para calon Presiden, dan dia juga sekaligus tukang menurunkan Presiden. Paska reformasi, Amien Rais hanya menjadi trouble maker di dunia Politik. Ternyata diam-diam, dia pun berambisi menjadi Presiden, sayangnya dia gagal dan kalah. Hasilnya, meradang sepanjang ia menarik nafas panjang.

Bagaimana mungkin seorang tokoh reformasi berubah haluan menjadi pendukung para antek-antek Orde Baru, dan bisa menikmati ketidakkonsistenannya terhadap semangat yang dulu dia perjuangkan? Bisa jadi Karakter Amien Rais memanglah trouble maker dalam Politik, sehingga dia tidak terlalu penting dengan prinsip-prinsip perjuangannya.

Mengacau dan mengaduk-aduk situasi politik memang sudah menjadi keahliannya. Anti terhadap revolusi mental yang digulirkan Jokowi, dia pun menggagas Revolusi Moral, yang pokok-pokok pemikirannya dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul 'Hijrah.' Tapi sayangnya, Revolusi moral yang dicanangkannya, malah terkesan tidak bermoral.

Implementasi Revolusi Moral tersebut, tidak membekas sama sekali dalam strategi politik yang dipakai kubu pasangan Prabowo-Sandi. Seharusnya, Revolusi moral yang digaungkannya sudah diterapkan dalam masa-masa kampanye sekarang ini, tapi sebaliknya, politik yang penuh agitasi dan provokasi, malah menjadi dominan dalam strategi kampanye Prabowo-Sandi.

Kampanye Prabowo-Sandi hanyalah menjadi arena pelampiasan kebencian Amien Rais terhadap Jokowi. Politik kebencian yang diterapkan Amien Rais, tidak mencerminkan sama sekali moral yang Islami. Lihat saja pembentukan posko-posko Pemenangan Prabowo-Sandi, di Kota Solo, yang memilih lokasi yang berdekatan dengan rumah Jokowi, dan juga di area tempat usaha anak Jokowi.

Moral Politik seperi apa yang tengah dimainkan Amien Rais?

Sebagai seorang Tokoh Reformasi, tokoh Agama dan mantan Ketua Umum Ormas Islam Muhamadyah, yang sangat Islami, harusnya Amien Rais lebih mengedepankan etika dan moral Agama dalam berpolitik. Tapi nyatanya tidak, Amien lebih memilih memuaskan nafsu kebenciannya terhadap Jokowi.

Revolusi Moral yang digagasnya bukanlah sesuatu yang sesuai dengan penerapannya dalam berpolitik. Amien hanya mengaduk-aduk situasi Politik menjadi tidak kondusif. Harusnya Amien Rais sangat tahu, bahwa untuk meraih kemenangan, sangat diperlukan ikhtiar dan cara yang diridhoi-Nya, bukanlah cara-cara yang semata penuh dengan Hawa nafsu.

Seberapa besar pengaruhnya Revolusi Moral yang digagas Amien Rais, dalam kehidupan berpolitiknya? Adakah Revolusi moral tersebut membekas dalam prilakunya dikeseharian? Seharusnya, sebelum dia mencanangkan Revolusi moral, terlebih dahulu dia memperbaiki moral orang-orang dilingkarannya.

Sebagai seorang tokoh panutan, yang anak-anaknya berkarir didunia politik, warisan berpolitik seperti apa yang diwarisi kepada anak-anaknya, apakah politik yang penuh agitasi dan provokasi, yang seperti sekarang ini dimainkan menjadi warisannya?

Bukan cuma itu saja, generasi muda yang terlibat dalam politik, tentunya akan bercermin pada Laku Politik yang dimainkannya.

Amien Rais hanya sibuk dengan kepentingan pribadinya, lupa kalau dia pernah menjadi tokoh sentral dalam melengserkan Soeharto. Tapi sekarang, Amien Rais rela ditertawakan oleh anak-anak Soeharto, sebagai tokoh yang tidak konsisten dengan semangatnya di masa lalu, dan lebih memilih mengisi masa tuanya dengan mengembangkan politik kebencian, yang sama sekali bukan representasi dari Islam.

***