Usai Megawati, Bisa dari Darah Biologis Bisa Juga Darah Ideologis

Selasa, 8 Januari 2019 | 09:59 WIB
0
371
Usai Megawati, Bisa dari Darah Biologis Bisa Juga Darah Ideologis
Megawati dengan latar belakang ayahandanya (Foto: Warta Ekonomi)

PDI-P cukup identik dengan klan Sukarno. Hingga hari ini, pun masih dipegang oleh Megawati Sukarnoputri. Selain karena darah Sukarno, juga simbolisasi atas perlawanan pada Orde Baru, yang sangat Antisukarno banget. Seolah PDI-P dengan Megawati itu satu. Bicara PDI-P ya mega, Sukarno, dan susah lepas dari itu.

Berkaca dari tim bola Inggris MU, yang demikian lama di dalam tangan Fergie, begitu pensiun menjadi limbung. Kedatangan kembali, seolah memberi asa, namun lagi-lagi ketika pensiun secara definitif, semua mata dan ingatan memikirkan Fergi, pembandingnya pun era itu. Hingga kini, kejayaan MU masih jauh dari harapan, apalagi jika dilihat dengan kaca mata Fergi.

Keterpurukan demi keterpurukan, bahkan sekelas Mou pun gagal, kini hendak napak tilas dengan salah satu hasil Fergi. Dan bayang-bayang Fergi secara langsung ada di Old Trafford, sepanjang ini memberikan hasil yang baik. Memang masih perlu pembuktian ketika menghadapi tim besar nantinya. Itu baru pembuktian yang sesungguhnya.

Kondisi PDI-P dengan posisi Megawati yang sekian lama, kental aroma Sukarno, ini perlu juga perhatian serius. Mengapa demikian? pemersatu itu menjadi penting. Selama ini Mega dan Sukarno demikian dominan. Paling tidak akan ada dua kubu yang sama-sama mendasar alasannya, sama kuat, dan juga sama-sama demi kebaikan PDI-P.

Pertama, yang fanatis akan darah, trah, dan darah biologis Sukarno. Tidak ada yang salah dengan itu. Asal profesional mengapa tidak, asal mampu mengapa tidak. Ada beberapa nama, relatif muda, dan sudah cukup teruji. Ada Puan, ada Puti  di dalam PDI-P. Reputasi mereka cukup mumpuni.

Catatan yang mungkin adalah, komunikasi mereka masih lemah, belum sekuat Mega, dan itu bisa berabe, karena toh ada pada kubu sebelah seperti Rahma. Ini bukan soal enteng, bisa menjadi batu sandungan yang bisa ke mana-mana.

Sisi lain, nama Sukarno di belakang nama sangat menjual. Laris manis, nyatanya Prabowo yang berseberangan pun demikian mengidolakan Sukarno. Jaminan mutu bagi pemilih. Keberadaan mereka juga sudah banyak dikenal di level nasional.

Usia relatif muda, menjembatani komunikasi, menguasai kendali, keadaan dinamis yang beragam anggota jelas bukan barang mudah. Belum pernah menghadapi hal yang sedemikian kompleks.  Hal ini bisa diatasi dengan tim yang kuat.

Masih banyak keturunan, darah biologis, dan klan Sukarno lain yang masih belum keluar, dan itu bisa saja menjadi perwakilan yang cukup bisa menjadi kandidat yang bisa saja menjadi kartu truf bagi perkembangan baik ke depannya. Belum dikenal publik bisa memberikan kejutan dan baik bagi partai modern.

Kedua, keturunan ideologis Sukarno. Begitu banyak, beragam, dan tidak kurang-kurang kader baik. Ada Djarot dengan banyak pengalaman berhasil dan juga gagal. Jaminan mutu juga. Ada Hasto yang muda dan tahu baik kondisi yang sangat baik di dalam organisasi. Bisa juga Tjahjo atau Pramono. Sangat tidak kurang-kurang dari generasi manapun ada.

Perempuan ada juga Rieke, atau Risma, tidak perlu khawatir soal kader. Kader ini pun paham ideologi partai secara mendalam. Beragam kader yang siap mengambil alih tongkat kepemimpinan dari tangan megawati. Dan semua mampu, berkarakter, dan juga berkualitas.

Kendala adalah keberadaan dikotomi yang tidak terbuka namun jelas, di mana ada keinginan itu adalah keturuna darah, namun ada juga perjuangan untuk menjadikan keturunan ideologis. Kualitas pemimpin yang bisa menjembatani keberadaan dikotomi yang cukup kuat juga di dalam.

Mengapa PDI-P bisa gagah dengan banyak kader berkualitas?

Kaderisasi dari lingkaran paling bawah dari desa-desa. Paling solid dalam konsolidasi mulai anak ranting, ranting, cabang, daerah, dan itu berjenjang yang dilakukan dengan cukup militan dan cukup juga fanatis. Hampir tidak ada partai yang demikian relatif jelas birokrasi di dalam kaderisasi.

Ideologi yang relatif jelas, konsisten, dan benar-benar dihidupi. Bandingkan partai lain, susah menemukan model demikian solid berbicara ideologi dan platform berpolitik selama ini. keberadaan ideologi ini bisa menjadi nilai jual sehingga banyak kader baik yang setia di dalam partai.

Ideologi nasionalis. Cukup sedikit partai yang berani menjadikan nasional di tengah bangsa mabuk agama memperjuangkan ide nasionalisme. Wajar jika isu komunisme ada di sini, karena rival susah mematahkan reputasi selain dengan hantu Orde Baru ini.

Pancasila yang banyak dipunggungi oleh partai dan lembaga, merupakan perjuangan bagi PDI-P, ini yang menjadi kekhasan partai dan itu membuat banyak orang percaya, yakin, dan merasa aman. Pilihan untuk membangun negara melalui PDI-P menarik banyak orang berkualitas.

Pluralisme juga paling bisa terakomodasi bagi anak bangsa ini yang memang secara kodrati terdiri atas beragam dan bermacam-macam dalam banyak hal. Dan di tengah aruh penyamaan dengan berbagai isu, PDI-P bisa berjalan dengan ideologinya. Ini tidak banyak yang berani memilih jalan sunyi ini.

Salam.

***