Bagaimana pun, kita adalah penentunya. Rakyat Indonesia yang sungguh-sungguh waras, yang terbukti tak mempan dihempas aneka hoaks dan tak bisa diayunkan oleh politik identitas.
Tiga tahun lagi -- dan mungkin sudah dimulai tahun depan -- hingar-bingar diskusi dan aksi terkait tampuk kepemimpinan nasional Indonesia setelah Jokowi akan meramaikan linimasa media-media sosial, media massa, dan tentu warung-warung kopi.
Ya, tahun 2024 memang masih lama tapi inilah tahun untuk pertama kalinya setiap orang rasanya punya kans hehe. Konstitusi membatasi periode pemerintahan Jokowi hanya dua periode. Dan di negara demokrasi ini, kekuasaan tak diwariskan.
Ingat cerita mengapa Kiai Ma'ruf Amin menjadi (calon) wakil presiden pada pilpres lalu? Semula Prof. Mahfud MD yang digadang-gadang, bahkan sudah mengurus surat persyaratan pencalonan. Di menit-menit akhir, para pemilik dan pemimpin partai keberatan.
Mahfud bisa menjadi pengganjal dan memupus kesempatan tokoh-tokoh yang sudah menatap 2024 jauh-jauh hari. Kiai Ma'ruf adalah jalan tengah. Ia tak membuat Muhaimin Iskandar dan PKB-nya lari dari koalisi, tak membuat Megawati Soekarnoputri khawatir soal nasib PDIP dan trah Soekarno di tahun 2024 nanti. Singkatnya, Kiai Ma'ruf tak akan tampil sebagai calon Presiden petahana!
Kini, aneka selentingan tentang suksesi tahun 2024 sudah mulai dilontarkan. Tokoh-tokoh mulai berkemas. Saya malah mendengar ada yang sudah bertanya: Pak Jokowi akan mendukung siapa nanti sebagai calon penggantinya? Pertanyaan yang tentu tak akan pernah dijawab sang presiden.
Lalu siapa? Tak ada, sejauh ini. 2024 adalah sehamparan padang yang datar. Orang-orang, para tokoh, berdiri di tanah lapang yang rata. Tak ada yang menonjol di ketinggian. Satu dua orang mungkin menjejak tanah gundukan, tapi hanya ujung poni rambutnya yang tampak, tak jelas benar mukanya.
Di atas kertas, yang bakal punya tiket hanya beberapa pemilik dan pemimpin partai besar. Kita sebut saja nama mereka: Prabowo Subianto dengan Gerindra, Puan Maharani dengan PDIP, Muhaimin Iskandar dengan PKB, Airlangga Hartarto dengan Partai Golkar.
Di luar itu? Ada tokoh-tokoh populer, para gubernur seperti Anies Baswedan dari DKI, Ganjar Pranowo dari Jawa Tengah, Khofifah Indar Parawansa dari Jawa Timur, Ridwan Kamil dari Jawa Barat, atau Nurdin Abdullah dari Sulawesi Selatan. Atau wajah lama yang masih anteng jadi pusat perhatian untuk setiap gerak-geriknya, seperti Jusuf Kalla, Gatot Nurmantyo, Yusril Ihza Mahendra, Sri Mulyani, Erick Thohir dll.
Tahun 2024 masih lebih tiga tahun lagi. Tapi selentingan tentang para tokoh sudah mulai terlontar. Saya dengar malah sudah ada yang membentuk tim tak resmi untuk memantik-mantik isu.Bagaimana pun, kita adalah penentunya. Rakyat Indonesia yang sungguh-sungguh waras, yang terbukti tak mempan dihempas aneka hoaks dan tak bisa diayunkan oleh politik identitas. Mereka tak bisa digiring oleh ambisi-ambisi yang dibungkus atas nama ras dan agama, apalagi sekadar nasi bungkus. Rakyat punya logika, idola, dan impiannya sendiri yang bisa beririsan, bisa juga berjarak sungguh jauh dari misi tim sukses.
Saya sendiri selalu berharap ada tokoh yang baru, yang datang dari tempat nan jauh dan tak disangka-sangka. Politik ini butuh kejutan. Terutama kejutan yang membawa harapan. Agar kita bisa tidur dengan nyenyak dengan mimpi-mimpi tentang masa depan. Dan tentu saja, agar tak bosan. Kita butuh sesuatu yang baru dan segar, demi merawat cinta kepada Indonesia!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews