M. Nuh tidak salah, juga penyelenggara acara, yang salah, acara tersebut hanya diselenggarakan sebagai seremonial rasa peduli atas sesama, namun hasilnya tidak sebesar gaungnya.
Saya sangat ragu kalau ada orang dari Jambi yang memenangkan lelang sepeda motor listrik sumbangan Presiden Jokowi, pada acara amal Konser Virtual Bimbo 'Bersatu Melawan Corona" (17/5/2020), yang diprakarsai BPIP dan MPR, apa lagi nilainya yang ditawarnya cukup fantastis, Rp2,55 milliar.
Bukan saya mau mengecilkan kemampuan orang dari Jambi, karena di Jambi juga banyak pengusaha Nasional. Hanya saja jarang-jarang pengusaha Jambi mau tampil di acara yang begitu menggebyar.
Ternyata keraguan saya tidak meleset, karena M. Nuh sebagai pemenang lelang adalah rakyat biasa, seorang buruh harian yang atas kuasa-Nya, sengaja diutus untuk membuka mata orang-orang yang sangat berkecukupan di sekitar Presiden Jokowi.
M. Nuh keluar sebagai pemenang lelang atas ketidaktahuannya tentang acara yang diikuti, dengan penawaran tertinggi diantara para peserta lelang lainnya, dan pihak penyelenggara acara pun diperlihatkan keteledorannya, yang berakibat mempermalukan Presiden Jokowi.
Memang seharusnya bukan M. Nuh sebagai pemenang, karena banyak konglomerat pendukung Jokowi, yang bisa memberikan penawaran lebih tinggi dari M. Nuh. Bukankah ini acara amal? Ajang bagi konglomerat untuk unjuk gigi di hadapan Jokowi dan masyarakat.
Dalam ketidaktahuannya, M. Nuh merasa dia memenangkan sebuah quiz berhadiah, dan tidak tahu kalau harus mengeluarkan uang yang di luar kemampuannya, karena secara ekonomi di masa pandemi lebih pantas disebut sebagai penerima sembako.
Begitulah cara Tuhan ingin memperlihatkan, bahwa di masa pandemi hanya sedikit orang yang memiliki kelebihan harta untuk berbagi. Peristiwa ini bukan peristiwa biasa, ini sebuah peristiwa besar yang seharusnya direspon dengan baik oleh konglomerat di Republik ini.
M. Nuh hanyalah "perantara" Tuhan, untuk memperlihatkan kenyataaan di saat bangsa ini dihadapi sebuah musibah, tidak banyak orang-orang yang ingin mengulurkan tangannya, untuk membantu sesama.
Acara Konser Virtual 'Bersatu Melawan Corona' yang seharusnya bisa menghasilkan dana yang cukup besar, malah menampar muka para penyelenggara, juga para konglomerat yang ada dibelakang Presiden Jokowi.
M. Nuh tidak salah, begitu juga dengan penyelenggara acara, yang salah, acara tersebut hanya diselenggarakan sebagai seremonial rasa peduli atas sesama, namun hasilnya tidak sebesar gaungnya.
Jalannya memang sudah begitu, perantara M. Nuh Tuhan ingin membuka mata kita semua, apa yang terjadi dalam peristiwa itu mempermalukan kita semua, bahwa konser virtual itu pada akhirnya memperlihatkan kekurangan kita semua.
Pada akhirnya, kemenangan M. Nuh tersebut dianulir, dan anak Raja Media, Hary Tanoesoedibjo, Warren H Tanoesoedibjo menggantikan M. Nuh sebagai pemenang dengan harga Rp 2,55 milliar, yang kebetulan merupakan penawar harga tertinggi kedua dibawah M. Nuh.
Lelang itu terpaksa diulang, karena M. Nuh sebagai pemenang tidak mampu menebus motor 'Gesit' yang sengaja dilelang, dalam rangka penggalangan dana untuk membantu masyarakat yang terdampak covid-19. Warren bersedia menaikkan tawarannya seharga yang ditawarkan M. Nuh.
Selamatlah nama baik penyelenggara acara, oleh karena seorang anak muda yang konon kabarnya rela menguras uang tabungangan pribadinya, demi suksesnya acara Konser Virtual 'Bersama Melawan Corona'.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews