Din dengan KAMI senang menggunakannya karena efektif untuk menghancurkan reputasi Jokowi yang memang Din sangat membenci. Kebencian pribadi karena urusan perut
Melihat sepak terjang Din Syamsuddin dan gerombolan KAMI sejatinya yang mereka lakukan adalah penerapan strategi politik. Dalam konteks propaganda politik, KAMI bentukan para bekas itu menerapkan text-book propaganda, yakni mengangkat isu agar ingatan tetap ada di benak rakyat. Yang dilakukan oleh Din adalah praktik strategi politik kerbau dungu.
Propaganda yang mereka lakukan adalah membuat stigma tentang Jokowi. Jokowi sudah sejak 2014 bahkan 2012 Pilkada DKI Jakarta digambarkan sebagai PKI. Lalu gerombolan KAMI pun kini mengusung kisah fiktif tentang ancaman bahwa negara dalam keadaan bahaya dan sebagainya. Bahaya yang mana?
Di tengah pandemi Corona, bukannya bahu-membahu secara benar menguatkan bangsa, Din Syamsuddin malah menjadi kompor dan provokator bagi rakyat. Dia membangun ingatan kebencian terhadap Jokowi.
Sepak terjang Din tak lain tak bukan hanya urusan perut. Bukan urusan ideologi. Bukan urusan bangsa. Ideologi, Islam, bangsa, bagi Din tidak penting. Sejatinya dia hanya mengurusi urusan perut. Fakta yang menyengat MUI adalah soal sertifikasi halal yang sempat disinggung oleh Jokowi.
Sertifikasi halal ala MUI menyedot duit triliuanan rupiah dari pengusaha. Uang tidak masuk ke kas negara. Keanehan luar biasa, ormas mengambil uang sertifikasi dan dianggap benar. Terusik maka MUI termasuk dedengkotnya kebakaran jenggot.
Duit dan potensi pendapatan bernilai triliunan buat MUI terancam raib ditelan kebijakan pelurusan Jokowi. Tak pelak Jokowi menjadi bulan-bulanan sebagai musuh bersama. Maka tak mengherankan Din Syamsuddin jadi bagian dari kampanye anti Jokowi.
Propaganda mengangkat isu tak relevan seperti bahaya komunis dan menarasikan Indonesia akan tumbang adalah penerapan teori neuro-science. Din menakut-nakuti dan membuat rakyat yang tidak paham strategi propaganda, menganggap isu yang dibuat sebagai kebenaran.
Kampanye propaganda, agitasi model Din Syamsuddin dan gerombolan KAMI ini tetap sekali digunakan untuk kalangan masyarakat yang tidak paham. Strategi ini bisa disebut praktik strategi politik kerbau dungu.
Artinya, rakyat yang tidak atau malas berpikir, seperti yang sudah terbuai oleh candu keyakinan tanpa mikir, akibat indoktrinasi dan dogma, akan mudah terjerat dan digiring seperti kerbau dicucuk hidung, bisa dibawa ke mana pun.
Dan Din dengan KAMI senang menggunakannya karena efektif untuk menghancurkan reputasi Jokowi yang memang Din sangat membenci. Kebencian pribadi karena urusan perut, telah membawa Din ke ranah politik kerbau dungu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews