Harta [3] Semua Bisa Trump Dikte Sesuai Keinginannya, Kecuali The Fed

Kemudian, 10 pemilik saham mayoritas yang juga menguasai media di Amerika itu membentuk kartel, The Ten Club. Kekuasaan mereka makin kuat dengan menguasai berbagai sektor industri.

Rabu, 9 Oktober 2019 | 07:56 WIB
0
1004
Harta [3] Semua Bisa Trump Dikte Sesuai Keinginannya, Kecuali The Fed
Donald Trump (Foto: newspunch.com)

Tidak ada pencapaian individu yang lebih tinggi di planet ini daripada menjadi Presiden Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat dengan segala kekuasaan di tangannya, bisa melakukan apapun yang diinginkan. Donald Trump, seorang megalomania, bisa mewujudkan semua keinginannya, menjadi pengusaha sukses, mengindari pajak, berkelit dari kasus hukum, mendapatkan perempuan(-perempuan cantik), bahkan menjadi Presiden Amerika Serikat. Semua bisa.

Lalu keinginan apa yang tidak bisa diwujudkan oleh? Tidak ada, kecuali mendikte The Federal Reserve.

Sejak masa kampanye hingga masuk Gedung Putih pada awal 2017, Presiden Trump terus mendorong Ketua Dewan Gubernur The Fed, Janet Yellen untuk menaikkan tingakat bunga Fed Fund Rate (FFR), bunga acuan perbankan Amerika Serikat. Merasa didikte Trump, Juli 2017 Yellen menyampaikan pidato perpisahan, dia tidak maju untuk periode kedua. Hubungannya dengan Trump memang sudah tidak baik, karena Yellen pro Obama Care.

Banyak pihak mengingatkan Trump, terkait kebijakan fiskalnya yang sangat agresif. Tanggal 12 Maret 2017 The Guardian menulis berita dengan judul, “Trump is set to win the battle on interest rates, but US economy will pay the price”. Setiap kenaikan FFR akan meningkatkan beban bunga atas surat utang floating rate yang diterbitkan Pemerintah Amerika.

Tapi Trump gak peduli. Dia sangat pede, karena ada pengimbangnya: pemotongan pajak pada tahun 2018 sebesar US$1,5 triliun membuat masyarakat cukup likuid. Hasilnya, tahun 2017 ekonomi Amerika tumbuh 2,3% dari target 3% (kemudian direvisi jadi 2,8%).

Setahun kemudian, Trump mengusulkan Jerome Powell untuk memimpin The Fed. Harapannya, Powell bisa lebih kooperatif dan akomodatif terhadap Pemerintah. Tugas yang menanti Powell tidaklah ringan. Per awal tahun 2018, Amerika Serikat menanggung beban utang publik sebesar US$20,6 triliun atau 106,7% dari gross domestic product (GDP) yang sebesar US$19,42 triliun.

Selama 2018, The Fed menaikkan suku bunga FFR empat kali hingga ke kisaran 2% - 2,25%. Dengan kenaikan bunga itu nilai tukar US$ menguat hingga 20%, semua mata uang dunia bertumbangan. Dengan bunga tinggi perbankan Amerika menjadi seperti gentong madu bagi investor asing, dan mereka mentransfer dananya ke New York. US$ pulang kampung.

Skenario Trump mendekati sempurna. Tahun 2018 ekonomi tumbuh 2,9% dari proyeksi 3%. Harapan Trump, mulai akhir 2018 The Fed sudah memangkas bunga, untuk menggenjot ekonomi di tahun 2019. Dengan tingkat bunga lebih rendah kredit bisa tersalur lebih deras ke sektor riil. Di sisi lain, dengan pemotongan pajak sebesar US$1,5 triliun, bahkan kalau bisa penghapusan Obama Care yang berarti ada tambahan dana US$1,8 triliun, sepertinya bukan hal yang sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 2,5%. Karena, baik sisi produksi maupun konsumsi mempunyai stimulus yang besar.

Jika tercapai itu akan menjadi portfolio yang sangat besar baginya dalam Pilpres 2020. Dipastikan, Trump akan maju menjadi kandidat presiden untuk 4 tahun kedua. Tapi The Fed, dalam hal ini Powell, bergeming dengan komitmenya sendiri.

Akibatnya, berbagai kata-kata pedas menyebur dari mulut Trump. Dia menilai Powell dan The Fed telah gagal, tidak punya nyali, ngaco, tidak punya visi! “Powell adalah seorang komunikator yang mengerikan!”, ‘bonehead’ (bodoh), gila, ‘badak’, konyol, ‘terlalu imut’, dan terakhir Trump menyebut Powell ‘seperti musuh Amerika’.

Akhir pekan lalu The Fed menurunkan suku bunga FFR dari rentang 2% -2,25% ke kisaran 1,75% - 2%. Penurunan itu dinilai Trum belum cukup. ‘Seharusnya Fed menurunkan bunga hingga nol persen, atau paling tidak lebih rendah lagi,” rengek Trump di akun Twitternya.

Alih-alih menuruti keinginan Trump, pada satu konferensi pers Powell mengatakan, ia bersama The Fed sepenuhnya fokus pada tugas (yang telah ditetapkan), melakukan apa yang seharusnya dilakukan. “The Fed telah bertindak untuk menyelamatkan ekonomi Amerika dengan kebijakan yang cukup volatile, selanjutnya giliran Anda, (Mr. President).” Atas perseteruan itu, para ekonom mengatakan, Trump tidak bisa memaksakan keinginannya terhadap The Fed, sampai masa jabatan Powell berakhir pada Februari 2022.

Lalu bagaimana bisa Ketua Dewan Gubernur Federal Reserve, biasa disebut Presiden The Fed, bisa begitu kuat, bahkan terhadap Presiden Amerika sekalipun?

Begini. Konstitusi Amerika Serikat menyatakan, bahwa Kongres memiliki wewenang untuk mencetak uang dan menentukan nilainya. Federal Reserve adalah Bank Sentral Amerika Serikat, yang merupakan entitas independen yang dibentuk oleh Undang-Undang Federal Reserve tahun 1913. Waktu itu, Presiden Wodrow Wilson menginginkan Dewan Pusat Federal Reserve ditunjuk oleh Pemerintah. Sementara Kongres ingin Dwan Gubernur The Fed ditunjuk oleh Kongres dan The Fed memiliki 12 bank regional untuk mewakili negara-negara bagian Amerika.

Setelah kompromi, keinginan Presiden Wilson maupun Kongres diakomodasi. Presiden menunjuk Ketua Federal Reserve, dan Kongres harus menyetujuinya. Dan Ketua The Fed melaporkan kegiatannya kepada Kongress. The Fed punya 12 bank regional.

Tapi, Dewan Gubernur The Fed adalah entitas independen terhadap pemerintah, maupun Kongress. Keputusan yang diambil oleh Dewan Gubernur The Fed harus disetujui oleh Pemerintah maupun Legislatif. Tanggal 23 Desember 1913 Presiden Wilson menandatangani Undang-Undang Federal Reserve tahun 1913. (Tentang ini, ceritanya sangat menarik, nanti diposting dalam tulisan berikutnya.)

Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat, dibentuk sebagai perusahaan swasta, seperti bank komersial pada umumnya, menerima simpanan dan menyalurkan kredit. Pada awalnya, saham The Fed dimiliki oleh 300 pemegang saham, individu dan bank, dengan nilai saham US$100 per lembar. Namun saham The Fed tidak diperdagangkan.

Pemilik saham mayoritas The Fed adalah 10 bank besar yang pemiliknya orang Eropa, yaitu Rothschild Bank of London, Warburg Bank of Hamburg, Rothschild Bank of Berlin, Lehman Brothers of New York, Lazard Brothers of Paris, Kuhn Loeb Bank of New York, Israel Moses Seif Banks of Italy, Goldman, Sachs of New York, Warburg Bank of Amsterdam, Chase Manhattan Bank of New York.

Sementara pihak-pihak lain sebagai pemilik saham minoritas adalah First National Bank of New York, James Stillman National City Bank New York, Mary W. Harnman, National Bank of Commerce New York, A.D. Jiullard, Hanover National Bank New York, Jacob Schiff, Chase National Bank New York, Thomas F. Ryan, Paul Warburg, William Rockefeller, Levi P. Morton, M.T. Pyne, George F. Baker, Percy Pyne, Mrs. G.F. St. George, J.W. Sterling, Katherine St. George, H.P. Davidson, J.P. Morgan, dan Edith Brevour T. Baker.

Kemudian, 10 pemilik saham mayoritas yang juga menguasai media di Amerika itu membentuk kartel, The Ten Club. Kekuasaan mereka makin kuat dengan menguasai berbagai sektor industri.

Sebagai pemilik saham Fed tentu saja mereka mengeruk keuntungan. Pada tahun 1992, pembayar pajak Amerika membayar US$286 miliar kepada The Fed dalam bentuk bunga atas utang yang dibeli oleh FED yang melalui Kementerian Keuangan Amerika mencetak uang hampir tanpa biaya.

Beberapa Presiden Amerika, Anggota Kongres, dan Senator pernah berusaha untuk mengamandemen Undang Undang The Fed dan mengubah sistem serta kewenangan The Fed namun selalu gagal.

Jadi, sikap The Fed yang diwakili oleh Powell, tidak tunduk kepada Presiden dan Kongress, adalah implementasi dari independensi The Fed. Mungkin, yang dimaksud dengan independen The Fed adalah melakukan apa yang diinginkan pemilik saham. Sebenarnya, The Fed itu seperti negara yang pemiliknya berada di seberang lautan, yang mencengkeram leher Amerika Serikat.

Sebagai Presiden Amerika, Donald Trump bolah-boleh meneriakkan ‘American First!’, ‘America Great Again!’, mencatat pertumbuhan ekonomi hingga 2,9%, menekan angka pengangguran hingga 3,7%, membangun dinding pemisah dengan Mexico, mengobarkan perang dagang dengan China, dan berwenang menekan tombol senjata nuklir. Tapi urusan moneter yang merupakan darah dari kapitalisme, berada di tangan The Ten Club. Itulah kekuatan harta.

Ingat, jaringan bisnis dari The Ten Club itu meliputi seluruh penjuru dunia. Jika Trump berperilaku seperti seorang Chauvinistik, seenaknya mengguncang-guncang nilai tukar mata uang dunia, mengobarkan perang dagang, menuduh negara lain curang dalam perdagangan, pada akhirnya akan merugikan bisnis pemilik saham The Fed. Sangat mungkin, The Ten Club tidak happy kalau Trump tetap di Gedung Putih hingga tahun 2024.

(Selesai)

***