Jangan sampai Institut Pertanian Bogor sebagai aset bangsa berubah jadi Institut Perakit Bom. Ini sangat mengkhawatirkan.
Malam ini ramai berita penangkapan seorang Dosen IPB Abdul Basith yang ditengarai membuat bom molotov untuk mebakar ruko-ruko di sekitar Jakarta Barat. Tujuannya agar terjadi penjarahan masal dan kerusuhan.
Basith adalah dosen mata kuliah manajemen di kampus yang dikenal banyak menyimpan bibit-bibit radikal ini. Kabarnya, istri Basith adalah pejabat eleson I di Kemdikti. Kita gak tahu nasib pendidikan negeri ini jika isinya orang-orang seperti ini.
IPB memang ditengarai salah satu kampus tempat gerombolan semacam Basith ini bercokol. Karena itu, desakan pada rektor IPB untuk membersihkan kampusnya dari anasir radikal harus menguat.
Jangan sampai Institut Pertanian Bogor sebagai aset bangsa berubah jadi Institut Perakit Bom. Ini sangat mengkhawatirkan.
Menurut informasi, Basith ditangkap di rumah Sony Santoso, di Cipondoh Tanggerang. Mereka dan beberapa orang lainnya merencakan kekacauan di Jakarta. Harapannya agar kekacauan itu merembet ke daerah lainnya. Polanya meniru kerusuhan 1998 lalu.
Sony sendiri adalah seorang pensiunan militer yang juga tercatat sebagai Caleg Partai Berkarya besutan Cendana.
Baca Juga: Rancang Teror Abdul Basith, Bukti Mana Lagi yang Kaudustakan, Rektor IPB?
Mulanya Sony merektur Okto Siswantoro atau Toto untuk ditugaskan menjadi eksekutor yang akan melemparkan bom-bom molotov ke ruko-ruko di seputaran Jakarta Barat. Sony juga sempat memberikan Toto granat tangan untuk aksinya tersebut.
Toto kemudian merekrut eksekutor lain seperti Ali Nurdin dan Yudhi Fevrian. Keduanya dikenal sebagai relawan Prabowo-Sandi dalam Pilpres kemarin. Ada lagi Sugiono, seorang pengusaha yang menyiapkan bom molotov dan membantu merancang aksi.
Kita bayangkan jika aksi mereka berhasil terlaksana. Jakarta akan terbakar. Harta benda akan terjarah. Jerit tangis bercampur asap hitam menghiasi kota ini.
Kalau kita telusuri latar belakang pelakunya, mudah ditarik semacam garis singgung. Ini adalah kerja bersama antara orang yang sakit hati kalah Pilpres, Celeg dari Partai keluarga Cendana dan gerombolan pengasong agama. Ketiganya bersatu merencanakan untuk menghangusnya Jakarta.
Tidak ada kata lain bagi mereka, selain, biadab!
Negeri ini memang harus dibersihkan dari tangan mereka.
Untung aparat cepat bekerja. Kadal-kadal itu sekarang digelandang ke kantor polisi.
Alhamdulillah. Indonesia masih dilindungi Allah dari perusak yang menunggangi agama.
"Mas, ada juga yang bilang IPB itu artinya Institut Pelatihan Bekam," ujar Abu Kumkum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews