Airlangga Hartarto, Penakluk Badai di Partai Golkar

Ketika Bambang Soesatyo gencar bermanuver untuk merebut kursi ketua umum Golkar dari Hartarto, dia pun berujar bahwa ada andilnya di balik duduknya Bamsoet di kursi ketua DPR.

Rabu, 3 Juli 2019 | 21:43 WIB
0
495
Airlangga Hartarto, Penakluk Badai di Partai Golkar
Saya dan Airlangga Hartarto (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Dalam sebuah diskusi akhir pekan lalu, Pangi Syarwi Chaniago dari Voxpol Center Research and Consulting menilai kepemimpinan Airlangga Hartarto di Partai Golkar kurang mengakar. Buktinya, kata dia, perolehan kursi Golkar di DPR pada Pemilu 2019 dari 91 menjadi 85 kursi. Sepintas, penilaian semacam itu benar, tapi terlalu menyederhanakan persoalan.

Pangi abai terhadap fakta ada sejumlah badai hebat yang menerpa partai berlambang pohon beringin itu. Sebut saja dualisme kepemimpinan hasil Munas Bali dan Ancol, skandal Papa Minta Saham, korupsi e-ktp oleh Setya Novanto dan korupsi PLTU-1 Riau oleh Idrus Marham. Belum lagi sejumlah korupsi yang melibatkan anggota DPR dan pengurus Golkar di daerah.

Wajar bila dengan kondisi seperti itu beberapa lembaga survei menunjukkan elektoral Partai Golkar cuma 6-7 persen.

Dengan warisan semacam itulah Airlangga Hartarto yang ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar lewat Munaslub 19-20 Desember 2017 harus meredam, mengendalikan, dan menaklukan badai atau turbulensinya yang seolah datang bertubi itu. Dia harus mengembalikan kepercayaan masyarakat.

Baca Juga: Poster Jokowi-Airlangga Berhasil Singkirkan Cak Imin dan Romahurmuziy

Boleh jadi benar jam terbangnya di Golkar masih tergolong minim. Pengaruhnya pun belum mengakar di internal Golkar. Tapi figur Airlangga yang relatif bersih dan terbebas dari patronase dengan “rezim golkar” sebelumnya menjadi kelebihan dia. Dia berani membuat branding, "Golkar Bersih, Golkar Bangkit." Hasilnya? Diakui atau tidak, dialah sosok terbaik di Golkar saat ini.

Tutur katanya yang cenderung lembut, tidak meledak-ledak, dan pembawaannya yang santun mengingatkan saya pada sosok Akbar Tanjung. Airlangga tak suka terlalu banyak komentar. Dia memberikan pernyataan seperlunya saja. Mungkin karena itu media sesekali saja merubungnya.

Sedikit-banyak ini menguntungkan Golkar. Media tak lagi terus menerus menyorot dan mengkritisi berbagai turbulensi yang terjadi.

Airlangga seperti sengaja melokalisasi isu. Dia membiarkan media cuma menyorot Prabowo dan Gerindra dengan gegap gempita sebagai pusat perhatian. Sementara dia asyik melakukan konsolidasi internal.

Hasilnya? Meski berada di posisi ketiga dalam perolehan suara pemilu legislatif, sejatinya Golkar dalam perolehan suara dengan Gerindra. Dia di posisi kedua dengan 85 kursi, sedangkan Gerindra yang unggul sekitar 300-an ribu suara meraih 78 kursi.

Baca Juga: Berebut Kursi Ketum Golkar, Bambang Soesatyo versus Airlangga Hartarto

Padahal kehadiran sosok Prabowo yang sudah berkampanye sejak 2009, capaian Gerindra mestinya lebih dari itu. Begitu juga dengan PKB yang punya KH Maruf Amin sebagai pendamping Jokowi. Nyatanya, Golkar yang tak menjadi ‘media darling’ mampu menyalip keduanya.

“Pemilu legislatif itu perebutan jumlah kursi di parlemen, bukan jumlah suara. Kalau ada voting kan yang diadu berapa jumlah anggota bukan jumlah suara rakyat yang memilih,” beber Airlangga.

Di luar capaian Pemilu Legislatif, Airlangga sukses menorehkan jejak politik yang ciamik. Dia mendapat toleransi untuk merangkap jabatan sebagai Menteri Perindustrian dan Ketika Ketua Umum Partai Golkar. Di Senayan, dia bersama para elit di koalisi Jokowi akhirnya berhasil menempatkan kader PDIP sebagai wakil ketua DPR, dan Ketua Umum PKB sebagai wakil ketua MPR.

“Itu yang harus dicamkan Cak Imin, jangan lupa ada peran Airlangga dan Golkar dia bisa begitu,” ujar seorang pengurus teras Golkar. Dia melontarkan pernyataan keras ketika Muhaimin kepada pers menyatakan ambisinya untuk merebut kursi ketua MPR.

Ketika dalam beberapa hari ini Bambang Soesatyo gencar bermanuver untuk merebut kursi ketua umum Golkar dari Hartarto, dia pun berujar bahwa ada andil Airlangga di balik duduknya Bamsoet di kursi ketua DPR. “Jangan lupakan itu, nanti kualat,” ujarnya berseloroh.

Dengan segala capaian tersebut, alangkah eloknya para kader mengapresiasi secara patut. Salah satunya, beri kesempatan kepada Airlangga untuk mengembalikan kejayaan Beringin dalam waktu lima tahun ke depan.

***