Ini bukan lagi sekedar menang atau kalah Pilpres. Tapi sebuah kemenangan bersama. Sebuah kenikmatan yang dibagi bersama demi kenikmatan komunal. Suatu kenikmatan yang sangat sayang bila dilewatkan. Anda senang, kami segan. Anda tak senang, kami abaikan.
Begitulah, abaikan saja sebagian pihak yang mencibir kenikmatan itu. Mereka tidak merasakan betapa kenikmatan itu membuat semua rasa perih, galau, gundah dan kecemasan hilang seketika.
Kira-kira begitulah kenikmatan dari hasil terbaru survei terbaru Litbang Kompas. Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 49,2 Persen, Prabowo-Sandiaga 37,4 Persen.
Kubu 02 menikmati survei itu sebagai kenikmatan ketika elektabilitasnya naik signifikan. Berbeda dengan sikap mereka terhadap berbagai survei yang beredar sebelumnya. Ini sebuah kejutan. Dan imaginasi tersendiri, yang membawa harapan.
Begitu juga kubu 01, penuh nikmat dikeunggulan dua digit. Tak beda dengan berbagai survei sebelumnya. Kini kenikmatan itu lebih dalam. Membawa pada imaginasi, sebuah dunia yang lain yang mendekati kenyataan.
Hasil survei itu bagai ekstasi kedua kubu. Mereka menikmatinya di dalam masing-masing kamar. Tak saling mengganggu. Walau berada dalam dentuman musik kurang lebih sama. Itulah sejatinya sebuah kenikmatan dan suasana merasakan kenikmatan.
Survei Litbang Kompas tadinya hanya zat adiktif. Dan ternyata bisa menawarkan jalan tengah di saat yang tepat. Saat segala kegalauan akan realitas timpang yang relatif yang relatif. Realitas dari aburditas politik yang mendera harapan, impian dan ambisi. Realitas yang berada di ruang syahwat dan hasrat primitif yang bagai tak kunjung tertuntaskan.
Adiktif itu menggoda. Diraih. Masuk ke dalam tubuh politis. Bersenyawa. Menggetarkan sendi-sendi lelah. Membangkitkan imajinasi. Menyajikan rasa nyaman dan kesembuhan pada resah dan luka-luka. Membawa kepada realitas lain. Bahagia tak terkira.
Survei Litbang Kompas datang menjadi ekstasi. Menciptakan kegembiraan. Berpesta kata di dunia maya. Dari satu titik share ke share lain. Dari satu gumpalan diksi ke diksi lain. Berkembang biak. Memamah biak.Menciptakan aneka kenikmatan di setiap sel. Dari satu sel hidup ke sel hidup yang lain. Dalam kecepatan yang sama.
Diksi-diksi itu seperti dentuman musik yang hingar bingar. Membawakan sensasi baru di persenyawaan aditif tadi. Diksi itu bagai tangga. Dinaiki satu demi satu. Dengan energi entah darimana. Tak lagi perlu tahu.
Pada saat itulah. Beragam realitas galau masa depan politik jadi terlupa sejenak. Semangat menyerang lawan seakan tak lagi punya tempat. Selain, kesenangan demi kesenangan diperbaharui liarnya diksi-diksi yang dipacu terus oleh kekuatan aditif survei Litbang Kompas.
Ini momen penting. Tak kalah pentingnya dari beragam proses yang telah dilalui kemarin, minggu lalu, bulan lalu, dan tahun lalu. Momen itu bagai puncak. Tempat bendera kemenangan kelak dikibarkan. Penuh sorot lampu kamera. Penuh kilat bliz tak henti menyambar rasa. Pengantar kegembiraan.
Kegembiraan itu di dalam dua kamar terpisah namun berdekatan, dengan satu ekstasi, sungguh dahsyat. Itulah hasil suvei Litbang Kompas. Tak percuma dinanti sejak lama diantara ketidakpercayaan beragam ekstasi lain yang berhamburan di depan mata politik.
Tapi jangan lupa, ekstasi itu hanya sementara membawa pada realitas lain. Realitas semua imaginasi. Kelak bila reda, akan ada realitas sesungguhnya.
Realitas itu tak lagi butuh dentuman musik politik karena waktunya sangat singkat. Tunggulah dengan sabar pada hari H. Penuhilah kedamaian. Agar kenikmatan itu bisa dirasakan secara total.
Realitas itu ada di bilik suara. Keaslian kenikmatannya dijamin!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews