Sapei memiliki keahlian di bidang Planologi (lulusan ITB) dan setumpuk kegiatan. Dia terbuka, bisa dihubungi kapan saja.
Seusai bermain tennis, saya bersama teman-teman biasa ngobrol di pinggir lapangan. Akhir-akhir ini, topiknya gak jauh dari politik. Meski berbeda pilihan dalam Pilpres, ternyata kami punya pemikiran yang sama: ke depan, anggota Dewan Perwakilan Derah (DPD) dianggap akan lebih mewakili rakyat dibanding anggota DPR. Kenapa? Karena anggota DPD tidak terikat dengan kebijakan partai politik.
Bagi rakyat lebih terbuka untuk menyampaikan aspirasi, dan bagi yang bersangkutan lebih leluasa dalam menyampaikan koreksi, kritik, masukan kepada pemerintah. Hanya saja hingga kini (periode 2014-2019) belum ada anggota DPD yang menjadi news maker, pemikirannya layak didengar, agenda aksinya jelas dan patut didukung.
Ketika pembicaraan menyangkut anggota DPD inilah beberapa teman tertawa ngakak begitu mengetahui nama-nama anggota DPD terpilih untuk Dapil Jabar pada Pemilu 2014. Gak usah disebutin di sini nama-nama itu. Temen-temen saya mengaku sangat heran dengan cara berpikir Urang Sunda yang merupakan mayoritas warga Jawa Barat, hingga memilih orang-orang itu (silakan lihat di website DPD).
Begitu tahu siapa saja mereka, saya juga heran sekaligus malu. Tapi saya juga menyesal, waktu itu di TPS saya gak nyoblos pada lembaran DPD RI. Jadi, itulah konsekuensi gak milih, jadinya dipilihin orang. Iya kalo pilihannya bener, buktinya kayak gitu.
Beberapa waktu lalu ada teman bertanya via inbox, dari calon anggota DPD Jawa Barat, adakah yang saya kenal? Siapa kira-kira yang pantas dipilih? Waduhh... saya gak tahu.Kemudian saya amati 69 calon anggota DPD Dapil Jabar di website KPU.
Terus terang, hal pertama yang saya amati (analisis) adalah ‘beubeungeutanna’ (perwajahannya). Pantes apa enggak, muka mikir apa enggak. Terus namanya, titelnya. Kalau sekiranya pantas, saya tertarik untuk mengetahui latar belakang pendidikan, lembaga tempat dia bekerja, dan apa saja yang sudah dikerjakannya, dan seterusnya.
Dari 69 orang calon anggota DPD RI Dapil Jabar, saya baru menemukan satu orang yang pantas untuk dipilih, yaitu Nomor 59 Sapei ST.
Kemudian saya searching, termasuk bertanya pada teman yang mengenalnya, siapa Sapei ST? Teman saya menginformasikan, Sapei memiliki keahlian di bidang Planologi (lulusan ITB) dan setumpuk kegiatan. Dia terbuka, bisa dihubungi kapan saja, dan siap menjawab berbagai pertanyaan terkait tupoksi dan agenda kerjanya sebagai anggota DPD RI, JIKA nanti terpilih.
Jadi temen-temen warga Jabar, menurut saya Sapei layak pilih. Itu baru satu orang. Kalau teman-teman ada tahu calon tertentu layak dipilih jadi anggota DPD RI, bisa diinformasikan dan disosialisasikan di sini. Kenapa tidak?
Kalau tidak, jangan heran kalau yang terpilih nanti adalah orang-orang yang menurut teman-teman tidak kompeten, seperti penilaian temen-temen saya di lapang tennis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews