Jalan Kelam Megawati dan PDI Perjuangan

Jumat, 25 Januari 2019 | 21:14 WIB
0
466
Jalan Kelam Megawati dan PDI Perjuangan
Foto : Edit by ajiAjina

“Kalau partai politik tidak punya fondasi dalam memajukan keadaan menjadi lebih benar dan bermoral, maka itu bukanlah partai politik, melainkan hanya konspirasi untuk merebut kekuasaan” Dwight Eisenhower,

Apa yang dikatakan Eisenhower diatas adalah 'Ruh' sesungguhnya sebuah Partai Politik. Inilah hakikat yang banyak ditinggalkan oleh partai Politik, karena partai hanya dijadikan tunggangan kepentingan, sehingga Partai kehilangan ruhnya.

Saya melihat, Megawati yang baru bisa muncul kepanggung politik dimasa-masa menjelang berakhirnya rezim Orde Baru, dan Megawati dengan PDI Perjuangan, merupakan Partai yang dideklarasikannya diawal reformasi, tidaklah sia-sia, karena PDI Perjuangan menjadi Partai pemenang Pemilu 1999, dengan memperoleh 153 kursi di DPR.

Bukanlah sesuatu yang mudah, sejarah kelam yang harus dilalui Megawati. Dengan semangat idealisme ingin memposisikan Partai dengan 'Ruh' membangun peradaban sosial, dan moral masyarakat. Dimana saat itu cengkraman kuku Kekuasaan Orde Baru yang meng-kooptasi Partai politik, dan sebagian besar Partai dibawah bayang-bayang Kekuasaan.

Sejarah kelam PDI Perjuangan, adalah sejarah awalnya Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang diobok-obok Orde Baru, yang dipecah belah oleh Pemerintah Soeharto. Namun jauh sebelum itu, PDI lahir dari penggabungan 5 Partai, dimana saat itu Soeharto ingin Partai dikelompokkan, ada kelompok partai Islam, ada juga yang merupakan Partai Nasional, diluar Golongan Karya.

Gagasan fusi parpol untuk pertama kali dilontarkan pada 7 Januari 1970. Saat itu Presiden Soeharto memanggil sembilan pimpinan partai politik untuk berkonsultasi secara kolektif. Dalam pertemuan konsultasi tersebut, Soeharto melontarkan gagasan pengelompokan partai politik.

Lahirnya PDI

Ada beberapa gagasan tentang nama Partai hasil fusi tersebut, muncul tiga usulan, yaitu Partai Demokrasi Pancasila, Partai Demokrasi Pembangunan, dan Partai Demokrasi Indonesia. Akhirnya ditentukanlan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), sebagai nama Partai yang merupakan gabungan dari 5 Partai, PNI, Parkindo, Partai Katolik, Partai Murba dan IPKI.

Setelah melalui proses yang panjang, pada 10 Januari 1973 tepat pukul 24.00 WIB, dalam pertemuan di Kantor Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73 Jakarta, lima parpol sepakat melebur menjadi satu wadah parpol bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Hari inilah yang dijadikan hari lahirnya PDI, yang diperingati PDI Perjuangan yang baru lalu.

Sejak mulai berdirinya PDI, Pemerintah terus intervensi, dan PDI terus diobok-obok. Sejak kongres I, 12-13 April 1976, sampai kongres IV, yang dilaksanakan di Medan, pada 21-25 Juli 1993 di Aula Hotel Tiara, Medan, Sumatera Utara, PDI terus kisruh, selalu diintervensi Pemerintah dengan berbagai Cara. Saat itu Megawati belumlah boleh dimunculkan.

Dari kongres di Medan inilah akhirnya Soerjadi terpilih menjadi Ketua Umum PDI. Namun tetap saja secara internal PDI terus ricuh, akhirnya Pemerintah mengambil alih melalui Mendagri Yogie S. Memed dan mengusulkan membentuk caretaker.

Dalam rapat formatur yang dipimpin Latief Pudjosakti Ketua DPD PDI Jatim pada tanggal 25-27 Agustus 1993 akhirnya diputuskan susunan resmi caretaker DPP PDI.

PDI Dipecah Belah

Ditengah kisruh internal Partai yang tidak kunjung mereda, PDI melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB), yang akan digelar pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Hampir mayoritas peserta KLB menginginkan Megawati menjadi Ketua Umum, karena dianggap mampu mempersatukan.

Keinginan untuk mengusung Megawati menjadi Ketua Umum PDI mendapat penghalangan lewat Rapimda PDI, di Sumatera Utara tanggal 19 Oktober 1993, muncul larangan mendukung pencalonan Megawati dalam acara KLB di Jawa Timur.

Namun, keinginan sebagian besar peserta KLB untuk menjadikan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI tidak dapat dihalangi. Akhirnya Megawati dinyatakan sebagai Ketua Umum DPP PDI periode 1993-1998 secara de facto. Akhirnya, dalam Musyawarah Nasional (Munas) 22-23 Desember 1993 di Jakarta, secara de jure Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP PDI.

Perjuangan Megawati belum selesai, meskipun Megawati telah terpilih sebagai Ketua Umum, baik secara de facto maupun de jure, Pemerintah tetap mengakui PDI hasil Kongres Medan, yakni Soerjadi.

Perjuangan Megawati baru dimulai, saat dukungan masyarakat begitu besar, Megawati menjadi Inspirasi sebuah perubahan. Megawati betul-betul mengisi 'Ruh' Partai Politik, dan memberikan arah baru perjuangan sebuah partai Politik.

Semakin kuat tekanan dari Pemerintah, semakin kuat pula dorangan masyarakat terhadap Megawati dan PDI. Meskipun PDI sudah terbelah menjadi PDI Soerjadi dan PDI Megawati, namun sebagian besar dukungan ada pada Megawati, Soerjadi menjadi tunggangan Pemerintah untuk mengalahkan Megawati.

Megawati baru bisa menghirup udara Politik paska Soeharto lengser. Meskipun demikian, PDI Soerjadi masih tetap diakui Pemerintah berkuasa pengganti Soeharto. Tapi PDI Soerjadi tidak berarti apa-apa, untuk bisa mengikuti Pemilu 1999, Megawati harus mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan, yang dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta.

Pemilu 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan dengan tampil sebagai pemenang pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Bahkan, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH Abdurahman Wahid yang terpilih didalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4.

***

Sumber