Tatapan Mata Itu

Ini tatapan mata yang tidak fokus seolah-olah menyilakan siapapun untuk melihat kedua orang yang berada di sampingnya, "Lihatlah kelakuan mereka berdua, padahal Pilpres masih jauh!

Senin, 6 Juni 2022 | 06:23 WIB
1
221
Tatapan Mata Itu
Joko Widodo, Puan Maharani dan Anies Baswedan (Foto: Facebook.com)

Dari balapan tamiya raksasa kemarin sore di Jakarta, ada momen kebersamaan antara Pakde Jokowi, Bu Puan Maharani dan Pak Anies Baswedan. Tentu bukan sengaja wefie bertiga, tetapi dari foto ini terlihat Bu Puanlah yang "nyosor" ingin wefie berdua Pak Anies dengan mencuekkan Presiden RI. Sampai di sini saya cuma mau bilang: berbanggalah kalian para tim hore dan fans Anies Baswedan!

Akan tetapi yang menarik bagi saya bukanlah kebersamaan mereka bertiga dalam satu bingkai foto itu, melainkan tatapan mata mereka!

Tatapan dan bahasa tubuh adalah bebas tafsir, jadi saya mau menggunakan hak konstitusional saya berupa kebebasan berpendapat untuk menafsirkan tatapan mata mereka. Tapi saya harus memberi disclaimer dulu, ya: "yang lemah mental dan sumbu pendek jangan baca tulisan ini!"

Kembali ke... ponsel.

Terlihatlah tatapan mata Jokowi yang lelah seolah-olah sedang mengingat seseorang (mungkin juga sedang mengingat saya dan berkata, "tolonglah kamu tulis momen ini sebaik-baiknya, jangan sampai bikin orang misuh-misuh!") nun jauh di sana. Ini tatapan mata yang tidak fokus seolah-olah menyilakan siapapun untuk melihat kedua orang yang berada di sampingnya, "Lihatlah kelakuan mereka berdua, padahal Pilpres masih jauh!"

Tatapan mata Puan, mungkin tertuju pada ponsel yang sedang dipegangnya, yang ibarat cermin bergambar wajah dirinya dan Anies, tetapi mata yang mengambang itu melahirkan pikiran yang melayang-layang begini:

"Jokowi, orang di samping kananku ini emang cuma petugas partai, tapi kok ya dia beruntung banget bisa jadi presiden dua periode dari partai emakku pula. Jujur... aku juga kepengen menggantikan posisinya sebagai presiden, e... tapi elektabilitasku masih baskom (barisan satu koma) yang berarti rakyat ga suka aku, malah suka Mas Ganjar yang ga bisa mengelola pemerintahan, lha wong Jateng saja amburadul di tangannya. Tapi emang aneh ya rakyat ini, meski jabatanku ketua dewan perwakilan rakyat, mereka kok malah lebih suka Ganjar ketimbang aku. Tapi di Pilpres 2024 Jokowi ga mungkin bisa nyalon lagi, tapi aku lagi bujuk dia lewat emakku agar mau menggiring para pengikutnya untuk dukung aku, tapi keliatannya dia ogah, bahkan cenderung mau mengarahkan dukungannya ke Mas Ganjar, 'kan kurang ajar. Itu makanya emakku ogah hadir lagi di acara-acaranya Jokowi akibat kepala batunya itu. Petugas partai tapi kok susah diatur. Oh ya, orang di sebelah kiriku ini sangat berpotensi menjadi Presiden RI dengan catatan bisa meng-copy paste cara-cara dia saat menjadi Gubernur DKI, meski kali ini lebih sulit karena ga ada momennya, perlu dihadirkan 'Ahok' lainnya yang bisa dijadikan musuh bersama. Elektabilitas orang ini hanya kalah sama Mas Ganjar dan Pak Prabowo, mana tahu Pak Anies bisa dibujuk mau 'kawin' sama aku, dia yang jadi capresnya aku cukup cawapresnya, yang penting tangga pertama bisa jadi wapres dululah, setelah itu... terserah aku dan emakku. Bagaimanapun aku dan emakku yang penguasa partai harus terus berbaik-baik dengan Pak Anies sebelum arah dukungan orang yang di sebelah kananku ini jelas. Pokoknya yang tidak mungkin itu aku 'kawin' sama Mas Ganjar yang satu partai, malah aku mikir terus gimana caranya agar elektabilitasnya gembos bos, tapi kok susah banget ya gembosinnya seolah-olah banyak pelindungnya. Ah, tapi 'kan aku cukup bilang sama emakku, jangan majukan Ganjar, sementara di sisi lain aku akan terus berusaha menaikkan elektabilitasku di sisa waktu jelang Pilpres 2024 nanti! Moga seluruh rakyat mendukung dan mendoakanku!"

Bagaimana dengan tatapan mata Anies?

Nyaris memicing seperti orang pegang senapan membidik sasaran, sementara pikiran nakalnya mengatakan; "Kalian semua gue kacangin deh, kalian belum tahu bagaimana aku nanti melancarkan siasat dahsyatku demi menggantikan orang yang berada di sebelah kanan Puan ini, kan!?"

***