Blakan-blakan Anies Baswedan kepada Media asing, seperti membuka borok sendiri, juga seperti mengeluarkan isi perut sendiri, Apa tujuannya?
Perbedaan persepsi dalam memberikan rasa aman terhadap masyarakat, dalam penanganan covid-19, selayaknya menjadi "rahasia dapur" yang tidak sepantasnya diumbar pada media asing.
Setiap negara mempunyai kebijakan yang berbeda-beda dalam membendung informasi, tidak semua keinginan internasional harus dipenuhi. Memang tidak harus seperti negara komunis yang tertutup dalam hal memberikan imformasi, tentang situasi negaranya.
Namun membuka aib negara sendiri untuk dikonsumsi pihak asing, bukanlah juga sesuatu yang bijaksana. Entahlah kalau secara pribadi Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, punya agenda tersembunyi, sehingga mengabaikan kepentingan bersama.
Rahasia dapur dalam sebuah rumah tangga, kalau dalam sebuah negara bisa dianggap sebagai rahasia negara, atas kepentingan pemerintah yang memang tidak layak diumbar pada media asing, karena media asing punya kepentingan untuk mengekpos buruknya situasi internal sebuah negara.
Kondusifitas sebuah negara memang perlu dijaga, memang over protective terhadap sebuah imformasi tidaklah mencerminkan keterbukaan, namun tidak semua imformasi dalam sebuah negara perlu diumbar ke publik, apa lagi pada media asing.
Anies Baswedan dipuji media asing, Anies yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat (AS) dilabeli The Sydney Morning Herald, menyerupai sikap Gubernur New York Andrew Cuomo (yang 'melawan' Donald Trump): kedua laki-laki tersebut bertindak cepat untuk mengendalikan virus.
Keduanya (baik Anies maupun Cuomo) harus berhadapan dengan para presiden yang bertindak kurang cekatan, dan keduanya telah memenangkan pujian untuk pekerjaan mereka, yang mencoba menyelamatkan hidup di kota-kota padat penduduk. Jakarta memiliki populasi sekitar 10 juta jiwa, sementara New York City memiliki 8,3 juta jiwa.
Benarkah Anies bertindak cepat dalam mengendalikan virus di wilayah pemerintahan DKI Jakarta? Jakarta merupakan episentrum pandemi covid-19, dengan korban terindikasi positif terbanyak, dengan tingkat kematian tertinggi. Padahal berdasarkan keterangan Anies sudah melakukan pemantauan sejak awal virus corona merebak di Wuhan, Tiongkok.
Kepada media Australia, Sidney Morning Herald, Anies menunjukkan kontradiksi dengan pemerintah pusat, dengan menyatakan, jumlah kasus Covid-19 'jauh lebih tinggi' daripada yang ditunjukkan angka resmi yang dirilis ke publik. "Ini lah saatnya para pembuat kebijakan perlu mempercayai sains (ilmu pengetahuan)," Selengkapnya baca disini.
Memang ada perbedaan pandangan dalam pola penanganan, terutama dalam hal pengungkapan data, antara Anies dengan pemerintah pusat. Pemerintah pada awalnya tidak transparan dalam data korban, dan itu adalah bagian dari policy untuk meredam kepanikan masyarakat.
Sementara Anies berpandangan, dengan mengungkapkan data sebenarnya kepublik, bersikap transparan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan adalah memberikan rasa aman. Tetapi Kementerian Kesehatan merasakan sebaliknya, bahwa transparansi akan membuat panik.
Policy pemerintah tidak transparan terhadap data bukan semata agar tidak terjadi kepanikan dalam masyarakat, tapi juga menganggap persoalan data ini menjadi rahasia dapur yang tidak perlu diumbar, karena tidak semua negara yang penduduknya terpapar covid-19 menggunakan data sebenarnya.
Pemerintah pusat jelas mempertimbangkan banyak hal, porsi yang dihadapi pemerintah pusat, jelas berbeda dengan porsi pemerintah daerah. Banyak aspek yang menjadi pertimbangan pemerintah pusat pusat, skop persoalan yang dihadapi juga berbeda.
Tidak satu kelurahan pun di DKI Jakarta yang aman dari penyebaran covid-19, kalau seandainya sudah terpantau sejak Januari, harusnya penyebaran covid-19 di Jakarta tidak akan merata, dan bisa lebih cepat dibatasi.
Bisa saja sudah terpantau dari awal, tapi kalau tidak ada tindakan untuk membatasi laju penyebaran virus, tetap saja tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap penyebaran virus.
Sebagai masyarakat kalau tidak aktif memberikan imformasi pada pemprov DKI Jakarta, tetap saja tidak ada penanganan yang serius. Penulis berani mengatakan ini karena sudah membuktikannya, dan sudah ditayangkan dalam sebuah artikel yang berjudul, "Kelurahan Kramat, Jakarta Pusat Masuk Zona Merah, Aktivitas Masjid Aman-aman saja".
Blakan-blakan Anies pada Media asing, seperti membuka borok sendiri, juga seperti mengeluarkan isi perut sendiri, apa kepentingannya coba, apa biar dianggap Gubernur yang paling hebat? Yang paling cekatan? Namun tetap dengan prestasi tingkat korban dan kematian tertingi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews