Sketsa Harian [44] Mencipta Tokoh

Makanya saat nikah sama Aa nanti, ia diam-diam akan operasi kesucian, siapa tahu masih tersisa bahan-bahan bekas operasi Ratna Sarumpaet tempo hari.

Kamis, 12 Desember 2019 | 06:03 WIB
0
460
Sketsa Harian [44] Mencipta Tokoh
Ilustrasi pacaran (Foto: Kompas.com)

Sejujurnya harus saya katakan, karakter "Eneng" dan "Aa" sudah saya munculkan di fesbuk ini terhitung sejak 4 atau bahkan 5 tahun lalu. Lebih karena mematenkan hashtag alias tanda pagar (tagar) di medsos seperti memaksa Luna Maya mencintaimu dalam sehari saja.

Ketika tagar kesayangan saya #jangansensi dipake banyak orang atau diplesetkan dengan mengubahnya menjadi "jangan tensi" misalnya, selera saya mempertahankan tagar itu menguap seperti embun kepagian di musim kemarau.

Padahal, saya menciptakan tagar itu untuk lucu-lucuan, sekaligus memberi pesan kepada pembaca siapapun dia, khususnya teman-teman fesbuk, jangan terlalu baperan membaca status atau tulisan-tulisan ringan saya, sebab setiap orang punya preferensi.

"Masak wartawan ga netral," suatu waktu ada yang protes seperti itu pada masa lalu sekian puluh musim berlalu, saat tersengat atau katakanlah "baper" dengan status-status saya. Jelaslah sudah "ad hominem". Lha bukannya mendebat isi status, malah mempertanyakan posisi saya.

Jawaban saya biasanya bernada tanya, "Netral...??? Ke laut ajaaaa, Neng!" (kalo ke cewek). Atau, "Netral...??? Lo mau hati cewek lo netral ke elo!? (kalo ke cowok). Eh, si cewek maupun si cowok yang jengkel dengan jawaban saya nyambung ke urusan umur, "Udah tua, segera insyaf, biar cepat dapat hidayah!"

Nah, saya paling suka kalau ada anak muda (usianya lebih muda dari saya yang sudah tua ini, tapi nyolot) yang ngeledek begini, biasanya saya keluarkan jurus pamungkas, "Yakiiinnn.... umurmu bisa nyampe umurku sekarang?"

Senyap.

Kemudian saya tanya ke seorang rekan yang sudah lama terpapar tagar saya tetapi tetap saja membaca status-status saya (kalo lagu judulnya "benci tapi rindu"), apakah tagar saya perlu saya hapus karena terlalu menyakitkan bagi yang kena tampar. Kemudian sambil berlutut dan memohon (bayangan saya aja sih) dia berkata, "Please, jangan gunakan tagar itu lagi, banyak orang tersakiti!"

Ya sutralah, saya kabulkan permohonannya. Saya pun ga pake lagi tagar #jangansensi itu sampai sekarang, itung-itung ngurangin dosa

Lalu, muncullah karakter "Eneng & Aa" dengan tagar lebih pendek #eaa (kependekan "Eneng & Aa"), yang saya pikir agak susah ditiru sebab harus punya cerita khas dengan karakter Eneng & Aa. Kalau ada tagar #eaa tapi isinya foto, meme, video dan lain-lain, jelas bukan karya saya.

Eneng & Aa sejatinya ya cuma karakter dua orang itu, rekaan semata; sepasang anak muda yang dimabuk asmara. Eneng mahasiswa S2 jurusan filsafat tapi teramat polos dan kadang bloon, jarang baca buku dan info yang didapat cuma dari medsos, itupun cuma denger-denger.

Eneng bercita-cita jadi model (maka busananya aneh-aneh), sudah kehilangan kesuciannya beberapa kali (lha emang kesucian ada berapa?) karenanya merasa bersalah terus saat mencintai Aa yang selalu mengatakan "hanya akan 'melakukan'-nya sama Eneng di malam pertama." (so suiitttt....).

Makanya saat nikah sama Aa nanti, ia diam-diam akan operasi kesucian, siapa tahu masih tersisa bahan-bahan bekas operasi Ratna Sarumpaet tempo hari.

Sedang Aa, seorang pemuda yang teramat polos dan lugu dalam pacaran. Sampai sekarang ia tidak paham dewa mana yang menyesatkan mata kekasihnya itu sehingga mau aja jatuh cinta pada dirinya. Aa berusaha mengejar cita-citanya untuk menjadi Sarjana S1, secara ia "cuma" lulusan SMK Tata Boga, tapi suka baca filsafat dan karenanya otaknya encer.

Soal gawai, perbedaan antara Aa dengan Eneng ibarat bumi dan comberan. Eneng menggunakan iPhone seri terbaru, bahkan sudah inden untuk iPhone 21, sementara Aa masih menggunakan Nokia Pisang besutan seperempat abad lalu dengan satu-satunya game yang nempel di sana; Snake.

Ia sangat suka ngisi TTS, maka kemana-mana ia nyari kios-kios penjual koran untuk mencari buku TTS yang selebar daun kelor itu. Nasib buku TTS dan koran kertas sama, sama-sama sulit ditemukan lagi di kios-kios dan loper koran. Saat semua buku TTS-nya terisi, Aa sibuk mengisi hati Eneng. TTS bukan teka-teki silang lagi, tapi teka-teki sayang.... #eaa

Aa romantis, suka pengen berdua Eneng selepas maghrib, duduk-duduk di taman kota berpayungkan bulan purnama atau sesekali pergi ke pinggir hutan mencari pohon rindang ditemani sepasang burung hantu di ranting tertinggi.

Selain hujan di petang hari, kadang suasana romantis seperti itu memerangkap perasaan menjadi seperti primata, khususnya Eneng yang lebih berpengalaman. Dituntun kematangan nalurinya, Eneng ingin selalu kembali ke keadaan saat ia dilahirkan, polos....

Sebagai lelaki normal, Aa amat paham dengan perasaan yang memerangkap Eneng seperti itu. Tetapi selalu ia berbisik ke telinga Eneng yang harum bak melati, "Aa hanya ingin melakukannya pada malam pertama nanti...."

Selepas itu Eneng sibuk sendiri merapikan busananya, burung hantu di atas pohon saling berpelukan haru. Aa biasanya mengalihkan perhatian dengan meminjam aplikasi baterai di henpon Eneng yang canggih itu untuk menerangi sisa TTS-nya yang belum terisi.

Malam yang kelam pun menjadi sangat syahdu...

#PepihNugraha

Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [43] Preman