Silakan revisi, tapi mbok ya tunggu DPR periode barulah. Toh tinggal menghitung hari. Toh isi DPR yang baru juga mayoritas masih dia-dia juga.
“Apa beda cover Tempo sama Obor Rakyat? Serius tanya,” begitu tulis seorang teman melalui Whatapps, Senin (16/9/) pagi.
“Males, ah jawabnya,” saya membalas. “Membuat perbandingan itu harus apple to apple, bukan dengan pamplet sampah”.
Pada 19 November 2001, Tempo pernah membuat cover bergambar Ketua Umum Partai Golkar yang juga Ketua DPR Akbar Tanjung (AT) dengan hidung super mancung seperti Pinokio. Saya tak tahu persis reaksi pribadi AT. Hanya saja keesokan harinya sejumlah pengurus teras Golkar berkumpul di Lantai 3 Gedung Nusantara III DPR-RI.
Usai rapat, Fahmi Idris Agung Laksono, Slamet Effendi Yusuf, dan Ferry Mursyidan Baldan menuju kantor redaksi Tempo di Jalan Proklamasi.
Mereka meminta redaksi Tempo mengklarifikasi laporan utama pada edisi terbaru yang dianggap memojokkan Golkar. Juga memprotes cover yang dianggap telah menghina partai.
Sejak Ahad (15/9/2019) malam, jagat media sosial telah riuh oleh bocoran cover Tempo yang resminya terbit, Senin pagi. Sampul bertajuk "Janji Tinggal Janji" itu menampilkan karikatur Jokowi beserta bayangan orang berhidung panjang.
Sejauh ini, baru Sekjen PDI-P Hasto Kristianto yang mengkritik dan menyebut cover tersebut tidak sopan. Itu pun baru bicara di media massa. Belum meminta klarifikasi langsung ke redaksi Tempo, atau barangkali melaporkannya ke Dewan Pers.
Tapi bila coba melirik ke media sosial, wah responsnya sudah tak keruan. Saking gak keruannya, ada yang mengira Tempo didalangi Amerika untuk membuat cover semacam itu. Sebab Jokowi selama jadi Presiden disebut terlalu pro China, dan Amerika gak terima.
Ada pula yang menerjemahkannya sebagai bentuk keinsafan Tempo bahwa selama ini telah salah mendukung Jokowi.
“Bagi mereka, mantan walikota solo itu dianggap kerap ingkar janji.” Padahal sejak dulu Tempo ya begitu.
Tidak ada rumus tutup mata dan telinga hanya karena dia teman, dan akan selalu mencaci hanya karena tidak suka kepada seseorang. Jurnalisme Tempo tidak menghamba kepada penguasa, berpihak kepada satu golongan.
“Djurnalisme madjalah ini karena itu bukanlah djurnalisme untuk memaki atau mentjibirkan bibir; djuga tidak dimaksudkan untuk mendjilat atau menghamba. Jang memberinja komando bukanlah kekuasaan atau uang, tetapi niat baik, sikap adil dan akal sehat," begitu pengantar redaksi, Nomor Perkenalan Majalah Tempo,1971.
Komentar lebih jernih dan arif saya baca di twitternya Prof Nadirsyah Hosen. Lewat akun @ana_dirs, dosen Fakultas Hukum Monash University Australia itu justru menyebut cover Tempo artistik. "Yang hidungnya panjang kayak Pinokio adalah bayangan Jokowi, bukan gambar Jokowinya. Ada mesej yang kuat, tanpa melecehkan. Saya yakin Pak @jokowi tidak perlu tersinggung. Kritikan yang artistik dan argumentatif itu perlu dalam demokrasi," kicaunya.
Dalam kasus pemberitaan Tempo terkait revisi UU KPK, saya pribadi tak sepenuhnya setuju. Seperti halnya saya juga tak serta-merta menyokong sikap KPK yang secara apriori menolak revisi. Saya juga menyayangkan sikap Jokowi yang seolah mengabaikan psikologi politik yang berkembang.
Silakan revisi, tapi mbok ya tunggu DPR periode barulah. Toh tinggal menghitung hari. Toh isi DPR yang baru juga mayoritas masih dia-dia juga.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews