Pada 2015 saat erupsi Gunung Sinabung, beberapa kali Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyambangi wilayah terdampak erupsi.
Sibolangit di situlah asal mula leluhur kami. Ayahanda lahir di Sibolangit. Sekitar dua jam perjalanan atau 50 km dari Kota Medan, Sumatra Utara. Udaranya sejuk, pemandangan alamnya juga bagus. Termasuk air terjunnya dan tempat pemandian Sembahe.
Di daerah mayoritas etnis Karo ini terdapat saudara kembar Kebun Raya Bogor. Taman Hutan Raya yang digagas oleh orang Belanda yang juga menggarap Kebun Raya Bogor. Tentu saja sebelum Indonesia merdeka.
Ada pula taman bermain seperti Dunia Fantasi Green Hills. Daerah ini juga menjadi lokasi perkemahan nasional Pramuka. Jambore nasional 1977 yang legendaris itu diselenggarakan di Sibolangit.
Dari Medan menuju Tanah Karo, pastilah melalui Jl Letjen Jamin Ginting. Termasuk melewati Sibolangit nan sejuk.
Pada 2015 saat erupsi Gunung Sinabung, beberapa kali Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyambangi wilayah terdampak erupsi. Termasuk mendampingi Presiden SBY. Sang Presiden yang menandatangani pangkat brigjen, mayjen, letjen, dan jenderal bagi Moeldoko.
Ia kemudian diberikan penghargaan pemberian marga Ginting. Jadilah namanya Jenderal TNI Moeldoko Ginting.
Melalui upacara adat dengan izin pemangku adat setempat. Maka di Tanah Karo, termasuk Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, dan Medan, dia dipanggil "Pak Ginting".
Satu dua hari ini, saya dihubungi beberapa rekan di Sibolangit. Terkait pelaksanaan KLB Partai Demokrat di Sibolangit. "Apakah Moeldoko KSP itu sama dengan Jenderal Moeldoko Ginting?"
Saya jawab, betul orang yang sama.
"Kenapa?" tanya saya.
"Bagaimana dengan kata dan perbuatan beliau?"
Saya pun menjawab ringkas. "Dia itu politikus. Jangan ditarik ke budaya. Kata dan perbuatan bisa berbeda dalam politik."
"Waduh, Bang.... Ampun," katanya di ujung telepon.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews