Kita mendorong anak-anak muda anggota dewan seperti William dari partai lain juga, bukan hanya PSI. Jangan biarkan PSI berjalan sendirian. Rakyat harus mengawal kebenaran.
Bagi para pencinta klub sepakbola Liverpool (saya pencinta Chelsea), YNWA adalah simbol perjuangan. Konsistensi. Ketika dalam posisi down, tetap didukung klub itu. Ketika menang kegembiraan meruyak sampai ke langit. Membongkar AICA AIBON Rp82 miliar dan Ball Point Rp123 miliar adalah kemenangan yang harus dirayakan. Dan, di situ ada William!
Sepak terjang William Aditya Sarana mencengangkan. Top. Berani. Dan, mendapatkan hujatan dari para koruptor dan perampok uang rakyat. Tentu.
Saya mendukung William dan saya katakan YNWA! Karena saya juga memahami sisi psikologis politis sebagai anggota kaum minoritas, double minoritas di tengah radikalisme yang dijadikan komuditas politik.
Politik identitas yang merusak seluruh sendi kehidupan demokrasi, ya hasilnya Aica Aibon Rp82,8 miliar. Anies sebagai hasil dari politik identitas melakukan apapun untuk merusak tatanan dengan strategi politik identitas, menggunakan agama sebagai tameng, mengibuli rakyat DKI Jakarta dengan kedok ummat.
Nyatanya lem Aibon itu sebagai alat untuk merampok duit, dengan manipulasi canggih. Belum lagi ballpoin. Lagi-lagi angkanya mencengangkan: Rp123 miliar hanya di satu suku dinas di Jakarta Timur. Edan.
Untuk menutupi hal itu jurus gendeng dengan menyalahkan Ahok kembali muncul melalui mulut sinis Anies. Anies secara sengaja menjual sentiment Ahok untuk menutupi keboborkan dirinya dan anak buah yang secara sengaja memasukkan angka tersebut. Bukan salah ketik.
Publik harus tahu tentang otak Anies. Dia bukan manusia sembarangan. Super cerdas tapi bukan untuk bangsa. Untuk dirinya dan kelompoknya seperti FPI, HTI, dan kelompok khilafah. (Foto-foto kedekatan Anies dan para pentolan kelompok radikal tak terelakkan.)
Publik juga tak paham kehebatan dasar komunikasi Anies. Strategi komunikasi ideologi Post Truth dan ilmu neuro-science dipakai secara efektif. Itulah bahayanya Anies. Tidak ada yang tidak disengaja dan tidak dirancang matang semua tingkah Anies. Ini sangat berbahaya bagi NKRI.
Untuk itu, tindakan William sudah sangat tepat. Untuk melawan cara komunikasi seperti Anies adalah dengan menunjukkan cara yang sama. Strategi yang sama. Menghantam dengan menyentuh sisi rasa dan animal being manusia. Instink sebagai animal being. Dan, William melakukannya. Top. Keren.
Tak pelak tindakan William menyentak para manusia yang terganggu isi perutnya. Yang tersentak kepentingannya. Ini faktanya. Tak semua mendukung William. Saya bisa memahami tekanan yang menimpa anak 23 tahun. Bayangkan. Dua puluh tiga tahun. Ini salah satu reaksi.
“Sebagai anggota dewan kita perlu punya rasa harga diri dan punya tata krama dalam rangka menyampaikan aspirasi. Aspirasi itu boleh keluar setelah kita melakukan pembahasan, jangan sampai artinya kita belum melakukan pembahasan sudah ramai di koran," ujar Inggard dalam rapat itu, Kamis (31/10/2019).
Inggard Joshua dari Gerindra menilai William tidak memiliki tata krama lantaran mengunggah rancangan KUA-PPAS ke media sosial. Yang justru tidak memiliki tata krama adalah Inggard. Dia hanyalah oportunis sejati. Khas politikus. Berpindah-pindah partai.
Nah, lebih nyata lagi dia adalah musuh politik Ahok. Dia anggota Pansel juga yang akan melengserkan Ahok. Pas. Ketemu Anies maka Inggard akan membela mati-matian Anies. Buktinya, menyemprot William.
Gebrakan gila William ini harus didukung sepenuhnya oleh masyarakat. Kita musti mengawal anak muda pemberani seperti dia. Kita mendorong anak-anak muda anggota dewan seperti William dari partai lain juga, bukan hanya PSI. Jangan biarkan PSI berjalan sendirian. Rakyat harus mengawal kebenaran. Dan, William telah memulainya. Proficiat. Bro! You’ll Never Walk Alone!
Ninoy Karundeng
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews