Buruknya kinerja Menteri BUMN periode yang lalu, tidak terlepas dari tanggung jawab Presiden Jokowi. Jadi sangat water kalau pertanyaan yang sama pun di alamatkan pada Presiden Jokowi.
Saya menganalogikan bersih-bersihnya Erick Thohir di BUMN, seperti "cuci piring" setelah pesta usai. Orang lain yang habis pesta, Erick Thohir yang bagian cuci piringnya. Mending kalau sekelas pesta kawinan dikelurahan, yang di bersih kan Erick Thohir pesta di Hotel Bintang Lima, pestanya para Punggawa.
Seakan-akan tidak ada habis-habisnya piring yang kotor, seperti itulah situasi BUMN saat ini. Padahal pesta sudah usai, Erick Thohir terus bersih-bersih, dan berusaha mengurai satu-satu kotoran yang ditinggalkan seusai pesta punggawa BUMN.
Ini memang sebuah ironi, dan sudah biasa terjadi. Pejabat baru laiknya pencuci piring kotor hasil dari pesta pejabat sebelumnya. Dan kotoran itu terserak dimana-mana, ditinggalkan begitu saja.
Betapa kita diperlihatkan secara telanjang berbagai kasus di BUMN, baru satu kasus ditemukan, kasus lain bermunculan. Mencuatnya kasus penyelundupan Harley Davidson oleh petinggi PT Garuda Indonesia, yang di selundupkan lewat pesawat Garuda yang baru di beli, belum selesai sampai disitu.
Muncul lagi kasus di Bank Tabungan Negara (BTN), sehingga Erick Thohir perlu mengganti Komisaris dan Direksi Bank BTN. Belum lagi kasus PT. Krakatau Steel Tbk (Kras) yang terus merugi, dengan memiliki hutang Rp 40 triliun, dan 60 anak perusahaan yang menjadi beban.
Belum lagi Perusahaan Listerik Negara (PLN) yang masih terus merugi, dan terus memerlukan suntikan dana dari pemerintah. Begitu juga PT Hutama Karya, juga beberapa perusahaan BUMN yang lainnya. Setiap BUMN punya begitu banyak anak perusahaan, dengan berbagai macam jenis usaha diluar core business utama.
Karut-marut yang ada di BUMN ini dianalogikan sebagai 'piring kotor' yang harus dibersihkan Erick Thohir satu persatu. Gebrakan Erick ini pada akhirnya membuka celah untuk melihat kinerja Menteri BUMN sebelumnya, Rini Soemarno, sehingga menyisakan tanya, selama ini Rini ngapain aja.?
Dari keseluruhan BUMN sejumlah 142 perusahaan, hanya 15 BUMN yang terbilang sehat, dan memberikan kontribusinya pada negara. Selebihnya adalah BUMN yang sedang 'demam' alias sakit. Inilah PR Erick Thohir sebagai pengganti Rini Soemarno.
Terlalu lama pesta pora yang terjadi di BUMN, sehingga terlalu banyak piring kotor yang tersisa. Yang sudah pesta pora pun sudah tidak diketahui lagi dimana rimbanya.
Bagi sebagian orang, BUMN adalah tempat yang empuk untuk menumpuk kekayaan, tapi bagi sebagian lagi menganggap BUMN sebagai penyanggah finansial pemerintah.
Bisa saja ada yang beranggapan kalau Erick Thohir sedang bersih-bersih orang-orang yang masih terkait dengan Rini Soemarno. Itu memang sesuatu yang perlu dilakukan oleh Erick Thohir, karena untuk membenahi BUMN secara menyeluruh, dibutuhkan orang-orang yang loyal pada pemerintah.
Rini Soemarno juga tentunya tidak akan tinggal diam, terbukti dengan adanya perlawanan Ari Askhara yang menolak mundur dari Dirut Garuda. Perlawanan Ari adalah juga perlawanan Rini Soemarno, semakin Rini melakukan perlawanan, maka akan semakin terbuka borok di BUMN.
Sepak terjang Erick Thohir dalam bersih-bersih BUMN, seakan-akan menampar muka Rini Soemarno. Suka tidak suka, memang itu yang harus dilakukan Erick Thohir sebagai penggantinya. Setiap pemimpin beda gaya dan karakter.
Betapa publik melihat kebobrokan BUMN selama ini, imbasnya bukanlah semata pada Rini Soemarno, tapi juga pada Jokowi sebagai Presiden. Banyak pertanyaan yang sama ditujukan pada Jokowi, lima tahun kemarin Jokowi ngapain aja.?
Buruknya kinerja Menteri BUMN periode yang lalu, tidak terlepas dari tanggung jawab Presiden Jokowi. Jadi sangat wajar kalau pertanyaan yang sama pun di alamatkan pada Presiden Jokowi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews