Kecuali sebagai Pengusaha, Sandiaga Belum Punya Track Record Memimpin

Minggu, 17 Maret 2019 | 19:37 WIB
0
467
Kecuali sebagai Pengusaha, Sandiaga Belum Punya Track Record Memimpin
Sandiaga Uno (Foto: Tribunnews.com)

Di manapun di dunia untuk maju jadi pemimpin negara akan dilihat track record yaitu dilihat ketika yang bersangkutan memimpin sesuatu sebelumnya, sesuatu tersebut  bisa dijalur birokrat, legislatif, ormas (dalam skala besar tentunya).

Oleh karena itu ketika seseorang mencalonkan diri menjadi pemimpin apalagi calon wakil presiden negara besar seperti Indonesia tentu bekal memimpin adalah suatu keharusan, negara atau pemerintahan bukan kelinci percobaan, taruhannya sangat mahal jika seorang pemimpin negara yang belum pernah meminpin menjadi seorang wapres.

Kita belajar dan bercermin dari Amerika, bagaimana seorang Donald Trump memimpin Amerika, karena dia belum pengalaman jadi pemimpin wilayah atau militer atau di lembaga legistalif, maka apa yang terjadi, ”Shutdown” selama 21 hari. Hal ini merupakan  record shutdown terlama selama Amerika berdiri.

Jika kita menengok track record Donald Trump memang dia belum pernah jadi gubenur, anggota senat, DPR, maupun  panglima perang, dll yang sebenarnya pengalaman ini sangat diperlukan jika akan jadi seorang pemimpin. Dia hanya pengusaha sukses dan kaya tidak lebih dari itu.

Maka disebabkan minimnya pengalaman memimpin sering Donald Trump menciptakan kegaduhan dalam kebijakannya termasuk masalah terhadap imigran/pendatang di amerika yang kontroversial, serta larangan bagi beberapa WN dari beberapa negara di Temur Tengah, antara lain Iran, Yaman, Sudan untuk  berkunjung ke Amerika.

Apakah Indonesia ingin pemimpin yang kotroversial karena hanya berpengalaman sebagai pengusaha yang biasanya orientasinya mencari keuntunggan untuk dirinya atau perusahaannya tentu riskan kalau kita coba-coba.

Seorang pemimpin yang belum punya prestasi untuk mengharumkan bangsa dan negara, hanya punya pengalan sebagai Wagub DKI sekitar setahun di mana  kinerjanya terlihat jelas hanya “pas-pasan”, kemudian jadi cawapres hanya karena dukungan satu partai dan finansial dari perusahaanna sendiri saja.

Tentu  amat mengkhawatirkan dan  berisiko jika kita memilih pemimpin seperti ini. Dimungkinan nanti cara memimpin Negara layaknya memimpin perusahaan, seperti halnya Donald Trump memimpin Amerika.

***