Nenek Inah meminta maaf apabila video bercandanya dengan Irpan membuat pihak tertentu tak nyaman. Takut videonya itu merugikan dirinya kelak.
Papuk Irah, begitu panggilan akrab Nenek Sumirah, asal Kampung Telaga Mas, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Seorang nenek tua sebatang kara yang diajak Prabowo Subianto naik panggung kampanye di lapangan Karang Pule.
Kemudian muncul video viral di medsos, yang seolah-olah Papuk Irah telah menerima uang Rp 500 ribu dari Tim BPN Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Setelah kampanye tumpah ruah pendukung Prabowo di Lombok, beredar viral di grup-grup WA.
Video terkait rekayasa seorang nenek yang memeluk Prabowo. Sementara fitnah di Twitter, salah satunya disebarkan akun Habibthink yang selama ini menebar fitnah terhadap Habib Rizieq Shihab.
Padahal, fakta sebenarnya tidak demikian. Nenek Irah datang sendirian dengan jalan kaki, dari tempatnya tinggal. Beliau seorang pemulung dengan penghasilan yang jauh di bawah angka keluarga sejahtera.
Mengapa Nenek Irah bisa naik sampai ke panggung dari kerumunan masyarakat. Jawabnya satu, karena masyarakat Lombok sangat mencintai dan menghormati orang yang lebih sepuh sebagai adat budaya timur yang masih dijunjung tinggi.
Karena itu, ketika Nenek Irah jalan tertatih-tatih mendekati panggung, masyarakat dengan sendirinya menyibak memberi kesempatan beliau untuk berjalan, sementara masyarakat di sepanjang jalur jalannya secara bergantian menuntun beliau.
Sementara Prabowo sebagai capres dengan latar belakang TNI, gemblengan Lembah Tidar diindoktrin untuk mencintai rakyat secara tulus ikhlas, sebagaimana sumpah para Taruna Akmil yang akan dilepas ke masyarakat.
Setiap Taruna bersumpah mewakafkan hidupnya, untuk mencintai rakyat, bangsa, dan NKRI. Setiap Taruna bersumpah tak akan menjual bangsa dan NKRI pada bangsa dan negara asing. Sebuah sumpah setia pagar negara yang tidak dimiliki para politisi, yang dibesarkan parpol.
Karena itu, semua mantan gemblengan Lembah Tidar sangat tersinggung dan terhinakan saat ada individu atau sekelompok relawan, yang melakukan fitnah terhadap Nenek Irah. Mereka melakukan Framing Politik beraroma kedengkian.
Mereka tega melakukan manipulasi mental Nenek Irah, seakan nenek menerima uang Rp 500 ribu dari panitia acara, dengan skenario politik untuk mencemarkan ketulusan, kejujuran, dan keiklasan masyarakat Lombok yang diwakili Nenek Irah.
Fakta itu sudah dibantah oleh Nenek Irah. Beliau mengaku, pernah diajak foto (sering video) dengan seorang pemuda dan dipesan untuk berbicara sama dengan yang diucapkan pemuda tersebut.
Dus, Nenek Irah pun menjadi korban manipulasi politik sontoloyo untuk mencemarkan nama capres Prabowo dan memfitnah Nenek Irah. Berdasar dari fakta itu, “Saya yakin 100% para alumni Lembah Tidar sangat paham dengan maksud saya ini,” ujar seorang alumni Lembah Tidar kepada Pepnews.com.
“Sebab NKRI akan rusak dan persatuan kesatuan akan hancur jika kaum Pemfitnah itu masih ada di bumi Indonesia,” katanya. Sementara buat masyarakat yang paham hukum, khususnya tim hukum paslon Prabowo – Sandi gunakan hak untuk membela Nenek Irah.
“Bersihkan nama beliau sebagai rakyat Indonesia yang mengharapkan perubahan. Tuntutan dan gugat secara hukum terhadap Pemfitnah Nenek Irah,” lanjut sumber Pepnews.com yang sering mengikuti perkembangan kampanye kedua paslon tersebut.
Belakangan diketahui, pembuat video seorang pemuda dengan Nenek Irah yang viral itu tak lain adalah pendukung paslon 01 Jokowi – Ma’ruf di medsos. Ternyata video fitnah bernama Irvan Azrian Dilvan, merupakan seorang pendukung Jokowi – Ma’ruf.
Ini akun facebooknya: https://www.facebook.com/ivan.azrian.39. Ulah Irvan ini membuat warga NTB marah. Bahkan kabarnya si pelaku sudah diamankan di Polres Mataram. Fitnah ini sudah diklarifikasi langsung ke Nenek Irah.
Nenek Irah menceritakan kronologi kejadian sampai bisa naik ke atas panggung dan bertemu Prabowo. Ya Allah kasihan nenek sudah tua. Masih bekerja cari duit dengan ngumpulin botol dan lain-lain masih saja ada yang tega memfitnahnya.
Melansir Merdeka.com, Rabu (27 Maret 2019 17:30) Nenek Irah mengaku bercanda dengan seorang tukang parkir bernama Irpan saat dirinya membuat vlog dapat uang Rp 500 ribu dari capres Prabowo saat kampanye di lapangan Karang Pule, NTB, Selasa (26/3/2019).
Nenek Inah menegaskan, tak dibayar sepeserpun oleh Prabowo yang saat itu memeluk hingga menciumnya di atas panggung. Nenek Inah menceritakan kisahnya bertemu dengan Prabowo. Awalnya dia berangkat ke Lapangan Karang Pule untuk melihat kampanye Prabowo.
Lalu berhasil naik ke panggung. Di situlah pertemuan dengan Prabowo diabadikan hingga viral di medsos. “Di panggung saya dipeluk, dicium, kaya rasanya dipeluk sama abangnya bapak saya,” ungkapnya.
Prabowo tanya di mana tinggal, “Saya tinggal di Lombok, ngontrak Rp 500 ratus satu bulan, (kerjanya) mencari botol-botol, dijual seribu," kata Nenek Inah dalam sebuah di video viral di media sosial, dikutip Merdeka.com, Rabu (27/3/2019).
Dalam kesempatan itu, nenek Inah menceritakan diajak membuat vlog oleh seorang pemuda bernama Irfan. Di sanalah menjadi viral, karena di video itu, dia mengaku dibayar Rp 500 ribu oleh Prabowo.
“Ndak ada saya dikasih uang 500, yang memang dia senang bercanda sama saya, tukang parkir namanya Irpan itu, dia senang bercanda, dikasih uang? Enggak ada apa, gitu saya, kau ini uang saja kau omongin, saya bilang gitu,” jelas sang nenek.
Nenek Inah meminta maaf apabila video bercandanya dengan Irpan membuat pihak tertentu tak nyaman. Dia merasa takut, bahwa videonya itu merugikan dirinya kelak. Dia berharap, videonya bersama Irpan dihapus. Dia takut sekali dengan video tak benar tersebut.
“Di sana katanya enggak mau pilih Prabowo, kenapa ke sana? Kau bilang mau pilih Jokowi, diajak ke Jokowi saya enggak mau, saya mau pergi ke Prabowo, saat itu saya bilang sama dia gitu, dia suka bercanda,” jelas Nenek Inah lagi.
“Jadi sekarang saya minta mohon maaf jangan diperpanjang lagi, lebih baik, apa namanya itu, video itu dihapus, biar enggak jadi panjang. Kasihan saya nanti jadi bagaimana-bagaimana, saya takut dibilangnya (nangis),” sambil terisak.
Namun orang yang dalam video itu berjanji, tidak akan membuat nenek Inaq susah. Justru orang itu ingin melindungi nenek Inah. Sementara itu, Juru Bicara BPN Taufan Rahmadi menegaskan, nenek Inah tersebut tak menerima uang sepeser pun dari pihaknya.
"Beliau menegaskan bahwa beliau tidak pernah menerima uang untuk naik ke panggung kampanye, benar-benar murni karena ingin bertemu Bapak Prabowo," kata Taufan kepada Merdeka.com, Rabu (27/3/2019).
Sebelumnya, dalam kampanye terbuka di lapangan Karang Pule NTB, Selasa (26/3/2019), capres 02 Prabowo Subianto tampak di atas panggung memeluk seorang nenek. Fotonya viral di media sosial.
Momen mesra itu diunggah oleh Jubir Prabowo – Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak. Dalam Twitter-nya, Dahnil mengatakan, nenek tersebut merangsek naik ke panggung minta bertemu Prabowo.
“Di NTB seorang nenek merangsek naik panggung. Berbisik, menitipkan pesan, menitip harap untuk anak-cucu agar diperjuangkan Pak @prabowo dan bang @sandiuno,” tulisnya dikutip Merdeka.com, Rabu (27/3/2019).
Setelah foto tersebut beredar, sosok nenek tersebut muncul kembali dengan sebuah video. Dalam video itu sang nenek mengaku mendapatkan uang Rp 500 ribu setelah pertemuannya dengan Prabowo.
“(Dapat) Rp 500 ribu, salaman gini tangannya begini, dipeluk, dicium, salam dua jari Pak Prabowo,” kata nenek tersebut di video. Vlog tersebut diambil bersama seorang pria. Diduga kerabat dekat sang nenek. Sang pria itu kemudian menekankan, dirinya pendukung capres nomor 01 Jokowi. Namun, sang nenek tetap pada pendiriannya dukung Prabowo.
“Kalau saya pilih Pak Jokowi,” kata pria itu. “Ah Pak Jokowi enggak ada apa-apanya,” tutup nenek tersebut. Vlog Nenek Inah yang viral di medsos hingga menjadi pemberitaan itu nyaris bersamaan dengan insiden Ibu Iriana Jokowi di panggung.
Iriana Terjungkal
Ibu Negara itu sempat terjungkal saat selfie bersama Jokowi ketika mengikuti kampanye di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (28/3/2019). Ibu Iriana diketahui terjungkal saat meladeni pendukung Jokowi dalam kampanye terbuka itu.Peristiwa Ibu Iriana terjatuh itu pun terekam kamera dan menjadi viral. Dalam video yang beredar luas di media sosial tersebut, Iriana bersama Jokowi terlihat sedang berada di atas panggung, meladeni pendukung yang ingin bersalaman dan berswafoto.
Jokowi lalu berjongkok di sisi panggung sebelah kiri. Iriana ikut jongkok untuk bersalaman dan berswafoto di sebelah kanannya. Tidak disangka, terlihat ada seseorang yang berusaha meraih tangan Iriana bersalaman, hingga Iriana tertarik dan terjungkal ke belakang.
Iriana tampak berusaha bangkit usai terjatuh. Dua orang Paspampres terlihat langsung lari ke panggung untuk membantu Iriana. Setelahnya, Jokowi baru ikut membantu. Tampaknya Ibu Iriana tidak tepat mengambil posisi menyalami pendukung Jokowi itu.
Berita dan video itupun menjadi viral di medsos dan media online. Seorang Ustadz menilai Jokowi adalah suami yang tak memiliki empati terhadap istri, cermin diri seorang yang steril rasa welas asih terhadap orang lain.
“Istri terjengkang dibiarkan dan asik selfie, rakyat terjengkang ditengok atau dipikir pun tidak akan dilakukan,” lanjut ustadz asal Surabaya itu kepada Pepnews.com. “Sebuah fakta yang harus diingat kaum muslim, bahwa perilaku ini tidak Islami,” tegasnya.
Rasulullah Muhammad SAW membawa agama Islam tidak sekedar membuat masyarakat menjadi cerdas, tapi juga untuk mengangkat derajat kaum wanita.
“Saat calon pemimpin di depan umum sudah menunjukkan ketiadaan empati buat istrinya, maka dia telah ditunjukkan Allah sebagai sosok yang tidak patut dijadikan pemimpin,” tegas ustadz yang masih keturunan Sunan Ampel dan berdarah Madura ini.
“Dia cukup menjadi seseorang yang harus mempertanggungjawabkan semua kebijakan yang dilakukan selama periode 2014-2019 baik terhadap hukum di Indonesia juga hukum akherat,” lanjutnya. Cukup banyak aturan yang ditabrak Jokowi selama menjabat.
Apakah titah dan peringatan dari Sri Sultan Hambengku Buwono X beberapa waktu lalu tak digubris Jokowi? Instruksi Sultan Jogja yang juga Gubernur DKI Jogjakarta selama semenit itu menjadi viral di medsos dan grup WA.
“Saya Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta, mengajak kepada masyarakat Jogjakarta untuk: Satu, menolak politik uang, politisasi SARA, ujaran kebencian, dan Hoaks.
Kedua, mewujudkan netralitas ASN, TNI maupun POLRI, Kades, dan Perangkat Desa. Dan ketiga, mari kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan kondusif pada Pemilu 2019. Bersama rakyat awasi Pemilu. Bersama Bawaslu tegakkan keadilan Pemilu.”
Sultan Jogja bersuara keras tersebut terjadi karena Jokowi bertekad, “saya akan lawan”. Jogja mau dilawan!?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews