PDI Perjuangan dan Semangat Marhaen

Jumat, 25 Januari 2019 | 06:27 WIB
0
491
PDI Perjuangan dan Semangat Marhaen
Bung Karno (Foto: Berdikari Online)

Semangat Marhaen adalah gerakan yang diserukan Presiden Soekarno, sebagai simbol perjuangan “wong cilik”. Hingga ulang tahun PDI Perjuangan tahun ini yang ke 46 tahun, Semangat Marhaen tetap mendarah daging di setiap pengurus dan anggota partai. Bisa dibilang Semangat Marhaen adalah Oksigen PDI Perjuangan.

Apa sih Semangat Marhaen? Semangat Marhaen adalah semangat melawan, semangat berjuang untuk menegakkan harga diri. Dalam  sebuah pertemuan dengan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan WakSejen PDI Perjuangan, Achmad Basarah, saya mendapat penjelasan mengenai Semangat Marhaen. Dan sering juga disebut sebagai Gerakan Marhaenisme.

Menurut Hasto Kristiyanto,  pada masa perjuangan. Bung Karno tengah berada di sebuah desa dan melihat hamparan sawah yang begitu luas. Ada petani yang tengah menggarapa sawah. Bung Karno mendekati petani tersebut dan mengajaknya bicara.

Bung Karno: Siapa Namamu?

Petani: Marhaen, Pak

Bung Karno: Sawah ini, milik siapa?

Petani: Saya, Pak.

Bung Karno: Cangkul itu, milik siapa?

Petani: Milik saya, Pak

Bung Karno: Siapa yang menikmati hasil sawah ini?

Petani: Belanda, Pak.

Ada kemarahan dan kekecewaan dalam diri bung Karno mendengar jawaban sang petani. Lalu Bung Karnopun bertekad dan  berkata: Mari kita berjuang bersama-sama.

Sejak saat itu, Bung Karno menjadikan pertemuan dengan petani bernama Marhaen sebagai cikal bakal perjuangannya mengembalikan hak rakyat. Sehingga setiap gerakan yang bertujuan memberikan kesejahteraan bagi rakyat oleh rakyat, disebut sebagai Gerakan Marhaenis.Marhaenisme dipahami sebagai gerakan orang  kecil mewujudkan kesejahteraan. Hal itu juga yang membuat PDI Perjauangan dilabeli sebagai partainya “Wong Cilik”.

Hasto menambahkan, sebutan partai “Wong Cilik” selain karena ingin berjuang untuk rakyat tapi juga dikarenakan “isi” dari partai adalah orang-orang kecil bahkan bisa dibilang sebagai orang buangan, seperti preman atau orang-orang miskin yang sudah tak berarti dan bergabung di PDI Perjuangan untuk mencari sesuap nasi. Di PDI Perjuangan diterima dan ditampung.

Lalu orang-orang kecil yang merasa dihidupkan atau di “Uwongke”/ dimanusiakan, membalasnya dengan menyerahkan jiwa raga untuk PDI Perjuangan. Rela menjadi garda terdepan melindungi tokoh-tokoh/pengurus PDI Perjuangan. Di masa awal berdirinya PDI Perjuangan setelah pecah dari PDI, hidup para pengurus selalu berada dalam ancaman, termasuk kehidupan keluarga Ibu Megawati. Ancaman dari pemerintah orba.

Dalam PDI Perjuangan, orang-orang kecil ini, pelan-pelan dididik/diberi pelatihan mengenai apa visi dan misi PDI Perjuangan. Orang-orang kecil ini melihat perjuangan pengurus dan anggota partai dalam mempertahankan keberadaan partainya. Bertahun kemudian orang-orang kecil ini menjadi ‘Nyawa” PDI Perjuangan. Menjadi orang-orang yang rela mati untuk dan demi PDI Perjuangan. Maka sebuatan Partai Wong Cilik melekat erat pada PDI Perjuangan. Yang dalam visi misinya sesuai dengan yang diamanatkan UUD’45

  1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika; dan
  2. Berjuang mewujudkan Indonesia sejahtera berkeadilan sosial yang berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan. (Cuplikan Misi PDI Perjuangan- https://pdiperjuangan.id/article/category/child/27/Partai/Visi-dan-Misi)

Semangat Marhaenisme masih berlaku hingga sekarang. Masih banyak suara dan kebutuhan rakyat yang harus diperjuangan. Termasuk berjuang dalam politik, untuk mendapat tempat di jajaran dewan agar bisa menjadi suara rakyat yang diwakili. Pilkada tahun 2018, PDI perjuangan menguasai 7 propinsi. 4 gubernur dan 3 wakil gubernur. 

Sedangkan di tingkat kabupaten/kota  PDi Pejuangan berpartisipasi di 152 dan memenangkan 90 kabupaten kota atau sekitar 60 %.  Partai wong cilik ini tidak cilik lagi dalam penguasaan wilayah.

***