Apa Iya Rizal Ramli Mau "Cuci Piring Seusai Pesta"?

Jangan-jangan di balik semua itu ada teman yang sedang menggunting dalam lipatan. Jangan-jangan PDIP sedang bersiap-siap memainkan skenario baru dalam kancah politik di negeri ini.

Senin, 1 Juni 2020 | 06:37 WIB
0
480
Apa Iya Rizal Ramli Mau "Cuci Piring Seusai Pesta"?
Sri Mulyani dan Rizal Ramli (Sumber:kumparan.com)

Tersebutlah yang namanya pengamat, kritikus, atau apalah lagi sebutan lainnya bagi mereka yang biasa tampil berbicara -baik bernas maupun asal bunyi- di depan media, tentang Republik ini, rasanya gatal juga kalau tidak ikut nimbrung, walau dengan pemikiran sederhana, sebagaimana gaya dan nalar ala wong ndeso juga.

Baru-baru ini dikabarkan, seorang pentolan gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GMNI) dari Maluku, mengusulkan agar Menteri Keuangan, Sri Mulyani diganti oleh Rizal Ramli.

Iya. Mantan Menko bidang Kemaritiman (12/8/2015-27/7/2016) pada kabinet Jokowi-JK. Mantan Menteri Keuangan (12/6/2001-9/8/2001) di kabinet Abdurrahman Wahid-Megawati, dan mantan Menko Ekuin (23/8/2000-12/6/2001) menggantikan Kwik Kian Gie.

Setelah tidak menjadi pejabat negara, Rizal Ramli (RR),  sering tampil di layar televisi, dan kerap kali mengkritik pemerintahan Jokowi. Orang yang dengan lantang, dan tanpa tedheng aling-aling menyalahkan setiap kebijakan pemerintah, serta merasa dirinya sebagai yang paling tahu banyak tentang bagaimana memajukan negeri ini.

Adapun alasan mengapa Menteri Keuangan, Sri Mulyani (SM) harus diganti, pentolan GMNI Maluku itu menilai, lantaran SM sebagai salah seorang dari kelompok pendukung neoliberalisme, atawa lebih akrab disebut neolib, telah menghancurkan perekonomian di negara ini.Sekarang ini.

Sedangkan yang dianggap oleh yang bersangkutan bakal mampu untuk menyelamatkan porak-porandanya perekonomian nasional itu, pentolan GMNI itu menilai RR sebagai sosok yang tepat.

Dalam situasi sulit ini, menurut yang bersangkutan, seperti diberitakan media, Rizal Ramli dapat diberi kepercayaan untuk menduduki semacam posisi menteri utama atau perdana menteri.

Untuk itu Presiden Jokowi pun diminta untuk islah, atawa berdamai dengan RR demi menyatukan kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di depan mata.

Lalu menanggapi usulan tersebut, RR dengan pede-nya menyatakan, "Ini kok ada usulan nyeleneh, realistis tapi dialematis!" kata RR di akun Twitter pribadinya, Selasa (26/5).

Cuitan RR pun mendapat respon bernada bercanda dari koleganya yang juga mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu.

"Bang @RamliRizal diminta ikut cuci piring selesai pesta mereka?" tanya Said Didu.

"Berentiin dulu pesta, itu yang paling penting," timpal RR disertai emoji tertawa.

Publik pun sepertinya ikut tertawa juga dengan usulan agar RR kembali ditarik ke dalam gerbong pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. 

Tapi bukan lantaran percakapan RR dengan MSD, melainkan disebabkan usulan itupun seperti dagelan saja. Sebab yang namanya menteri utama, atawa perdana menteri, sejak reformasi ini, apalagi sewaktu jamannya rezim orde baru, sepertinya tidak dikenal lagi dalam sistem pemerintahan presidensial.

Demikian juga dengan Rizal Ramli sendiri apabila ditelaah secara gamblang, baik sebagai seorang akademisi, maupun sebagai sosok yang beberapa kali menjadi pejabat negara, publik belum pernah melihat dan mendengar prestasinya untuk bangsa dan negara Indonesia ini.

Saat menjadi Menteri Koordinator bidang Kemaritiman saja, yang ketika itu menggantikan Dwisuryo Indroyono Soesilo, publik menilai RR bisanya hanya bikin gaduh belaka. Sehingga kursi Menko yang didudukinya pun hanya sekitar satu tahun saja. 

Lagipula apa memang Presiden Jokowi menganggap RR sebagai musuh, dan berseteru dengan mantan punggawanya itu.

Anggapan itupun sepertinya keliru. Jangankan terhadap RR yang cuma nyinyir, terhadap orang yang menghina dan menganggap antek PKI juga nyatanya masih memaafkannya. 

Tapi kalau RR sendiri menganggap Jokowi sebagai musuh, itu mungkin saja. Buktinya setelah diganti Luhut B. Panjaitan, sepertinya RR selalu bersuara lantang, dalam peran sebagai pengamat yang selalu nyinyir, menganggap semua kebijakan pemerintah tak ada yang benar di matanya.

Tiba-tiba saja sekarang ini ada usulan seperti itu, maka publik pun tepuk jidat dibuatnya. Aneh bin heran saja menyimaknya juga.

Selain itu yang mengherankan usulan tersebut bisa muncul dari organisasi kemahasiswaan yang selama ini dianggap berafiliasi dengan PDIP yang notabene merupakan pengusung utama Joko Widodo sejak menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan sampai dua periode ini memimpin Indonesia.

Ada apa ini? Jangan-jangan di balik semua itu ada teman yang sedang menggunting dalam lipatan. Jangan-jangan PDIP sedang bersiap-siap memainkan skenario baru dalam kancah politik di negeri ini.

Atau jangan-jangan pentolan GMNI  yang mengusulkannya itu sedang berhalusinasi? Atawa termasuk salah seorang barisan sakit hati? Atawa sedang belajar cari panggung untuk mengibarkan namanya di kancah perpolitikan negeri ini?

Entahlah. 

Hanya saja dalam politik tak ada yang mustahil. Musuh saja bisa berubah jadi teman karib hanya dalam tempo sekejap saja. Begitu juga sebaliknya. Sebab conflict of interest memiliki peran yang dominan di dalamnya.

Ya, siapa tahu...

***