Jangan Curangi Rakyat!

Selasa, 19 Maret 2019 | 22:16 WIB
0
490
Jangan Curangi Rakyat!
Prabowo Subianto bersama rakyat. (Foto: Istimewa).

Semangat rakyat untuk memenangkan paslon 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno tampak ada di depan mata. Dalam setiap kali “Prabowo Menyapa”, antusiasme warga yang dikunjungi Prabowo – Sandi tampak membludak tak terbendung.

Mereka hadir tanpa iming-iming doorprice, hadiah sepeda, atau uang saku. Mereka adalah rakyat jelata yang ingin perubahan Indonesia yang lebih baik, adil-makmur. Karena selama 4 tahun terakhir ini rakyat merasa hidup semakin susah.

Satu-satunya jalan menuju kehidupan yang lebih baik adalah dengan mendukung Prabowo – Sandi guna memenangkan kontestasi Pilpres, 17 April 2019, secara konstitusional. Karena rakyat sudah merasa diwakili paslon Prabowo – Sandi.

Karena itulah, sebagai rakyat biasa, kita hanya bisa mengingatkan, jangan sampai ada yang coba-coba mencurangi kehendak rakyat. Resikonya terlalu besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan. Jangan sampai rakyat melawan.

Kepada aparat TNI-Polri maupun ASN, aturannya sudah jelas, dilarang terlibat langsung maupun tak langsung dalam dukung-mendukung paslon 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin maupun paslon 02 Prabowo – Sandi. Tetap bersikap netral!

Karena yang Anda hadapi ini adalah rakyat yang menggaji sampeyan semua, dari pajaknya yang ditarik melalui Pemerintah. Jadi, yang menggaji sampeyan ini bukanlah Pemerintah, tidak seperti kata Menkominfo Rudiantara yang nggak tahu itu.

Jangan sampai ada pihak-pihak yang mencoba mencurangi pilihan rakyat dengan mengubah paslon pilihan rakyat dengan “memenangkan” paslon pilihan parpol. Sebab, bagaimanapun, melihat fakta di lapangan, rakyat menghendaki perubahan.

Sehingga, suaranya akan dititipkan pada Prabowo –Sandi. Lihatlah bagaimana dukungan rakyat disampaikan secara terbuka di berbagai daerah. Jangan karena ingin bertahan untuk periode kedua, para pendukung petahana mencurangi rakyat.

Apalagi, dari “jenderal” pendukung petahana sudah menyatakan “Perang Total”. Artinya, bukan tidak mungkin, mereka akan melakukan kecurangan atas pilihan rakyat. Mengubah dan memanipulasi angka demi kemenangan capres petahana.

Karena, faktanya, rakyat sudah mendukung Prabowo – Sandi. Sedangkan capres petahana hanya didukung oleh Koalisi Parpol dan tamu undangan deklarasi dengan sedikit memaksa sebagian ASN diminta untuk hadir dalam acara deklarasi itu.

Deklarasi Dukungan pada paslon 01 Jokowi – Ma’ruf selalu sepi pengunjung, meski sudah diiming-imingin doorprize, hadiah, dan sebagainya. Bahkan, kubu 01 sampai perlu undang Kepala Desa dengan iming-iming uang saku Rp 3 juta/orang.

Seluruh Kades diwajibkan datang pada 30 Maret 2019 di Gelora Bung Karno untuk dipaksa memberi gelar Bapak Pembangunan Desa untuk Presiden Jokowi yang juga capres petahana itu. Setiap Kades bisa mengambil uang dana desa Rp 3 juta.

Acaranya sendiri ditanggung APBN via Kemendagri. Wow?! Sangat ironis dengan hadirnya rakyat pendukung Prabowo – Sandi yang tanpa diundang secara paksa pun mereka datang, hanya ingin menyapa langsung dan disalami oleh paslon 02.

Sebuah bukti kecintaan dan kerinduan rakyat akan sosok pemimpin yang diidam-idamkan. Keengganan rakyat untuk hadir dalam setiap kampanye paslon 01 bisa disebut sebagai bentuk “perlawanan” dari rakyat terhadap capres petahana Jokowi.    

Dengan melihat pemandangan kampanye kedua paslon yang sangat bertolak belakang itulah kita bisa menilai, mana diantara kedua paslon itu yang benar-benar dikehendaki rakyat kini. Bukan paslon yang penuh dengan pencitraan dan janji-janji.

Gelombang dukungan rakyat yang diketahui secara terbuka – karena televisi yang selama ini “anti” – mulai menayangkan aktivitas paslon 02 Prabowo – Sandi. Rakyat tidak peduli lagi dengan berbagai survei yang mengunggulkan petahana.  

Jangankan rakyat, Ketua Umum TKN Jokowi – Ma’ruf, Erick Thohir saja sudah mulai tidak percaya pada lembaga-lembaga survei, meski menangin paslon 01 tersebut. Apalagi rakyat yang selalu setia menunggu kedatangan Prabowo – Sandi itu.

“Prabowo... Prabowo.... Prabowo”, teriakan yang selalu diperdengarkan rakyat adalah tanda mereka sangat mendukung Prabowo menang pada Pilpres 2019 nanti. Sambutan rakyat pada paslon 02 bagaikan gelombang tsunami yang sulit dibendung.

Karena itulah, jangan sekali-kali menggiring rakyat untuk menjauhkan dari Prabowo – Sandi dengan beragam isu negatif, seperti hoax dan lain-lain yang sering disematkan pada mereka. Rakyat sudah tahu, mana yang benar, mana pula yang bohong.

Kebijakan Presiden Jokowi selama hampir 5 tahun memimpin Indonesia telah dirasakan oleh rakyat. Tidak perlu diajari. Rakyat lebih tahu dan mengerti mana kebijakan yang pro-rakyat, mana yang pro-partai dan para elitnya. Jadi, jangan diajari lagi.

Prabowo Adalah Rakyat

Perlu dicatat, Prabowo – Sandi sudah menjadi bagian dari rakyat. Jadi, kemenangannya adalah kemenangan rakyat. Kemenangan Prabowo – Sandi ditentukan kemauan rakyat untuk disejahterahkan. Makanya, jangan ada yang halangi rakyat!

Tidak ada yang pasti, tetapi jika Prabowo – Sandi menang, pasti akan menjadi kejutan untuk negara-negara Barat, seperti halnya ketika Dr. Tun Mahathir Mohamad berhasil mengalahkan petahana Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak.

Tetapi bagi mereka yang memahami dinamika kompetisi Pilpres Indonesia ini, kemenangan Prabowo – Sandi bukanlah kejutan yang berarti. Hal itu justru menandakan datangnya hari yang lebih baik bagi Indonesia, khususnya demokrasi di sini.

Dan, hal tersebut juga merupakan sinyal dinilainya kembali hubungan Indonesia-Cina, persis sebagaimana sekarang yang terjadi di Malaysia di bawah kepemimpinan Dr. Mahathir. Yang membuat kekalahan Jokowi bersandar kepada beberapa faktor.

Namun alasan utamanya sangat sederhana, yaitu kondisi ekonomi. Kelas menengah Indonesia kecewa karena meningkatnya biaya hidup dan pasar kerja yang kurang bergairah. Petani juga memiliki keluhan sendiri terkait harga komoditas yang rendah.

Banyak pemilih juga masih mengingat janji-janji Jokowi dari pemilihan terakhir pada 2014, banyak diantaranya yang gagal ia pertahankan. Salah satu dari janji itu adalah menumbuhkan ekonomi tujuh persen setahun, yang pada dasarnya bukan target yang tidak masuk akal untuk pasar negara berkembang seperti Indoneisa.

Tetapi kenyataannya pertumbuhan hanya berkisar lima persen. Maka jika ada orang bertanya kepada rata-rata orang Indonesia apakah hidup mereka lebih baik hari ini daripada lima tahun lalu, sebagian besar akan menjawab “tidak” atau “hampir sama”.

Di luar ekonomi, hasrat yang kuat atas perubahan gagal ditopang lebih jauh oleh gaya politik Jokowi yang kurang terbuka. Pada saat ia terpilih, banyak orang Indonesia percaya, dia bisa seperti para pendahulunya, Jokowi akan menegakkan norma-norma demokrasi.

Sayangnya, dia justru pergi ke arah yang berlawanan. Menggunakan kuasa kontrol koalisi partai pendukungnya dan pengaruh atas legislatif, aparat hukum dan pasukan keamanan, Jokowi dan orang-orangnya telah “mengkriminalkan” atau “melecehkan” politisi oposisi dan aktivis yang kritis terhadap kepresidenannya.

Tokoh-tokoh nasional, seperti musisi, aktor, dan bahkan saudara perempuan mantan presiden Megawati Soekarnoputri, telah direndahkan. Dalam beberapa kasus tokoh-tokoh terkemuka, bahkan dipenjara karena perbedaan pendapat mereka.

Tidak mengherankan, pergeseran otoriterian Jokowi menyebabkan sejumlah orang menjuluki pemerintahannya sebagai “Neo Orba”, sebuah istilah yang merujuk pada rejim represif orde baru yang berakhir 20 tahun yang lalu.

Perilaku Jokowi juga menimbulkan konsekuensi real, yaitu melorotnya elektabilitas. Orang Indonesia yang dulu menyukainya karena kepribadian Jawa sekarang memandangnya dengan cara sangat berbeda.

Maka tidak heran kalau taipan Sofyan Wanandi tampak begitu panik. Kabarnya, Senin malam (19/3/2019), Ketua Umum APINDO itu mengumpulkan para pengusaha. Ada Adhi Lukman (GAPMMI), Franky Sibarani, Sudhamek, Sinta Kamdani, dan Haryadi Sukamdani.

Mereka menyiapkan deklarasi dukungan para pengusaha yang akan digelar pada 21 Maret 2019. Jokowi dengan segala kelemahannya akan didukung pengusaha. Pengusaha saat ini takut Jokowi kalah.

Menurut Sofyan, yang penting sekarang menangkan dulu Jokowi, baru nanti buat usul untuk rencana perbaikan ekonomi yang bagus. Sofyan mendapat bocoran, Kompas membuat survei independen, hasilnya Jokowi walau masih unggul, tapi sudah ada di bawah 50%.

Survei ini, menurut Sofyan, gak akan di-publish, karena Jokowi takut.  Mereka berpendapat, saat ini orang percaya bahwa Jokowi anti Islam, PKI, teman Aseng, dll. Jokowi belum tentu menang, gak boleh lengah.

Peran pengusaha, katanya, dianggap penting untuk pemenangan Jokowi, karena mereka bisa menggerakkan karyawan-karyawan di perusahaan masing-masing. Pastikan bahwa semua pengusaha memenangkan Jokowi.

Sofyan sah-sah saja meminta semua pengusaha memenangkan Jokowi, tapi tentunya jangan dengan curangi rakyat!

***