Hasil perolehan elektabilitas di bawah 50% dianggap mengkhawatirkan posisiJokowi-Ma'ruf, sebaliknya menguntungkan Prabowo-Sandi.
Rilisnya hasil survei dari Litbang Kompas menimbulkan banyak pertanyaan. Pasalnya, survei yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari 2019 - 5 Maret 2019 ini menunjukkan, jarak elektabilitas antara Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, semakin tipis.
Hal ini berbeda dengan survei-survei yang telah dirilis beberapa lembaga.
Dengan hasil perolehan yang di bawah 50%, posisi Jokowi-Ma'ruf dianggap mengkhawatirkan. Secara psikologis, tentu saja hasil survei ini merugikan pasangan nomor urut 01.
Ada pihak-pihak yang mengaitkan survei Kompas tersebut dengan posisi pimpinan redaksi Kompas, Ninuk Pambudi yang kebetulan istri dari orang dekat Prabowo Subianto, yaitu Rahmat Pambudy.
Rahmat Pambudy diketahui adalah kader Gerindra yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Nama Rahmat Pambudy juga pernah menjadi salah satu kader Gerindra yang ditawarkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menduduki kursi Menteri Pertanian,seperti yang dilansir Kompas.com (07/03/2011).
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga pernah menduduki beberapa jabatan, di antaranya Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis – BULOG, Komisaris Utama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PERSERO), dan Direktur Pusat Studi Pengembangan IPB. Selain itu beliau juga pernah menjadi Pakar Bidang Peternakan Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Rahmat Pambudy yang lahir di Yogyakarta, 23 Desember 1959 ini menikahi Ninuk Mardiana Estilistiati (Mardiana Estilistiati), putri dari Moerdiono, mantan Menteri Sekretaris Negara di masa Presiden Soeharto. Ninuk sendiri saat ini diketahui sebagai Pemimpin Redaksi Harian Kompas.
salam dan terima kasih!
***
Sumber:
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews