Tuan Tanah Komplotan Orde baru

Rabu, 20 Februari 2019 | 14:37 WIB
0
709
Tuan Tanah Komplotan Orde baru
Soekarno dan Jokowi (Foto: facebook/Anton DHN)

Kita kita ini yang pernah besar di masa Orde Baru, pahamlah gimana para komplotan Cendana maen penguasaan tanah. Jadi ucapan Jokowi itu ucapan Kaum Sukarnois banget yang secara nggak langsung menggugat kepemilikan lahan tanah atas nama pribadi atas swasta.

Di dalam kunci Pembangunan Semesta yang dikonsep oleh Bung Karno lewat pengesahan Perdana Menteri Djuanda, konsepsi penguasaan lahan tidak boleh diberikan pada swasta/pribadi, tapi penguasaan diberikan pada pengelolaan negara.

Semangat merebut kepemilikan lahan yang dikonsesi oleh para pemodal pemodal besar, itu dimulai pada gugatan Hatta (antara Juni sampai Juli 1945) soal wilayah wilayah Produksi pada rapat BUPPKI atau rapat rapat persiapan kemerdekaan. Hatta sangat keras soal ini, bahwa seluruh wilayah perkebunan harus jatuh ke tangan negara.

Konsepsi Hatta soal wilayah perkebunan kemudian diperluas oleh para politisi politisi Murba dan digol-kan di Parlemen pada awal 1950-an, ketika Bung Karno membubarkan Parlemen dan dibentuklan Parlemen Sementara, pokok pokok soal penguasaan tanah jadi perhatian besar asas pembangunan didasarkan nilai nilai Sosialisme Ala Indonesia.

Bung Karno menolak penguasaan tanah dibawah pengelolaan non negara dan memerintahkan serikat serikat kerja menguasai lahan, Negara harus kuat dulu secara kapital, maka terjadilah apa yang disebut "perebutan konsesi terhadap area wilayah Perusahaan Minyak Asing" di mana Chaerul Saleh mendorong Bung Karno membatalkan konsesi pada asing, dan sepenuhnya wilayah wilayah produksi jatuh pada negara.

Chaerul Saleh adalah salah satu menteri yang dipenjara pada era peralihan kekuasaan. Karena konsepsi Chaerul Saleh dinilai berbahaya bagi kepentingan modal asing.

Di tahun 1960 oleh Bung Karno disusunlah apa yang disebut "Pembangunan Semesta Berencana" yang salah satu kerja utamanya adalah Pembangunan Infrastruktur untuk memperkuat konektivitas Nusantara dan Kedua Penguasaan Wilayah Wilayah Produksi yang jatuh ke tangan negara. Bung Karno ingin negara ini kuat secara kapital, kalau bahasa Bung Karno: "Negara Kaya, Rakyat Makmur". Inilah konsepsi Sosialisme Ala' Indonesia.

Masa Suharto berubah total, konsesi konsesi hutan diberikan pada komplotan Cendana, bahkan dana reboisasi ditilep juga, para penguasa lahan di masa Suharto adalah "orang yang mengerti arah Jalan Cendana" bukan mereka yang membangun lewat kultur korporat yang fair.

Ucapan Jokowi ini amat menohok soal penguasaan tanah, dimana soal ini juga yang dulu menjatuhkan Bung Karno dan menaikkan rezim otoriter berbasis bayonet.

Anton DH Nugrahanto.

***