Indonesia dan Malaysia, bisa menolak dengan alasan kehalalan terkait teknis pemotongan ayam. Masih aman.
Sejak beberapa tahun terakhir, Brazil melalui skema WTO berambisi memasukkan produk paha dan sayap ayam beku ke negara-negara Asia Tenggara. Di Brazil, bagian paha bawah dan sayap ayam adalah ‘sampah’. Sedangkan bagian paha atas dan dada diekspor ke Amerika Utara, Jepang, dan Eropa.
Dalam beleid WTO, negara yang sudah meratifikasi konvensi, tidak boleh menolak atau menerapkan barier jika harga produk yang ditawarkan terbukti lebih ekonomis dibanding produk lokal, dan tak ada persoalan lain yang sifatnya memaksa.
Hasilnya, produk paha dan sayap ayam beku asal Brazil masuk ke Filipina, Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar. Dalam dua tahun, industri perunggasan negara-negara tersebut hancur, dan kini tergantung pada impor dari Brazil.
Thailand bisa menolak, karena industri unggasnya lebih efisien. Sedangkan Indonesia dan Malaysia, bisa menolak dengan alasan kehalalan terkait teknis pemotongan ayam. Masih aman.
Tahun 2017 lalu, Brazil kembali mengajukan tawaran produk yang sama kepada Indonesia dan Malaysia, dengan jaminan produknya 100% halal. Brazil telah mendatangkan tenaga kerja murah dari Bangladesh dan Pakistan yang khusus bertugas memotong ayam secara Islami.
Mungkin sebentar lagi produk ayam beku asal Brazil akan masuk Indonesia, dan itu berarti warning bagi industri perunggasan nasional. Pesannya, industri perunggasan nasional, mulai dari hulu sampai hilir harus lebih efisien. Jangan kayak Neymar, kesenggol dikit, langsung jatuh berguling-guling.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews