Uni Emirat Arab Membuka Kembali Kedutaannya di Damaskus

Jumat, 28 Desember 2018 | 21:43 WIB
0
450
Uni Emirat Arab Membuka Kembali Kedutaannya di Damaskus
Uni Emirate Arab (Foto: Youtube.com)

Uni Emirat Arab (UEA) menormalisasi hubungan dengan pemerintahan Bashar al-Assad. UEA membuka kembali kantor kedutaan besarnya di Damaskus yang terputus akibat perang Suriah sejak tahun 2011. Selama ini banyak negara Arab yang memutuskan hubungan dengan pemerintahan Bashar al- Assad karena ingin menggulingkan sang penguasa Suriah tersebut.

Uni Emirat Arab memandang perlu untuk membuka atau menormalisasi hubungan dengan Suriah dan  mendukung atau mengakui kedaulatan wilayah Suriah. Normalisasi hubungan ini sama saja pengakuan kepada Bashar al-Assad sebagai presiden yang sah.

Dalam pernyataannya pejabat UEA, Kamis (27/12/2018), menjelaskan bahwa pembukaan kembali kedutaan besarnya itu merupakan bagian dari upaya membawa Suriah kembali ke orbit negara-negara Arab.

Padahal selama ini UEA juga menjadi sponsor atau mendukung para militan untuk menggulingkan atau memerangi Bashar al-Assad dari kekuasaannya. Sekalipun tidak sebesar Arab Saudi, Qatar dan Turki dalam mendukung para militan.

Selama konflik perang Suriah, negara ini juga dikeluarkan atau ditangguhkan dari ke-anggotaan Liga Arab. Ini menjadi bukti, bahwa pemerintahan Bashar al-Assad sengaja dikucilkan oleh para tetangganya. Bashar al-Assad dikeroyok dan negaranya dihancurkan oleh begundal-begundal militan yang menjalankan tugas atas perintah majikannya masing-masing.

setelah Uni Emirat Arab menormalisasi hubungan dengan Suriah, tidak lama lagi negara Bahrain juga ingin membuka atau menormalisasi hubungan dengan pemerintah Bashar al Assad dengan membuka kembali kedutaannya di Damaskus. Tentu ini menjadi kemenangan diplomatik tersendiri bagi Bashar al- Assad.

Tidak menutup kemungkinan negara-negara Arab lainya juga akan menormalisasi hubungan dengan Suriah, termasuk Arab Saudi,yang sudah komitmen untuk melakukan rekonstruksi pembangunan Suriah yang hancur lebur karena perang. Masih malu-malu.

Politik Timur Tengah mengalami perubahan yang cepat setelah kekalahan ISIS di Suriah, formasi dukungan juga mulai berubah. Yang dulunya memusuhi, sekarang mendekat dan berjabat tangan. Semua menyelamatkan kepentingan negaranya masing-masing.

***